Hari minggu ini Langit menghubungi Senja untuk sekedar menemaninya mencari sepatu yang akan ia gunakan untuk olahraga di gym nanti dan dengan senang hati Senja menerima ajakan tersebut kebetulan di rumahnya pun sedang tidak ada siapa-siapa. Ibu dan ayah sudah pergi ke rumah nenek tadi pagi."Aku gak izin dulu nih bawa anak ibu keluar?" Tanya Langit begitu Senja mendudukan dirinya di kursi samping kemudi.
"Ibu sama ayah udah berangkat tadi pagi ke rumah nenek terus aku gak di ajak karena alasan aku bangun siang." Keluh Senja.
Langit terlihat tertawa pelan lalu kemudian melajukan mobilnya keluar area perumahan. "Emangnya kamu bangun jam berapa tadi?"
"Jam sepuluh kayanya. Habis solat subuh aku tidur lagi hehe."
Langit mengarahkan tangannya untuk mengacak pelan rambut sang kekasih. "Pantesan di tinggal ibu sama ayah."
"Udah makan?" Tambah Langit.
Senja menggeleng. "Belum makan nasi, tadi cuma makan roti aja."
"Mau makan dulu apa nanti aja selesai aku cari sepatu?" Tanya Langit.
"Laper sih tapi aku pengen geprek, hehe."
Langit yang mendengar hal itu kemudian melirik ke arah Senja. "Lama-lama kamu yang aku geprek. Cari yang lain jangan makan pedes dulu."
"Oke." Balas Senja.
Sepuluh menit kemudian mobil milik Langit berhenti di lampu merah menunggu giliran untuk kembali melaju. Senja yang sejak tadi membalas pesan ibunya kemudian melihat ke arah kanan dan mendapati Langit yang sedang memegang kemudinya dengan satu tangan, sedangkan tangan kirinya memainkan bibirnya. Langit tidak tau saja kalau gerakan sederhana tersebut bisa membuat hati Senja menjerit.
Sejak tadi sesampainya di sebuah mall, Langit sama sekali tidak melepaskan rangkulan nya pada bahu milik Senja seakan dia ingin memberi tau semua orang kalau gadis itu hanya miliknya seorang.
"Yaaaangg, lapeeer ih." Rengek Senja pada Langit yang masih tampak serius memilih beberapa sepatu olahraga.
"Mau makan sekarang?" Tanya Langit.
"Iyaaaa, kamu udah selesai cari sepatunya?"
"Udah nih. Kalau gitu aku bayar dulu."
Selesai membayar sepasang sepatunya tadi, kemudian Langit mengajak Senja ke arah restaurant yang cukup ramai mungkin karena pengaruh hari ini weekend juga jadi banyak beberapa pasang keluarga yang datang.
"Pesen nasi aja jangan mie atau yang pedes pedes." Pesan Langit ketika Senja membuka buku menunya.
"Iyaaaaa sayangkuu."
"Aku pesenin kamu yang biasa aja gapapa kan?" Tambah Senja.
"Gapapa Yang, terserah kamu."
Setelah itu Senja memanggil pelayan dan menyebutkan beberapa pesanan nya tadi. Setelah pelayan tersebut selesai mencatat pesanan mereka, Langit kemudian menarik tangan kanan milik Senja yang sengaja ia mainkan.
"Kenapa?" Tanya Senja.
"Yudhis ngajak aku nongkrong katanya udah lama gak ketemu." Jelas Langit.
"Yaudah sana mumpung hari minggu juga."
"Tapi kamu ikut ya?" Tanya Langit dengan wajah yang penuh harap.
Senja bukannya tidak mau ikut bergabung dengan teman-temannya Langit tetapi dirinya sering merasa tidak nyaman bila sedang berada dekat dengan mereka. Tatapan beberapa teman Langit seakan menjelaskan kalau mereka sebenarnya tidak suka dengan kehadiran Senja.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA
Fiksi PenggemarLangit butuh senja agar terlihat indah. Senja pun butuh langit sebagi tempatnya.