39. I'm Your Sun, I'm Your Moon

107 23 2
                                    

Sedari tadi Letta sibuk mengurus berkas-berkas yang menumpuk. Bisa dibilang hari ini adalah hari tersibuknya. Cewek yang mengenakan kaos putih berlapiskan blazer berwarna cokelat dipadukan dengan rok selutut yang serupa dengan blazernya itu berulang kali membaca berkas dengan teliti. Tanpa ia sadari Fero sudah duduk didepan mejanya. Cowok itu meletakkan dagunya di kedua telapak tangannya yang ia tangkupkan.
"Serius banget," kata Fero yang sejak tadi memperhatikan Letta. Ia tersenyum tipis hingga Letta tak menyadarinya.

Letta hanya melirik sekilas cowok itu. Ia kembali fokus ke berkas yang dibukanya. Sejak ia berteman dengan Fero, ia merasa bahwa Fero selalu datang tiba-tiba didepannya.

Fero keluar dari ruangan itu karena Letta tak mengubris perkataannya. Ia kembali memasang wajah cool.

"Aneh," batin Letta melihat punggung Fero yang menjauh darinya.

Drrrtttt
Letta segera mengangkat ponsel miliknya yang bergetar itu. Nama Morgan jelas terpapang di layar ponsel Letta.

"Lo sekarang dimana?" tanya Morgan diseberang.

"Gue di Restoran Shark Food,"

"Gue kesana sekarang,"

Belum sempat Letta menjawab Morgan sudah memutuskan panggilan. Cewek berwajah dingin itu keluar dari ruangannya karena tugasnya untuk memeriksa berkas sudah selesai. Ia duduk di dekat jendela depan restoran agar Morgan dapat menemukannya dengan cepat.

Setelah sepuluh menit Morgan tiba di Restoran Shark Food. Benar saja bahwa Morgan menemukan Letta dengan cepat. Cowok itu duduk di depan Letta.
"Gue nggak ganggu lo kan?" tanya cowok itu.

"Enggak,"

"Gue rasa orang yang ngevideo itu tinggal nggak jauh dari minimarket dekat taman bunga,"

"Lo kok bisa tau,"

"Belum lama ini gue hampir nabrak cewek yang makai sandal berhias bunga matahari didekat taman itu,"

"Sebenarnya cewek itu gue,"

"What?" Morgan kaget dengan pernyataan Letta.

"Iya, gue yang udah ngevideo kejadian satu tahun silam,"

"Masih ada videonya?"

"Masih,"

Letta mengambil flashdisk yang berada di saku blazernya. Ia meletakkan flashdisk itu di atas meja.

"Gue nggak nyangka ternyata itu lo," Morgan. "Tapi lo nggak papakan? Maksud gue kakak tiri lo?" lanjutnya.

"Gue nggak papa, toh Luna emang salah,"

Morgan mengambil flashdisk yang berada di meja itu.
"Thanks ya Let lo udah bantuin gue, flashdisknya gue bawa ya,"

"Okay,"

Saat Morgan akan memasukkan flashdisk itu didalam saku jaketnya tiba-tiba Fero menyambar flashdisk itu.
"Biar gue yang bawa," kata Fero duduk di samping Letta.

Morgan menatap Fero. Cowok itu selalu datang tiba-tiba.
"Lo nggak percaya sama gue?"

"Bukannya gue nggak percaya, tapi gue nggak mau aja lo kegoda Luna dan akhirnya video ini hilang,"

"Jadi lo udah tau kalau Luna yang udah ngedorong Mutiara?"

Fero tersenyum enteng.
"Yes, gue udah tau sejak lo belum balik ke Indo,"

"Sialan lo!" Morgan berdiri memegang kerah jaket denim Fero. Bisa-bisanya Fero mempermainkannya.

"Why? That is your wrong because you stupid," kata Fero dengan nada ejekan.

"LO!"
BUGH
Morgan memukul tulang pipi kiri milik Fero.

"Lo berdua kalau punya masalah diselesaikan baik-baik," Letta berusaha melerai mereka. Untung saja restoran sedang sepi tidak banyak orang yang menonton. Saptam yang bekerja di restoran itu hendak melerai tapi Fero memberikan kode pada saptam bahwa ia baik-baik saja.

"Ini masalah gue sama Fero, jadi lo nggak usah ikut campur Let," skatmat untuk Letta. Cewek itu hanya bisa diam. Lagi pula ia tak ingin memiliki banyak masalah lagi. Apalagi ikut campur.

Morgan kembali memukul pipi kanan milik Fero, itu terus berulang. Cowok bertemperamen berubah-ubah itu hanya diam, ia tak memberikan perlawanan sedikit pun pada Morgan..

"Kalau Mutiara disana tau lo kayak gini, gue jamin dia bakalan kecewa sama lo. Lo sama aja mempermainkan Mutiara! Lo udah nunda-nunda pelakunya ditangkap bahkan lo terus-terusan nuduh gue," kata Morgan.

Mendengar kata Morgan bahwa Mutiara akan kecewa padanya. Wajah Fero berubah pucat pasi. Keringat dingin membasahi wajahnya. Bibirnya sedikit bergetar, matanya berair.

"Lo sakit gue pukulin? Dasar lemah," ucap Morgan penuh dengan ejekan.

Buru-buru Letta mendorong Morgan yang berada di depan Fero. Letta langsung memeluk Fero. "Lo boleh dengerin apa kata Morgan tapi jangan percaya apa kata dia. Gue yakin Mutiara disana baik-baik aja, dia nggak kecewa sama lo. Lo percaya kan apa kata gue?" Letta membisikkan kalimat itu tepat di telinga Fero. Ia tahu bahwa Fero kembali trauma pada Mutiara.

Fero menganggukan kepalanya. Entah mengapa ia selalu merasa aman ketika Letta berada didekatnya. Cewek itu bisa memberikan rasa hangat padanya disamping sifat dingin yang dimiliki oleh cewek itu. Itu sama persis seperti Mutiara. Mengingat Mutiara, Fero kembali bergetar.

"Gue berharap lo bisa lebih baik dari ini Morgan. Gue tau lo bukan Fero, tapi lo harusnya sedikit paham tentang Fero," Letta menuntun Fero untuk pergi dari restoran itu.

Morgan menatap dua punggung orang yang pergi menjauhinya itu. Kini ia sadar bahwa Fero trauma terhadap Mutiara. Seperti dirinya yang trauma akan ibunya dulu. Dulu Luna lah yang selalu menyemangatinya. Dan ia tahu bahwa Luna membantunya dengan tulus. Namun tak setulus Letta membantu Fero. Ia bisa melihatnya hanya dari sorot matanya.

Letta membawa Fero ke taman tak jauh dari restoran itu.
"Thanks udah bantuin gue," Fero. Warna pucat di wajahnya sudah sedikit menghilang.

"Lo temen gue jadi lo berhak dapetin itu,"

"Lo itu adik gue, jadi lo berhak dapetin kasih sayang dari gue," kata Mutiara tersenyum lebar.
Fero teringat perkataan Mutiara. Mereka berdua memang mirip, batin Fero.

"Lo lihat bulan disana!" Letta menunjuk satu-satunya bulan yang bersinar di malam itu. "Bulan nggak bisa bersinar terang tanpa matahari. Bulan perlu dukungan dari matahari. Dan sinar matahari akan sia-sia tanpa adanya bulan di malam hari. Mereka berdua saling melengkapi sebagai teman," kata cewek itu berhenti sejenak, ia tersenyum. Ya, senyum terindah menurut Fero. "Gue bakalan jadi seperti matahari untuk lo. Gue bakalan ngedukung lo di setiap situasi," lanjut Letta menoleh ke arah Fero.

Fero sedikit terkejut saat Letta tiba-tiba menatapnya. Ucapan cewek yang duduk disampingnya itu membuat hatinya berdesir hangat. "Dan gue bakalan jadi bulan lo. Gue bakalan buat keberadaan lo nggak sia-sia, gue bakalan buat lo bahagia berteman sama gue," kata Fero. "Tapi kebalik nggak sih? Harusnya gue yang jadi matahari dan Letta jadi bulan," batin Fero.

"So sweet kek di drakor and drachin," batin Letta.

Mereka berdua hanyut kedalam pikirannya masing-masing. Bulan yang bersinar terang di sertai bintang-bintang yang gemerlap membuat suasana lebih tenang.






✍️✍️✍️

Bad Stalker update guys
Partnya sedikit aneh ya? Wkwk maklumi aja guys.
Jangan lupa vote dan coment ya.

STALKER LIFE [COMPLETE ✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang