Geser media dan play lagunya jangan lupa <3
Latihanku sudah selesai. Aku sekarang sedang menunggu Rael yang masih ngotot latihan karena tidak mau kalah. Menurutku sih perkembangan pelajarannya terhambat gara-gara Jay. Memang, ajaran professional yang paling terbaik menurutku.
"Berarti latihan berikutnya, kau bisa sendiri kan?"
Aku mengangguk menjawab pertanyaan Sunghoon. Tadi aku sudah bisa berdiri dan mencoba berseluncur sendiri. Walaupun sedikit takut, aku sudah bisa tanpa memegang tangan Sunghoon. Di saat itu juga, aku melewati Rael dan Jay yang masih berlatih. Dia langsung berkoar-koar mengatakan dia akan lebih hebat daipadaku. Dasar Rael manusia iri!
"Kau sudah kehilangan job sebagai guruku sekarang," jawabku berniat mengejeknya. Ia lagi-lagi menampilkan senyum malaikatnya kepadaku. Haduh, aku merasa bersalah karena mengejeknya.
"Kalau begitu biarkan aku jadi pacarmu. Aku tidak akan kehilangan pekerjaan itu," Sunghoon menatapku dengan serius. Kalau seperti ini aku jadi takut berbicara dengannya. Biasanya matanya berkilat bahagia saat menggodaku. Tapi sekarang matanya biasa saja.
"Jangan bercanda. Nanti aku diamuk massa," ujarku sambil tertawa hambar. Sunghoon suka bercanda dengan senyumannya, kalau berekspresi serius seperti ini aku jadi merasa canggung juga dengan candaannya.
Sunghoon menghela napas kemudian berdiri dari duduknya. Ia kelihatan mau memasuki ice rink lagi. Mungkin aku menghambat jadwal latihannya tadi.
"Pikirkan baik-baik tawaranku. Aku berjanji akan menjadi pacar yang baik bagimu."
Sunghoon berbicara lagi kepadaku dengan nada seriusnya. Kemudian ia memasuki ice rink tanpa menatapku balik. Aku sedikit terdiam. Sepertinya ia punya masalah akhir-akhir ini. Aku tidak tahu apa masalahnya, tapi tetap saja menembakku seperti itu sudah kelewatan.
"Jangan seperti itu Sunghoon-ah. Aku tidak bisa menanggapi candaanmu kalau kau serius seperti ini."
Sunghoon menatapku setelah aku berujar. Tatapannya semakin meredup. Aku jadi takut melihatnya. Wajahnya masih sama dengan Sunghoon yang mengajariku, tapi aku merasakan ia jadi orang yang berbeda.
"Aku lebih serius dari yang kau kira Jeanne."
Dia lagi-lagi mengucapkan nama inggrisku. Dan lagi, jantungku bergetar hebat. Kenapa sih dia suka sekali memanggilku semanis itu? Aku takut jadi pihak yang jatuh cinta sendiri.
Aku memutus kontak mataku dengannya dan beralih menatap Jongsaeng dengan Rael yang kelihatan berdebat. Kalau aku jatuh cinta, aku yang celaka. Dia tahu kelemahanku, dia bisa melepaskanku kapan saja seenak hati. Dan aku tidak mau mendapatkan sakit hati dari pacar pertamaku.
"Kau sudah harus latihan lagi kan? Temanmu memanggil," aku menunjuk ke arah sekelompok lelaki yang kutahu teman latihannya. Lalu, aku mendengar helaan napas dari Sunghoon lagi.
Ujung mataku menatapnya yang memasuki ice rink tanpa pamit kepadaku. Ia berseluncur ke arah teman-temannya. Aku sedikit sedih sih, setidaknya dia bisa melihatku sebelum pergi kan?
Padahal seharusnya ceritaku bertema blockbuster komedi, kenapa malah jadi melodrama seperti ini?
Belum sempat aku merutuki nasib, Rael dan Jongsaeng kembali keluar dari arena ice skating. Aku menatap mereka yang masih berdebat yang entah apa aku tak tahu. Aku tidak tertarik juga, tapi aku sedikit iri saja. Seandainya Sunghoon juga menatapku seperti Jay menatap Rael. Seandainya kami saling suka seperti mereka. Pasti... ah sudahlah. Mana mungkin.
"Kau sudah bisa meluncur?" tanyaku kepada Rael. Ia menjawab dengan gelengan dan gerutuan. Aku langsung tertawa melihatnya yang sedang kesal begini.