Jam sudah menunjukan pukul sembilan malam tetapi
Langit masih berada di rumah Senja, bukan Langit tidak mau untuk segera pulang tetapi Ibu Senja lah yang sedari tadi menahan Langit untuk tetap terus berada bersama mereka."Bu, udah lah kasian itu nak Langit udah kepengen pulang masih aja Ibu tahan."
Mereka bertiga Langit, Senja dan Ibu sedang berada di ruang keluarga menikmati tayangan film sembari memakan kue kering buatan Ibu.
"Biarin dong Ayah, besok juga kan libur panjang udah gitu Johnny besok pulang pasti seneng ketemu Langit."
Senja sedari tadi hanya diam sembari memainkan ponsel milik Langit, Senja sudah hapal tabiat Ibu nya yang kadang memang sering untuk menahan Langit di rumah nya agar tidak pulang.
"Yaudah terserah Ibu, tapi nak Langit bisa gak nginep disini?" Tanya Ayah yang kini duduk bersebrangan dengan Langit.
"Bisa Yah, paling Langit kendala sama baju ganti aja. Nanti Langit pulang dulu bawa baju."
Ibu kemudian menggeleng. "Gak usah pulang, pakai baju nya Johnny aja cari yang pas sama kamu. Sana Langit bersih-bersih dulu."
Setelah Ibu Senja berkata seperti itu, Langit kemudian langsung bangun dari duduknya dan mengeluarkan dompet serta melepas jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.
"Titip dulu." Ucap Langit menyerahkan benda tersebut pada Senja.
Senja mengangguk. "Handuk nya kamu ambil di lemari abang aja di tumpukan atas sebelah kanan."
Langit mengangguk dan langsung bergegas menuju kamar milik Johnny.
Setelah Langit bergegas dan tinggal menyisakan Ibu, Ayah dan Senja.
"Adek sama Langit udah berapa lama?" Tanya Ayah.
Senja yang mendengar hal tersebut, langsung mengalihkan atensi nya pada sang Ayah seraya menyimpan ponsel milik Langit di atas meja.
"Udah lama. Aku kenal Langit kan dari abang, waktu abang kenalin itu aku masih SMA tapi deket nya baru pas aku kuliah semester 4."
Ayah mengangguk. "Langit udah ada omongan ke adek kalau dia mau serius?"
Senja merasa kaget ketika sang Ayah mengajukan pertanyaan seperti itu. Ya walaupun memang Langit pernah beberapa kali menanyakan Senja tentang masalah pernikahan tapi Senja sendiri bingung Langit sedang mengajak nya untuk serius atau hanya sekedar ucapan saja.
Senja mengangguk dengan ragu. "Aku gak tau, tapi Langit ada beberapa nanyain aku tentang hal kaya gitu."
Ibu Senja yang sedari tadi mendengarkan pun langsung mengusap bahu milik Senja. "Kemarin Langit ketemu Ayah sama Ibu di luar, Langit bicarain tentang ini dan Langit sendiri yang meminta izin untuk ajak Adek serius."
Senja merasa lebih kaget lagi ketika mengetahui fakta tentang hal tersebut, apalagi ketika mengetahui Langit yang menemui kedua orang tuanya tanpa sepengetahuan dirinya.
"Maksud Ibu.. Langit ngajak aku nikah?"
Ibu Senja tersenyum. "Langit bilang, dia tahu kalau kamu belum siap untuk ke arah sana. Makanya dia mau untuk kalian tunangan dulu."
Senja tidak mengeluarkan ekspresi apa pun, dia hanya diam sibuk dengan pikiran nya sendiri.
"Terus Ayah sama Ibu bilang apa?"
"Ayah bilang, kalau memang ini niat baik dan sudah jalannya.. Ayah pasti setuju, tapi balik lagi semua keputusan ada di kamu."
"Pikirin baik-baik.. kalian udah sejauh ini, dan Langit pun udah dewasa pasti ada pikiran untuk kesana. Kalian berdua bukan anak baru puber yang lagi main-main."
Ibu Senja menambahkan. "Jangan kelamaan mikir dek nanti Langit bosen nunggu kamu terus dia cari yang lain, gimana?"
Senja yang mendapat godaan tersebut langsung bereaksi dengan teriak dan memasang wajah cemberut nya.
"Ibuuuu.."
Dan kemudian bertepatan dengan keluar nya Langit dari kamar milik Johnny dengan kaos berwarna hitam dan celana santai berwarna senada.
"Aku ketinggalan apa? Kok ada yang sampai teriak gini." Tanya Langit kemudian mengambil tempat duduk di posisi nya semula.
"Pacar kamu nih teriak-teriak terus, lagi berantem sama Ibu." Adu Ayah Senja.
"El, gak boleh gitu.. minta maaf dulu sama Ibu."
"Langit.."
"Minta maaf dulu, kamu udah teriak gitu di depan Ibu."
Senja tetap memasang wajah cemberut nya kemudian menatap sang Ibu yang berada disampingnya.
"Ibu.. maaf."
Ibu Senja tertawa pelan kemudian memeluk putrinya dengan gemas.
"Kalau disuruh Langit aja langsung nurut, giliran diminta tolong sama Ibu susah banget."
"Kamu anak Ibu atau anak nya Langit sih?" Protes Ibu Senja.
Langit dan Ayah hanya bisa tertawa ketika melihat Senja dan Ibunya yang memang bisa terlihat seperti sahabat.
"Kalau anak sekarang bilangnya bucin Bu, budak cinta." Jelas sang Ayah.
Ibu Senja kemudian melirik Ayah dan Langit yang sedang tertawa kemudian memeluk kembali Senja. "Anak Ibu gak boleh cinta cintaan dulu, masih kecil."
"Terus Langit apa?" Tanya Senja.
"Usir dulu, biarin kamu sama Ibu."
Langit memasang wajah memelasnya yang sengaja dibuat-buat. "Wah aku diusir nih."
Ayah kemudian menepuk bahu milik Langit. "Kamu sama Ayah aja, mending kita nonton bola sampai pagi.. gimana?"
"Boleh tuh Yah."
KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA
FanfictionLangit butuh senja agar terlihat indah. Senja pun butuh langit sebagi tempatnya.