Akhir

1.2K 147 16
                                    

Minju mengeratkan jaket dibadannya.  Pagi ini sangat dingin dan saat ini dia bersama dengan Yujin untuk pergi melihat matahari terbit.  Yujin berjalan memimpin sambil menggenggam tangan kanan Minju.  Mereka berjalan dalam diam, hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar.  Setelah 10 menit berjalan, Yujin berhenti.  Minju yang berada di belakang Yujin ikut berhenti dan melihat sekitarnya.  Ternyata mereka sudah keluar dari vegetasi hutan dan berdiri di tepi jurang.  

"Sudah sampai kak..." Yujin melepas genggaman tangan mereka.  Lalu mengambil lipatan kertas koran dari saku jaketnya dan membentangkannya di tanah. 

"Duduk disini kak. Tenang saja disini aman kok... " ajak Yujin.

Minju menurut dan mendudukkan dirinya disisi kiri Yujin. 
Mereka menatap langit didepan yang masih gelap. 

Yujin mengeluarkan termos kecil dari saku besar jaketnya dan menyerahkannya ke Minju.

"Minumlah kak.  Ini teh hangat lumayan bisa menghangatkan kak Minju...Perhitunganku sekitar setengah jam lagi matahari akan terbit." ucap Yujin lagi.

Minju meminum teh tersebut dan memegang termosnya.  Hangat.

Minju menguam, matanya terasa berat.  Betapa tidak.  Minju hanya bisa tidur 1 jam ditambah dirinya habis menangis semalam sehingga kondisi matanya sedikit sembab.  Untung saja Minju sempat memasang alarm sebelumnya jadi dia ingat janji melihat matahari terbit bersama Yujin.

Yujin membawa Minju kedepan tubuhnya sehingga tubuh Minju bisa bersandar pada tubuh bagian depan Yujin. Kepala Minju lalu bersandar diantara bahu dan leher Yujin.  Yujin kemudian memeluk Minju. Awalnya Minju tegang namun akhirnya merilekskan tubuhnya, karena merasa hangat dan nyaman.

"Kak Minju masih mengantuk kan...  Tidurlah sebentar.  Akan aku bangunkan saat matahari terbit nanti..."

"Terimakasih Yujin.. " 

Posisi Minju saat ini membuat Minju dapat mendengar jelas debaran jantung dan deru nafas Yujin, anehnya Minju menyukainya.  Merasa nyaman, Minju pun memejamkan matanya. Namun samar-samar ia masih mendengar suara Yujin. 

"Aku mencintaimu kak Minju.."

.
.
.
.
.
.
"Kak Minju bangunlah.." ucap Yujin.

Tanpa mengubah posisinya,  Minju perlahan membuka matanya, cahaya matahari mulai muncul menyilaukan matanya.  Setelah berkedip beberapa kali akhirnya Minju dapat melihat jelas pemandangan didepannya.

Di ujung matanya, diantara awan-awan, matahari mulai menampakkan dirinya. Warnanya emas sedangkan langit disekitarnya memiliki perpaduan warna merah-emas-dan oranye. Sangat cantik. Selama ini Minju selalu menyukai matahari terbenam namun setelah melihat ini, rasanya ia akan lebih menyukai matahari terbit.

Suara kicau burung mulai terdengar, beberapa juga terlihat mulai terbang melintas di langit depannya. Perlahan matahari terbit.  Sinarnya mulai menghangatkan pagi yang dingin. 

Minju sangat menikmati pemandangan didepannya,  cukup membuatnya lupa akan masalahnya saat ini. 

Selang beberapa menit kemudian,  Minju mengecek jam tangannya, sepertinya sudah saatnya mereka harus kembali. Minju pun menegakkan duduknya,  sedikit kecewa karena melepaskannya dari pelukan Yujin. 

"Ayo balik Jin. Sebentar lagi kita harus berkumpul... " kata Minju tanpa menatap Yujin.  Dia tidak ingin mata sembabnya terlihat oleh Yujin.

"Kak Minju... "

"Hmm.. "

Tangan kanan Yujin memegang pipi Minju dan mengarahkan kepala Minju agar menatap Yujin.

Dating by accident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang