Di dalam area rumah sakit yang keadaan nya bisa terbilang tidak dalam keadaan sepi itu, derapan langkah dengan tergesa gesa itu cukup terdengar. Johnny datang bersama dengan Ayah dan Ibu, mereka panik ketika Langit mengabari Johnny jika Senja jatuh pingsan ketika sedang berada di apartemen milik Langit.
Langit yang masih menunggu di depan ruang perawatan milik Senja pun mengalihkan tatapan nya pada beberapa orang yang dia kenal sedang berjalan ke arah nya.
"Adek dimana Dit?" Tanya Johnny ketika berada di hadapan Langit.
"Ada di dalam bang, dokter belum keluar." Ucap Langit dengan tenang walaupun di dalam perkataan nya terselip nada khawatir.
"Yah, Bu, sama Bang Johnny juga.. Langit mau minta maaf karena Senja pingsan ketika sama Langit."
Ayah yang mendengar hal itu pun sontak langsung menggeleng kemudian menepuk bahu Langit. "Justru kami sedikit lega setidaknya Senja sakit ketika berada di samping orang yang sayang sama dia. Terimakasih kamu sudah menjaga dan mengkhawatirkan Senja."
Setelah ucapan Ayah selesai, pintu ruang perawatan terbuka dan menampilkan sosok dokter yang sejak tadi Langit tunggu untuk mengabarkan bagaimana kondisi gadis nya sekarang.
"Apa ada orang tua pasien? Bisa saya bicara sebentar?"
"Saya Ayah nya dok. Bagaimana kondisi anak saya?"
"Bisa kita bicarakan ini di ruangan saya."
Sepeninggal nya Ayah dan Ibu yang mengikuti perintah dokter, di depan ruangan perawatan hanya tersisa Johnny dan Langit. Mereka berdua duduk bersisian dengan pikiran yang masih tertuju pada gadis yang ada di dalam sana.
"Dit.."
"Sorry bang, lagi-lagi gue nggak bisa jagain Senja." Ucap Langit dengan bahu yang merosot.
"No. Lo nggak perlu minta maaf karena gue tau ini bukan salah lo, kita nggak pernah tau kapan seseorang bakalan sakit ... "
"Makasih ... karena lo ada di saat adek sakit."
Setelah itu pintu berwarna putih yang ada di hadapan mereka terbuka dan salah satu suster memberitahu mereka jika Senja sudah sadar dan bisa untuk mereka temui.
"Masuk Dit." Titah Johnny pada Langit yang masih saja betah terduduk di kursi tunggu.
Langit menghembuskan napas nya kemudian beranjak untuk menyusul Johnny yang sudah lebih dulu memasuki ruang perawatan Senja.
Senja sudah sepenuh nya tersadar dan kini sedang memikirkan reaksi apa yang akan dia terima tentang keadaan nya sekarang. Senja bukan berniat untuk menyembunyikan semua nya, tetapi Senja hanya merasa belum siap untuk berhadapan dengan mereka yang sangat menyayangi dia.
Lamunan Senja terhenti ketika pintu ruangan nya terbuka dan memperlihatkan dua orang laki laki yang sangat Senja sayangi tentunya setelah Ayah.
Johnny tersenyum hangat kemudian memilih untuk duduk di kursi sanping tempat tidur milik Senja, tangan nya terulur untuk sekedar merapikan anak rambut sang adik.
"Masih sakit?"
"Abang kesini dikasih tau Langit?" Bukan nya menjawab Senja malah melemparkan pertanyaan lain pada Johnny yang langsung dijawab dengan anggukan.
"Ayah sama Ibu juga ada."
"Kamu nggak usah marah sama Langit, justru abang malah bakalan marah kalau Langit nggak kasih tau kondisi kamu."
Langit yang masih berdiri tidak jauh dari mereka pun kemudian tersenyum.
"Sini duduk Dit, gantian." Tawar Johnny yang langsung ditolak oleh Langit.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA
Fiksi PenggemarLangit butuh senja agar terlihat indah. Senja pun butuh langit sebagi tempatnya.