16. TAMAN

29 10 1
                                    

Happy reading guys ❤️

menangislah untuk saat ini, tapi hari esok, dan seterusnya lo harus bahagia- Ronald Alvando Adijaya
.
.
.

Malam ini Gladys sedang duduk di salah satu kursi taman yang tak jauh dari apartementnya. Suasana yang dingin dan sejuk serta bau tanah yang tercium karna beberapa menit yang lalu hujan turun sangat deras membasahi kota. Tak ada yang dilakukan Gladys selain memegangi kalung yang melingkar di lehernya yang bertulisan namanya itu.

Sembari memegangi kalung pemberian orangtuanya itu Gladys menatap bintang yang berkelip di langit malam ini.

"Ma, Pa. seperti apa wajah kalian?, Gladys hanya ingin tau siapa orang tua Gladys. Gladys gak pernah benci sama kalian, Gladys ngerti pasti ada alasan kenapa kalian buang Gladys". Ucap Gladys dengan sendu sembari menatap bintang di atas sana, seolah olah mengadu betapa sedihnya ia sekarang.

"Gladys gak mau kalo sampai mati nanti, Gladys gak tau siapa orang tua Gladys. kadang Gladys berfikir sebenarnya Gladys ini mirip siapa, mirip mama atau papa?". Lanjutnya seketika saja sebutir air mata jatuh di pipi Gladys.

Gladys tidak pernah membenci kehidupannya. Ia mencoba menerima takdir yang Tuhan beri untuknya. Tapi mengapa Tuhan tidak pernah mengerti perasaannya bahwa ia ingin sekali di peluk, disayang dan diperhatikan oleh keduaorang tuannya, atau setidaknya biarkan Gladys merasakan bagaimana rasanya memiliki keluarga, walapun itu bukan dengan orang tua kandungnya.

"lo mirip sama nyokap lo, karna lo cantik". Sahut seseorang tiba tiba saja duduk di sebelah Gladys, dia adalah Ronald, ntah sejak kapan cwo itu berada disitu.

Gladys mengusap air matanya agar Ronald tidak mengetahui bahwa ia sedang menangis saat ini. "lo denger semuanya?". Tanyanya

Ronald mengangguk sebagai jawaban. "menangislah untuk saat ini, tapi hari esok, dan seterusnya lo harus bahagia". Ucap Ronald melihat kearah Gladys yang sedang menunduk.

"gue cuman kangen aja sama orangtua gue, padahal gue gak tau mereka siapa". Ucap Gladys miris.

"gue gak tau masalah lo apa, Dys. Yang jelas, Gue gak suka ketika lo sedih, hati gue selalu aja nuntun gue untuk ngebahagiain elo". Ucap Ronald sembari menyampirkan jaketnya pada pundak Gladys agar cwe itu tidak kedinginan

Ucapan Ronald barusan membuat hati Gladys berdesir menghangat, bukan kali ini saja hati nya seperti berkecamuk bila di dekat Ronald.

"kalo lo ada masalah lo bisa cerita ke gue". Ucap Ronald

Gladys hanya diam saja tanpa minat membalas ucapan Ronald. "gue gak maksa lo untuk cerita masalah lo ke gue, tapi ada kalanya lo harus membagi kesedihan lo. Lo gak bisa nahan semuanya sendiri". Lanjutnya

Sebenarnya Ronald sudah sedikit tau tentang Gladys karna waktu itu Zena yang menceritakan kepadanya, tapi kali ini Ronald ingin dengar sendiri dari Gladys.

Setelah hening beberapa detik akhirnya Gladys menceritakan tentang kehidupannya kepada Ronald, ntah apa yang membuat Gladys akhirnya bercerita yang jelas ada rasa nyaman ketika berdekatan dengan cwo itu.

"lo tau dari mana kalung itu pemberian dari orang tua lo ?". tanya Ronald penasaran.

"Bu Asi. dia sempet ngasih ini sebelum mutusin berenti jadi pengasuh gue. Gue sedih banget harus kehilangan dia". Jawabnya dengan raut sedih.

"dia bahkan udah kaya sosok ibu untuk gue". Lanjutnya.

"kenapa akhirnya lo milih cerita ke gue?". Tanya Ronald

GLADYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang