Epilog

11 7 0
                                    

-HAPPY READING-

Rachel memantulkan bola di tangannya itu beberapa kali lalu melemparnya ke arah ring basket. Sekali lagi, bola itu tidak masuk ke dalam ring seperti yang ia inginkan. Dengan helaan napas panjang, ia berjalan menuju bola yang terpantul tidak jauh darinya itu.

Ia mengambil dan menatap bola orange di tangannya itu lama, pikirannya kembali berputar pada saat Alissa datang menghampirinya kemarin.

"Rachel," panggil Alissa tepat saat gadis itu memasuki area parkiran.

Senyum tipis ia ukir untuk menutupi perasaannya saat ini. Pembicaraannya dengan Firlan tadi masih mengganggunya. Sekarang ia harus menyembunyikan sebentar suasana hatinya yang buruk.

Alissa berdiri di dekat pos satpam yang sedang kosong. Ia melambaikan tangannya sembari berjalan menghampiri Rachel yang memandangnya. Setahu Rachel, tadi Alissa sudah pulang lebih dahulu sebelum tim basket selesai latihan.

"Kok masih di sekolah? Bukannya tadi balik duluan Kak?" tanya Rachel.

"Oh, iya, tadi balik ngambil mobil terus bantuin ngangkut belanjaan buat kegiatan sedekah sekolah," jawab Alissa

Rachel memangut mengerti lalu bergumam kecil dengan pandangan bingung.

"Gue perlu ngomong sesuatu sama lo," ucapnya memegang tangan Rachel dan berjalan ke mobilnya.

Rachel menarik tangannya dari pegangan Alissa dengan pelan. Ia enggan berbicara dengan Alissa sekarang. Terlebih Alissa seperti akan mengatakan sesuatu yang penting.

"Gue ga bisa sekarang. Kak Vano udah kelar keknya, jadi udah mau pulang," katanya lalu menoleh ke koridor dengan harapan Revano muncul saat itu juga.

"Vano udah gue suruh balik duluan. Gue bilang lo ikut gue baliknya."

Atensi Rachel kembali pada Alissa yang menatapnya penuh harap. Ia tersenyum tipis menyadari ia tidak bisa menghindari pembicaraan ini.

Rachel menghela napas panjang. "Oke."

Alissa memintanya masuk ke dalam mobil. Ia melirik Rachel yang telah duduk di sebelahnya. Tangannya menarik seatbelt lalu memegang setir kemudi.

"Gue mau ngomongin Firlan," katanya sebelum menginjak pedal gas dan mengarahkan mobilnya keluar area sekolah.

Rachel menatap lurus ke depan dan berusaha bersikap sebiasa mungkin. "Kak Firlan?"

"Iya," Alissa kembali melirik Rachel sebentar, "gue ga sengaja denger lo berdua ngomong tadi."

Pandangan Rachel kini mengarah sepenuhnya pada Alissa. "I-itu obrolan ga penting," jelasnya gelisah.

"Itu penting Rachel, lo bisa-bisanya—"

"Gue udah minta dia jaga jarak," sela Rachel dengan jari-jari saling bertaut.

Alissa berdecak kesal. "Itu masalahnya, kenapa lo minta dia berenti deketin lo?" tanyanya menoleh sesaat ke Rachel yang memandangnya bingung.

"Firlan bego, ga seharusnya gue ngarep dia udah jelasin semua ke lo," lanjutnya.

Dahi Rachel mengernyit tidak paham dengan perkataan yang keluar dari mulut Alissa.

"Lo mikir gue sama Firlan ada apa-apa?" tebak Alissa.

"... iya," jawabnya ragu.

Mendengar itu, Alissa memijit keningnya pelan dengan mata masih fokus ke jalanan. Ia mengehembuskan napasnya gusar.

On The RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang