3

114 19 0
                                    

Geser medianya dan jangan lupa play lagunya <3

Pagi ini aku bangun dengan badan sakit-sakit. Sepertinya karena kemarin aku masuk rink tanpa pemanasan. Apalagi latihan dasar kemarin cukup menyebalkan, karena ada Jongsaeng dan Jake.

"Palli ireona, Yura-ya. Atau kau pergi sekolah naik bus," Jongsaeng menatapku dengan pose berkacak pinggang ala eomma. Mataku hanya menatapnya dengan malas, kemudian bangkit dari tempat tidur dengan kesal. Padahal aku memang ingin bangkit barusan, tapi mendengar suruhannya, aku jadi malas dan ingin melanjutkan tidurku.

"Iya iya aku tahu! Keluar sana!"

Jongsaeng mengacak rambutku dan langsung kabur dari kamarku. Dasar lelaki itu! Seharusnya kupukul saja langsung kepalanya tadi. Aku mendengus dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badanku.

Sesekali aku mengurut bagian paha dan betisku yang masih pegal. Apalagi aku hanya olahraga di sekolah, bagaimana bisa tubuh lemah ini menerima latihan otot secara tiba-tiba seperti kemarin? Untung saja yang mengajari Sunghoon, kalau Jongsaeng mungkin aku sudah menendangnya saat sampai di rumah.

Aku langsung mengenakan seragam sekolah dan turun ke lantai bawah sambil membawa tas untuk sarapan bersama. Kebiasaan kecil keluargaku yang tak boleh dilewatkan. Aku tak tahu sejak kapan kebiasaan itu diturunkan, tapi kadang aku tak menyukainya. Apalagi eomma dan appa akhir-akhir ini menanyakan keberadaan pacar dan orientasi seksualku.

"Kapan kau akan membawa pacarmu kesini nak?"

"Aku tak ingin berpacaran, appa."

Jake Sim tiba-tiba mengambil duduk di sebelahku, "Eyy, kau bohong."

Aku menatap Jake dengan sinis, "Apa hah? Lagian kenapa kau menginap disini sih?"

"Kemarin kau berpelukan dengan Sunghoon kan?" Jake tak mengindahkan ujaran kebencianku dan malah bertanya dengan polos. Tapi aku yakin, ia sengaja mengatakan itu supaya appa dan eomma mendengarnya.

"Jinjja? Uri ddal, kamu sudah besar. Kapan kamu akan membawa Sunghoon? Apa dia tampan? Bukan wanita kan? Tingginya, tingginya berapa?"

Begini maksudku. Jika Jongsaeng mengadu kepada eomma dan appa, mereka berdua akan bertanya hal-hal yang membuatku pusing. Aku menatap Jake yang lagi-lagi menginap di rumah dengan tajam. Jika saja, mulutnya itu tidak menyebalkan, mungkin aku akan menikmati wajah tampannya saat makan. Tapi, aku hanya berandai hal yang tak mungkin akan terjadi.

"Apa hubungannya pelukan dengan pacaran sih? Lagian kami baru bertemu untuk pertama kali kemarin. Jangan berlebihan," aku memakan dengan paksa roti yang eomma buat dan menelannya setelah beberapa kali kunyahan. Aku kesal, Jongsaeng hanya menyengir dan sama sekali tidak membelaku.

Ding dong!

Bel rumah berbunyi. Menghentikan semua pertanyaan yang akan dilontarkan kedua orang tuaku. Tapi firasatku sama sekali tak enak. Bisa saja aku tidak mengharapkan sesuatu yang akan muncul dibalik bunyinya bel rumah.

"Oh, Sunghoon sudah datang!" Jay mengedipkan sebelah matanya ke arahku sambil tersenyum tak berdosa. Mampus aku!

Jay berdiri dan pergi ke arah pintu dimana seseorang yang kuharap bukan Sunghoon ada di depan rumahku.

"Omo, menantu sudah datang?"

"Aigoo, menantu kita sangat cepat tanggap."

Aku menatap appa dan eomma dengan malas. Mereka berdua ini benar-benar. Kenapa hobi sekali mempermalukan aku sih? Cuma aku yang menatap roti dengan tak berselera.

Ice Rink PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang