30. Luna Pembunuh?

114 25 0
                                    

Luna menghampiri pohon besar yang tak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Ia memutari pohon itu namun tak ditemukannya satu orang pun.

"Nggak ada orang, gue mau pulang," Luna berjalan untuk pulang.

"Biar gue anter," ucap cowok berpakaian hitam.

Luna berbalik menghadap lelaki itu. Yang ternyata adalah Morgan.
"Kita sekarang nggak ada hubungan apa-apa, jadi mending lo nggak usah sok mau nganter gue,"

"Cewek nggak baik pulang malem-malem," ucap Morgan dengan nada khawatir. Luna adalah orang yang selalu menyemangati dirinya saat mamanya meninggal. Ia tau bahwa Luna mencintainya. Gadis anggun itu memaksanya untuk menjadi pacarnya disaat dirinya juga memiliki pacar. Hingga pada akhirnya Morgan juga mencintainya. Ia tak tau mengapa ada dua orang yang singgah di hatinya.

"Ooh gue tau, lo masih suka sama gue?"

"Gue suka sama pembunuh? No i don't like it," Morgan tertawa terbahak-bahak. Tawanya membuat orang yang mendengarkan merasa merinding.

"Udah gue bilang berapa kali kalau gue bukan pembunuh," Luna berjalan meninggalkan Morgan yang masih tertawa.

"Mulut lo yang bilang kalau lo bukan pembunuh, tapi hati lo bilang kalau lo pembunuh!" teriak Morgan.

Disisi lain Letta mulai merasa gatal-gatal karena di gigit oleh semut. Ia memanjat pohon ketika Luna mulai mendekati pohon itu. Sampai sekarang Letta masih berada di pohon itu. Karena posisi Morgan berada didekatnya. "Nana beneran pembunuh? Tapi siapa yang dia bunuh?" batin Letta.

"Gue nggak akan lepasin lo Luna. Lo pengecut," ucap Morgan lirih namun masih bisa didengar oleh Letta. Morgan mengingat kejadian satu tahun silam. Dimana ia berada di taman bersama gadis tomboy yang ia cintai tetapi bukan Luna. Pada malam itu adalah tahun baru, jadi ia bermain kembang api bersama gadis itu. Namun tak sengaja Luna kebetulan melihat dirinya dan gadisnya. Luna terlibat perkelahian dengan gadisnya. Gadisnya tak sengaja melempar kembang api yang hidup tepat di lengan kiri atas milik Luna. Itu membuat dirinya sangat khawatir dengan keadaan Luna. Namun belum sempat ia melerai kedua wanita itu, tiba-tiba Luna mendorong gadis tomboy ke arah jalan besar hingga gadis itu tertabrak oleh sebuah truk yang dikemudi oleh sopir yang mengantuk. Dan tepat saat itu Luna lari dengan kencang seperti orang yang terkena teror. Namun yang paling merasakan teror itu adalah Morgan. Ia disalahkan oleh pihak kepolisian atas kejadian itu. Bahkan sopir yang mengantuk itu memberikan saksi bahawa Morgan lah yang mendorong gadis tomboy itu.

"Itu Morgan kenapa nggak pergi-pergi sih," kesal Letta menggaruk-garuk lengan tangannya yang gatal.

.....

Hari ini Letta berangkat ke sekolah tanpa Vino. Vino tak dapat berangkat ke sekolah karena harus menemani mamanya ke rumah sakit. Letta tak menanyakan lebih lanjut tentang penyakit apa yang diderita oleh mamanya Vino. Karena ia tak ingin membuat Vino sedih.

"Tumben sendirian," Fero berjalan mensejajari Letta di koridor menuju kelas 11.

"Kalau gue sendirian berarti lo makhluk halus, bisa dikatakan setan,"

"Gue nggak tau kenapa lo selalu ngomong pedes ke gue,"

"Karena gue nggak suka sama lo,"

"Apa coba yang nggak lo suka dari gue? Gue ganteng, pinter, baik," ucap Fero sambil mengatur rambutnya yang berantakan.

Letta berhenti berjalan. Ia menghadap ke arah Fero.
"Lo mau ganteng apa pinter apa baik, itu nggak ngerubah sifat lo yang sombong. Sok cakep lo!" ucap Letta meninggalkan Fero yang terngangan di tempat.

STALKER LIFE [COMPLETE ✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang