"Elina..""Ini udah jam delapan, kamu gak masuk kerja?"
Tetap tidak ada sahutan apapun dari dalam kamar Senja. Ibunya sudah sejak tadi berkali-kali mengetuk pintu kamar anaknya tetapi hasilnya nihil. Sejak pulang kemarin bersama Langit, Senja langsung memasuki kamarnya dan hanya keluar untuk mengambil air minum.
"Yah, anakmu loh itu gak keluar dari kamarnya." Keluh Ibu Senja pada sang suami.
Ayah Senja yang melihat kelakuan anaknya itu pun langsung terlintas rasa khawatir. Bahkan hari ini ia sengaja tidak masuk kerja karena terus menerus mengkhawatirkan kondisi Senja yang sejak kemarin belum keluar dari kamarnya.
"Assalamualaikum Yah, ada apa?"
"Walaikumsalam Langit. Ayah ganggu kamu kerja?"
"Engga Yah kebetulan kerjaan Langit lagi gak banyak, kenapa?"
"Elina. Anak itu gak keluar kamarnya dari semalem, ayah khawatir sekaligus takut dia kenapa kenapa."
"Ayah tenang. Aku langsung ke rumah, gak akan lama kok."
"Tapi Langit-- halo Langit?"
Sebenarnya Ayah Senja menelepon Langit bukan bermaksud ingin meminta bantuan kepada Langit untuk datang ke rumahnya dan membuat Langit menjadi harus bolos dari pekerjaan nya, tetapi Ayah Senja bisa memaklum kalau sikap Langit adalah bentuk suatu kepedulian yang tinggi terhadap anak gadisnya.
Tidak lama kemudian terdengar suara deruan mobil di luar rumah yang bisa di tebak kalau itu adalah Langit.
"Assalamualaikum." Ucap Langit begitu masuk ke dalam rumah.
"Walaikumsalam, astaga Langit.. akhirnya kamu dateng. Ibu bener-bener takut, Elina dari semalem gak keluar kamar."
Langit mengangguk paham walaupun di dalam hatinya juga tidak kalah khawatirnya dengan Ibu dan Ayah Senja. "Ayah sama Ibu tenang dulu, Langit mau coba bujuk Elina dulu."
Ibu dan Ayah Senja hanya bisa mengangguk pasrah dan menyerahkan semuanya pada Langit. Semoga saja Langit bisa merubah keadaan dan kondisi Senja.
"El.. elina, ini aku Langit. Kata Ibu sama Ayah, kamu gak keluar kamar dari semalam, kenapa sayang?"
Sesuai dugaan Langit kalau Senja tidak memberikan jawaban apapun.
"Senjaaa.. keluar dulu yuk. Aku kangen nih." Bujuk Langit.
Tapi memang Senja masih tetap pada pendiriannya untuk tidak membalas sahutan apapun yang berasal dari luar kamarnya. Langit pun hanya bisa menghela napasnya sekaligus menetralkan rasa khawatir dalam dirinya.
Di rasa akan tetap sama Senja tidak akan memberikan sahutan ataupun membuka pintu kamarnya. Langit langsung menuju ke lantai bawah bertemu dengan orang tua Senja yang sudah menunggu dengan rasa gelisah.
"Gimana, Langit? Elina mau keluar kamarnya?" Tanya Ibu Senja begitu melihat Langit turun dari lantai atas.
"Belum bu. Ayah punya tangga? Aku coba mau naik ke kamarnya Elina lewat jendela luar."
"Kalau tangga sih ada, tapi beneran kamu gapapa sampe mau manjat lewat jendela luar gitu?" Sahut Ayah Senja.
"Gapapa kok Yah, tenang aja. Yang penting aku tau kondisi Elina."
Akhirnya Langit memutuskan untuk masuk ke dalam kamar Senja melalui jendela luar karena Langit tahu kalau Senja sampai kapan pun tidak akan membuka kan pintu kamarnya.
Setelah berhasil mencapai jendela kamar Senja, Langit bergegas untuk segera mengetuk kaca jendela tersebut hingga terdengar suara kenop jendela di putar.

KAMU SEDANG MEMBACA
LANGIT SENJA
FanficLangit butuh senja agar terlihat indah. Senja pun butuh langit sebagi tempatnya.