10

76 12 0
                                    

Btw kalian suka ga lagu-lagu yang aku rekomendasiin di media? Kalau kalian suka, jangan lupa support lagunya dengan like di youtubenya ya! Karya berhak apresiasi sekecil apapun bentuknya dari orang lain yang menikmatinya :)

Geser dan play medianya ya :3

Kupikir kencan pertama orang-orang biasa saat pacaran itu adalah pergi menonton, makan, atau jalan-jalan di taman. Maksudku apa aku salah jika berharap pergi ke tempat seperti itu? Tapi Sunghoon malah mengajakku ke gereja!

Aku mengerti ini hari Minggu, lagian aku bukan orang yang taat sekali, tapi ini kencan pertama kami! Dia malah mengajakku ke gereja untuk ibadah! Ingin rasanya kucubiti perutnya.

Sesekali aku menatap Sunghoon dari ujung mataku. Ia masih menatap lurus pastor yang memberikan khotbah yang aku tak paham membicarakan apa. Cih, dia sepertinya lupa membawaku tanpa izin seperti ini. Setidaknya jika dia mengatakan pergi ibadah, aku bisa membawa kain penutup kepalaku. Untung saja aku memakai baju yang menutupi, jika tidak mungkin sudah kupukuli pria tampan di sebelahku.

"Berhenti menatapku, Yura-ya. Dengarkan khotbahnya," Sunghoon berujar tanpa menatapku sedikitpun. Aku mendengus kesal sambil memainkan jaket kulit berwarna hitam yang ia pakai. Ingin sekali kuseruduk perutnya dengan kepalaku agar dia mengaduh kesakitan dan memperhatikanku. Tapi kuurungkan niatan jahat itu karena beberapa orang menatap ke arah kami setelah Sunghoon berujar barusan.

"Aku tidak paham," jawabku berbisik sambil menarik keluar saku jaket kulitnya. Sesekali aku terkikik geli melihat jaket kulitnya tak berbentuk seperti itu.

Sunghoon mengalihkan pandangannya dan menatapku gemas, lalu kubalas dengan senyuman saja. Tangannya langsung memperbaiki saku jaketnya yang kukeluarkan dan meraih tangan kananku. Jarinya langsung menggenggam tanganku, seolah tak membiarkanku kabur dari gereja.

"Tiga puluh menit lagi, sabar ya cantik," ujarnya sambil mengusap tangan kananku yang dipegangnya. Aku menggigit bibirku gemas. Aku takut senyumku malah membuatku terlihat aneh karena senyum bukan ekspresi yang tepat untuk khotbah yang disampaikan pastor.

Sunghoon memperhatikan khotbah, tidak lagi memperhatikanku. Tapi tangannya tetap mengusap tangan kananku, seolah menyuruhku bersabar. Ujung mataku kembali menatap wajahnya. Bibirnya kelihatan bergetar, menahan senyum sepertinya. Ingin rasanya kucubit pipinya saat ini!

Beberapa menit berlalu, aku menatap pastor dengan tatapan tak minat. Daripada dimarahi Sunghoon lagi, lebih baik kuturuti saja sekalipun tak akan mengerti. Pastor memulai ucapan-ucapan doa. Berarti khotbah sudah selesai. Hampir semua orang sekarang mengaitkan kedua tangannya dan memejamkan matanya mengikuti doa.

Aku juga ingin mengikuti. Namun Sunghoon malah mengaitkan kedua tangannya di antara tangan kananku. Membawa tangan kananku berdoa di depan dirinya. Aku meliriknya, bercandanya kelewatan. Tapi ia menutup matanya dengan raut seriusnya. Bibirnya mengucap amin dengan lirih setiap kalimat baik yang diujarkan pastor.

Aku sudah coba melepas tanganku di antaranya, tapi ia semakin mengeratkan genggamannya setiap aku menarik tanganku. Sekalipun menurutku sikap Sunghoon tidak sopan saat menyampaikan pujian untuk Tuhan, tapi aku ingin mengakui, dia cukup romantis. Membawa tanganku saat doanya sedikit membuatku merasa penting dihidupnya.

Akhirnya, aku meletakkan tangan kiriku di dada dan ikut memejamkan mata sambil berdoa.

Semoga, Tuhan memberkatiku dan keluargaku, tetap mencukupi hidupku dan keluargaku, melancarkan segala urusanku, dan kuharap hubunganku dan Sunghoon akan tetap berjalan di kebahagiaan dengan kesederhanaannya. Amin.

----------------------------------

Akhirnya, aku menyelesaikan ibadah secara lengkap kali ini. Walaupun tidak fokus dibeberapa bagian, ini adalah kemajuan. Aku sering sekali bolos ibadah dari kecil, jadi ibadah kali ini adalah hal baru bagiku. Terlebih ada Sunghoon kali ini.

Ice Rink PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang