11. Kita Nggak Ada Hubungan Darah

175 51 1
                                    


Malam ini suasana sedang tidak enak di rumah Luna. Luna cukup kesal dengan ibu dan ayah tirinya. Ia meminta uang namun tak kunjung diberikan oleh ibu maupun ayahnya.

"Ma pokoknya Nana minta uang," Luna. Pagi ini mereka sarapan bersama.

"Minta sama ayah kamu," Dira menatap ayah Letta.

"Yah Nana minta uang," Luna menatap ayahnya kesal karena tak kunjung bersuara dari tadi. Ayahnya seperti mempunyai dunianya sendiri saat makan.

"Ayah Nana ngomong sama ayah," ulang Luna.

"Ayah kemarin sudah memberikan uang, dan kamu minta lagi?! Ayah udah nggak punya uang lagi," kemarin Luna memang telah meminta uang.

"Uangnya udah habis, Nana bakalan nggak masuk sekolah kalo gak dikasih uang," Luna menghentikan makannya dan memasang ekspresi cemberut.

"Ayah belum gajian Nana. Kamu jadi anak yang hemat dong! Masih mending Etta yang dulu gak pernah minta uang. Dia kerja sendiri," ayah menaikkan satu oktaf suaranya. Kini ia mengingat anak kandungnya, bagaimana nasibnya sekarang? Apakah dia sudah makan?

"Puji Etta terus Yah. Nana kecewa sama ayah," kata Luna sambil berlari keluar dari rumah.

"Sayang dengerin kata Mama," Dira kini membuka mulutnya.

"Liat Nana Mas! Letta udah pergi, jangan bahas anak gak tau diri itu!" Dira menatap suaminya tajam. Walaupun Letta sudah pergi namun di mata suaminya hanya ada Letta dan Letta.

Luna berlari dari rumah dengan kesal. Kali ini teman-temannya mengajak pergi ke mall bersama namun ia tak punya uang sepeser pun. Ayahnya selalu begitu, menyuruhnya untuk menghemat dan menghemat. Dia bukan Letta yang selalu bisa menghemat.

Luna pergi menuju Restoran Shark Food.

" Yang ibu pesan nasi goreng 1 porsi, es coffee capucino 2, spageti 1 porsi? " Letta mengulang pesan pelanggan.

"Ya Mbak,"

"Etta," panggil Luna ketika melihat Letta berjalan menjauhi pelanggan. Letta hanya melirik Luna dan menghiraukannya. Luna yang kesal diabaikan segera menarik tangan Letta menuju toilet.

"Lo apa-apaan sih?!" Letta menghepaskan tangannya yang dipegang Luna.

"Gue ingetin ya jangan sekali-kali lo deketin Vino. Jangan kegatelan sama dia," ucap Luna.

"Gue deketin Vino? Ya jelaslah, dia aja nembak gue," Letta dengan gayanya.

"Lo jangan cari masalah ya sama gue," Luna.

"Yang ada elo yang cari masalah sama gue," Letta yang tak habis pikir dengan anak tiri ayahnya.

"Putusin Vino atau ngga-"

"Lo cemburu? Sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan, gue masih punya banyak kerjaan," Letta.

"Gue kesini mau minta uang ke elo," Luna to the point.

"Minta uang?! Haha... Lo pikir mudah cari uang. Gue bilang gue masih banyak kerjaan," Letta yang akan meninggalkan Luna, namun Luna mencekal lengannya.

"Tinggal kasih gue uang apa susahnya. Kalau enggak gue pake ca-"

"Cara kasar?! Kek terakhir kali lo minta uang ke gue! Gue bisa lebih kasar dari elo. Asal lo tau mulai sekarang lo gak bisa minta uang ke gue. Bahkan gue gak sudi pinjamin uang gue kek elo. Emang lo siapa gue? Kita gak ada hubungan apa-apa," Letta. Letta dan Luna memang tidak memiliki hubungan darah.

"Lo berani sama gue sekarang?!" Luna.

"Apa sih yang harus gue takutin dari elo," balas Letta.

"Lo!" Luna mengangkat tangan kanannya hendak menampar Letta, namun ada sosok yang terlebih dahulu mencekal tangan Luna.

"Ini restoran bukan tempat bagi pelanggan main kasar, lo bisa pergi kalau disini cuma main kasar," ucap Fero yang entah bagaimana bisa tiba-tiba berada disitu.

"Dia yang nyelamatin Etta waktu tenggelam, ada hubungan apa mereka?" batin Luna yang segera pergi.

"Fero lo kok disini?" tanya Letta menatap Fero.

"Ini tempat umum, gue bebas kemana-mana," Fero.

.....

Syifa memasuki restoran Shark Food dengan kesal. Tampilan feminim nerd nya membuat dia tambah terlihat lucu dalam kekesalan.

Entah mengapa mama Fero menyuruhnya untuk mencari Fero di restoran Shark Food karena Fero tidak membawa ponsel pintarnya. Aksi nonton darma Syifa tertunda yang membuat gadis lucu itu cemberut.

"Fero kamu disuruh pulang sama Tante Diana," kata Syifa yang melihat Fero sedang meminum hot coffee di restoran itu.

"Entar juga aku balik," Fero.

"Buruan pulang, entar diomelin Tante," Syifa duduk di kursi depan Fero.

"Sebentar lagi deh," Fero.

"Iih cepet, aku nanti kalau dapet omelan juga gimana?" bibir Syifa kini menyerupai mulut bebek.

"Ya resiko dong," kata Fero mencubit pipi Syifa.

"Fero jangan jahil dong," Syifa menggosok-gosok pipinya yang dicubit oleh Fero.

"Haha kamu lucu juga Sif," tawa Fero.

"Feroooo!" Syifa berdiri menarik rambut Fero dengan kencang.

"Aaau sakit Sif, lepasin gak," Fero.

"Tapi kita pulang sekarang," Syifa melepaskan tarikannya pada rambut Fero.

"Iya-iya yuk," Fero merangkul bahu Syifa keluar dari restoran itu.

Tadinya Letta berniat akan mencatat pesanan Syifa namun mengurungkan niatnya karena takut menganggu pasangan itu, lagian mereka langsung pergi. Letta kali ini tahu alasan Fero kesini adalah menunggu pacarnya datang. Letta kali ini sudah yakin bahwa Syifa adalah pacar Fero.


✍️✍️✍️

Vote dan coment jangan lupa
Jangan cuma jadi pembaca tersembunyi!
Thanks buat kalian yang udah vote dan coment
Love u guys

STALKER LIFE [COMPLETE ✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang