05. Pacar Baru?

253 71 65
                                    

"Lo mau apa sih," tanya Letta kepada Fero kesal.

"Ikut gue," Fero memasuki rumahnya.

Letta hanya biasa mengikuti Fero dibelakangnya. Memasuki bangunan mewah yang begitu indah. Pertama kali Letta melihatnya ia langsung terperangah. Bagaimana tidak terpengarah, ruang tamu lebar yang bercatkan putih dengan sofa yang terlihat begitu empuk, tak lupa beberapa guci yang begitu terlihat mewah terpasang disana. Terlihat beberapa foto yang terpajang dan piala yang begitu banyak.

"Lo mau apa sih?" tanya Letta lagi.

Tidak ada jawaban lagi dari Fero. Letta pasrah mengikuti Fero dibelakangnya menaiki tangga dan terlihat Fero memasuki sebuah ruang kamar.

"Masuk," kata Fero sambil memegang kenop pintu menghadap Letta.

"Lo jangan macem-macem ya sama gue," kata Letta tidak berniat masuk ke ruangan itu.

"Pede banget lo, gue gak tertarik sama cewek sampah kali,"

"Dasar cowok brengsek, gue mau pulang," kata Letta sembari balik kanan.

"Eh tunggu, katanya lo mau kamera dan ponsel lo balik kek semula," Fero berbicara dibelakang Letta, tanpa berubah posisi.

"Oh iya gue lupa, gue kan gak punya uang buat benerin tuh kamera sama hp gue," batin Letta dalam hati.

"Ya lo kan yang buat itu rusak, jadi lo harus tanggung jawab," kata Letta balik kanan lagi menghadap Fero.

"Masuk, lo bersihin kamar gue dulu baru lo boleh pulang dan posel kamera lo balik,"

"Lo ya," Letta menahan marah berjalan memasuki kamar Fero. Sedangkan Fero pergi menuruni tangga entah kemana.

Kesan pertama yang Letta lihat kamar Fero begitu kotor, banyak bungkus snack dimana-mana, minuman berkemasan tak luput disana, dan pakaian-pakaian kotor tersebar juga.

Letta yang melihat itu langsung membersihkannya hingga benar-benar bersih. Akhirnya kamar yang bercatkan hitam putih itu menjadi lebih baik dan terlihat nyaman.

"Huft," lega Letta. Letta mendudukkan pantatnya di sofa yang berada di samping  tempat tidur Fero.

"Ternyata udah selesai jug-" kata Fero yang memasuki kamarnya terputus karena melihat Letta yang tidur pulas di atas sofanya dengan posisi duduk. Fero yang melihat itu tidak enak hati, ia berniat memindahkan Letta di ranjangnya. Ketika Fero akan mengangkat Letta, tiba-tiba mata Letta terbuka.

"Elo, mau ngapain, jangan macem-macem sama gue," kata Letta yang sigap berdiri.

"Gue mau pindahin lo ke bawah jembatan," jawab Fero santai.

Letta yang kesal pun segera menginjak kaki sebelah kiri Fero dengan tekanan yang bisa dibilang cukup keras. Fero yang kakinya diinjak segera memegangi jari kakinya pertanda sakit.

"Okay, karena elo udah kurang ajar sama gue, gue mau lo masakin buat gue," kata Fero.

"Gue gak mau,"

"Lo liat ini, kalo lo mau hp dan kamera lo balik, lo harus masak buat gue," kata Fero sambil mengangkat tas transparan yang ia pegang sejak tadi, yang berisi hp dan kamera Letta yang sudah ia bawa ke konter saat Letta membersihkan kamarnya.

"Gue udah bilang kalo gue gak bisa, lagian orang tua lo kan tajir, lo tinggal delivery atau ke restoran apa susahnya,"

"Lo tinggal masak apa susahnya," Fero menirukan logat Letta yang tegas.

"Kalo cuma mau ngerjain gue, gue gak ada waktu, lebih baik gue pulang," kata Letta berjalan meninggalkan Fero, dengan sengaja menyenggolkan bahunya ke bahu Fero dengan keras. Menurut Letta buat apa dia menuruti perkataan orang brengsek, sedangkan pekerjaannya sendiri saja belum kelar. Saat Letta berhasil menuruni anak tangga. Tiba-tiba ada seorang wanita paruh baya masuk ke dalam rumah.

"Ero, mami pulang nih," kata wanita paruh baya itu sambil berteriak.

"Loh kamu pacar barunya Ero ya?" tanya wanita itu yang baru menyadari keberadaan Letta.

"Dia temen Ero Mah," jawab Fero menuruni tangga.

"Ngapain disini?" tanya Mama Fero ~Diana. Diana memiliki butik yang ternama jadi dia sering sibuk dengan butiknya.

"Itu Tan, si cowok breg.... Eh Fero maksudnya, nab-"

"Ero kurang jelas sama materi guru, trus Ero minta Letta ngajarin,"

"Jadi namanya Letta, satu sekolah sama Ero ya?" tanya Diana yang lebih ke pernyataan bukan pertanyaan.

"Iya Tan," jawab Letta sambil tersenyum kecil tanda ia sangat menghormati orang yang lebih tua darinya.

"Satu kelas?" tanya Diana lagi.

"Enggak Tan," jawab Letta seadanya.

"Trus kamu kelas 11 apa?" tanya Diana yang memang kalo sudah bicara susah berhenti sangat berbeda dengan Fero.

"Sebelas IPA1 Tan,"

"Wah kamu pinter juga, berarti lebih pinter dari Ero ya, Ero kamu harusnya belajar dari Letta dong," kata Diana bangga dengan Letta.

"Udah deh Maa, Ero mau keluar sama Letta makan siang dulu," kata Fero yang menyudahi pertanyaan dan ocehan Diana.

"Oh ya, ekhem hati-hati di jalan," kata Diana.

"Mari Tan," kata Letta sambil menyalami tangan Diana.

"Iya sering-sering main kesini Letta, Ero juga sering-sering bawa Letta main ke rumah ya," ucap Diana sambil mengerlingkan mata ke arah Fero.

"Iya Tan," jawab Letta singkat.

🎆🎆🎆

Fero membawa Letta ke tempat restoran tempat kerja Letta.

"Aduh gue lupa," kata Letta didalam restoran teringat sesuatu.

"Lupa apaan?" tanya Fero duduk di tempat duduk pojok restoran.

"Gue ada jadwal kerja sekarang," kata Letta.

"Lo ada jadwal kerja? Jalang," kata Fero mencemohok Letta.

"Lo bisa gak sih jaga mulut elo," Letta tidak terima sambil menarik kursi duduk didepan Fero.

Terlihat Satria datang ke arah meja mereka.

"Letta, lo kok telat lagi, apa lo ketabrak lagi? Lo harusnya hubungi gue, btw gue udah bilang sama bos kita kalo elo datang terlambat, wait, ini temen elo?" kata Fero menatap Letta dan berganti menatap Fero.

"Gue emang telat, gue enggak ketrabak lagi kok, thanks udah izinin gue, dia... temen gue," kata Letta menjawab pertanyaan Satria.

"Ooh," Satria ber oh ria. "Mau pesen apa?" lanjutnya.

"Eh Sat biar gue aja, kan disini gue juga kerja," sambar Letta mengambil buku yang dibawa Satria.

Fero yang mendengar itu malu sendiri dengan perkataannya tadi. Ia kira Letta jalang ternyata Letta bekerja di restoran itu.

"Ekhem, gue yang ajak Letta kesini untuk makan bareng, gue bakal izinin Letta untuk tidak bekerja hari ini," Fero yang baru saja berbicara.

"Lo gak bisa seenaknya aja sama gue," kata Letta jengah.

"Well, lo inget kan yang tadi," Fero mengingatkan tentang nasib ponsel dan kamera Letta.

"Sialan nih cowok," batin Letta.

"Sat, maaf gue gak bisa bantu," kata Letta menyerahkan buku yang tadi ia sambar kepada Satria sambil meringis.

"Santai aja kalik," jawab Satria enteng.

🎆🎆🎆

Votmen ya hehe...
Ini bukan malming tapi udah minggu wkwk...
Selamat weekend guys hehe...

STALKER LIFE [COMPLETE ✔] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang