11

80 11 0
                                    

Aku salah update anjir :3 maap maap, kelen udah bisa baca dengan tenang sekarang :'

Bagiku, Sunghoon itu campuran antara sikap iseng, romantis, pendiam, dan elegan. Dia sama sekali bukan tipe lelaki cuek. Dia peduli terhadap orang sekitar, terlebih orang yang ia kenal dekat. Tidak salah sebenarnya aku menganggapnya malaikat.

Seperti saat ini. Aku kebocoran di sekolah, dan terpaksa pergi ke ruang kesehatan di tengah jam pelajaran. Sialnya, Rael tidak hadir hari ini karena mengikuti olimpiade Biologi tingkat kota. Pembalut di ruang kesehatan habis. Aku jadi hilang petunjuk tentang siapa yg mau kuminta tolongi belikan pembalut dan membawakan rok pengganti di loker.

Untuk mengharapkan Jay, aku tidak bisa. Nanti dia malah datang untuk mengejekku tanpa membawa barang yang ku butuhkan. Teman sekelas? Tidak banyak dari mereka yang mau berbicara denganku sejak mereka tau aku dan Sunghoon berpacaran. Jadi, dengan nekat dan malu yang memuncak, aku meminta tolong kepada Sunghoon.

Dia mengiyakannya dengan santai saat kutelpon. Aku jadi semakin malu dengan respon biasanya.

"Yura-ya? Kau di dalam?"

"I-iya! Aku di dalam."

Suara manis itu memanggilku. Aku yang berdiri canggung malah semakin canggung setelah mendengar pintu terbuka. Tanganku menutupi belakang rokku yang dipenuhi noda darah. Ruang kesehatan dipenuhi bau amis darah haidku. Untung saja tidak ada orang selain aku disini.

"Rokmu belum kuambilkan. Apa sandi lokermu?"

"7012."

Kepala Sunghoon muncul di antara pintu. Matanya akhirnya menatapku yang tengah berdiri di pojok ruangan. Ia tersenyum, seolah menyuruhku lebih bersantai. Aku akhirnya duduk, di kursi putar pojok ruangan.

Dia masuk ke UKS sambil meletakkan pembalutku di atas kasur dekat pintu. Astaga, dia pengertian sekali. Seandainya Jay juga diajarkan etika oleh Sunghoon, mungkin aku tidak akan mempermalukan diriku saat ini.

"Gomawo, Hoonie."

Aku berujar pelan kemudian menutup mukaku dengan kedua tanganku. Aku malu! Tidak hanya dengan kebocoran dan meminta lelaki setampan Sunghoon membelikan pembalut, tapi karena panggilanku barusan. Apa-apaan itu Hoonie? Sekalipun aku sering melakukan aegyo-dan langsung ditendang Jongsaeng, melakukannya di depan orang yang kusuka itu cukup memalukan.

"Aigo, aku berdebar," Sunghoon mendekatiku kemudian mengacak rambutku pelan. Astaga, bisa-bisanya dia menggodaku di saat urgent seperti ini. Dia pasti sedang tersenyum gemas melihatku.

"Aku akan kembali setelah mengambilkan rokmu," Sunghoon kembali berujar dengan senyuman lebarnya. Aku bisa melihat tulang pipinya yang naik sejelas itu di antara celah jariku. Argh, ingin rasanya kupukul kepalaku! Damagenya benar-benar parah!

Pintu ruangan kesehatan terdengar tertutup. Sunghoon sudah pergi lagi dan kemungkinan besar akan kembali sambil mengantarkan rok dari lokerku. Aku langsung memukul kedua pipiku, berniat menyadarkan diri agar tidak bertingkah lebih memalukan.

Aku langsung mengambil pembalut yang ia letakkan di kasur dan memasuki kamar mandi. Memikirkan Sunghoon yang terlihat santai saja padahal aku berdebar karena malu, sepertinya dia pernah mengalami seperti ini. Mungkin pacar-pacar lamanya?

Aku selesai berberes, lalu keluar dari kamar mandi menggunakan handuk yang disediakan di ruang kesehatan yang kulilitkan di pinggang. Untung saja ruang kesehatan tidak kehabisan stok handuknya. Aku tidak akan semalu itu untuk bertemu Sunghoon, karena rokku tak akan terlihat.

Ice Rink PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang