15

79 15 0
                                    

Cie yang nungguin ceritanya update. Makasih udah support dari awal ya! Soalnya tinggal menghitung beberapa part menuju ending.

Still, happy weekend!

Hari ini siswa dipulangkan lebih cepat dari biasanya. Karena guru-guru mengadakan rapat yang aku tak tau dan tak mau tau membahas apa. Karena itu juga sekarang aku ada di rumah Yedam mengerjakan tugas kelompok bersama Rael juga. Awalnya sih Rael tidak sekelompok denganku, tapi dia sampai merengek-rengek di depan Song Saem. Akhirnya dia bisa sekelompok denganku walau harus mengerjakannya langsung setelah pulang sekolah.

Saking tiba-tibanya, aku belum sempat mengabari Sunghoon sama sekali. Baterai hpku habis karena tidak sempat kucharge tadi malam. Kuharap Sunghoon mengerti dengan ajakan tiba-tiba dari Yedam. Lagipula ada Rael bersama kami kan.

Aku mengerjakan bagianku nanti, setelah Rael. Soalnya Rael menulis dengan lambat. Nanti waktu yang kuhabiskan di rumah Yedam malah semakin banyak. Jujur saja, aku tak enak saat melihat ibu Yedam memandang kami dengan penasaran. Mungkin ibunya baru melihat anaknya yang rajin itu membawa teman perempuannya.

Rael selesai mengerjakan bagiannya. Aku langsung mengambil alih kertasnya dari Rael dan melanjutkannya dengan tenang.

"Heh, sepertinya aku harus pulang sekarang," bisik Rael kepadaku dan langsung kubalas dengan tatapan tak terima. Masa dia mau meninggalkanku sendiri di rumah Yedam? Aku kan tidak enak!

"Enak saja, aku bisa-bisa mati karena tatapan laser ibunya!"

Aku membalas dengan berbisik. Tapi sepertinya Yedam mendengarnya. Yedam terkekeh setelah mendengarkanku berbicara seperti itu. Aku langsung merasa bersalah karena menggunjingkan orang yang bersangkutan di depan anaknya.

Rael memukul punggungku setelah menyadari kekehan Yedam. Aku sedikit mengaduh. Rael suka sekali main tangan kepada orang-orang sekitarnya sejak kemarin itu memukul tangan Sunghoon di kantin.

"Yang penting aku pulang dulu. Nanti kau pulang minta diantar Sunghoon saja."

"Tapi hpku-"

"Yedam-ah, aku pulang dulu. Kutitip Yura sampai pacarnya menjemput ya."

Sial, Rael kabur dengan cepat sebelum aku menarik tas yang sedang dia sandang. Tega sekali dia meninggalkanku! Lalu bagaimana caranya menghubungi Sunghoon kalau hpku mati?! Dasar sahabat tidak membantu!

"Baterai hpmu habis? Mau kuisikan?" Yedam tiba-tiba berujar. Membuatku langsung mengalihkan perhatian kepadanya. Memang Yedam tak salah dijuluki malaikat di kelas. Mendengar gerutuanku tadi saja dia hanya terkekeh, sekarangpun dia sangat peka.

Aku mengangguk dan memberikan hpku kepada Yedam. Setidaknya Yedam bukan tipe manusia yang langsung menjauhiku setelah tau aku dan Sunghoon berpacaran. Dia bersikap seperti biasa dan acuh seperti biasa di kelas. Maksudku setidaknya dia tidak memandangku dengan wajah kesal seperti yang lainnya.

Aku akhirnya berhenti memikirkan kemalaikatan milik Yedam. Aku fokus menyalin tulisan dari materi yang sudah kucari di internet. Sebenarnya tugasnya tidak banyak, cuma Rael terlalu lambat menulisnya sehingga memakan banyak waktu. Setelah 15 menit, aku menyelesaikan bagianku dan menyerahkan kertasnya kepada Yedam.

"Boleh ambilkan hpku Yedam-ah?" Tanyaku kepada Yedam, dia mengangguk dan memberikan hpku yang dia charge di balik badannya. Sudah terisi 35%, sepertinya membeli hp fastcharging ini berguna juga di keadaan tertentu.

Aku menghidupkan tombol powernya sambil mengemasi alat tulisku ke dalam tas. Semoga saja Sunghoon mau menjemputku, atau aku harus menyogok Jay dengan bubble tea untuk menjemputku. Membayangkannya saja bisa membuatku lelah setengah mati karena uangku terus-terusan dia buang.

Ice Rink PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang