13. GERY DAN GLADYS

39 11 0
                                    

Happy reading guys
.
.
.

hidup itu singkat dan berharga, jangan biarin kesedihan menguasi kehidupan lo. lakuin sesuatu yang membuat lo bahagia dan lupakan hal yang membuat lo sedih-Gladys Claretta
———

Terhitung sudah 3 hari Gery menginap di Villa sang nenek. Tanpa minat untuk pulang kerumahnya. Sejak ia meninggali ruang makan itu, Mamanya terus menghubunginya tanpa henti karena khawatir kepada Gery tapi Gery sama sekali tidak menghiraukan panggilan masuk dari Mamanya. Itu yang membuat Rose akhirnya menghubungi menantunya bahwa Gery sedang bersamanya, dan memastikan Gery baik-baik saja.

Suara Hentakan bola basket dari halaman villa membuat Rose yang sedang menonton tv merasa terganggu dan akhirnya menghampiri Gery sambil membawakan minuman untuk Gery yang terlihat sangat asyik melayangkan bola basketnya kearah ring.

"Abian, sini minum dulu". Kata Rose yang membuat Gery menyudahi permainan basket yang ia lakukan sekitar 15 menit yang lalu. Gery mengambil minuman yang disodorkan oleh neneknya.

"Makasih nek". Kata Gery sambil mengusap keringatnya dengan haduk kecil. Rose hanya tersenyum sebagai jawaban.

"Mau tinggi semana lagi kamu Bian? Kamu itu udah tinggi banget, ditambah main basket nanti badan kamu kaya menara loh". Kata Rose          

"Gak papa lah Nek, biasanya cewek terpesona sama cowok yang tinggi". Balas Gery sambil tersenyum tulus kearah neneknya.

"Kamu ini". Rose mencubit lengan cucunya. Gery yang mendapat cubitan itu hanya meringis pelan.

"Kamu tu Bian, sebelas duabelas dengan Papamu. Dulu papamu juga suka main Basket". Kata Rose yang mengingat anaknya (Abraham) yang suka bermain basket ketika ia masih sekolah. Gery hanya bisa tersenyum menanggapi ucapan neneknya.

"Terus muka kamu juga Copy Paste Papamu juga". Rose menatap muka Gery yang sangat terlihat mirip dengan anaknya.Gery pun hanya terdiam. Melihat Gery terdiam membuat Rose menggenggam tangan cucunya itu.

"Nenek tau Abian dari kecil memang jarang mendapat kasih sayang dari papa dan mama, tapi nenek mohon jangan pernah sekalipun membeci papa dan mama ya, Bi. Mereka kerjapun itukan untuk Bian, biar Bian senang". Rose tersenyum melihat Gery yang akhirnya mau menatap dirinya.

"Tapi Abian gak suka melihat Papa sama Mama yang selalu berantem setiap hari. Itu yang membuat Bian gak betah dirumah nek". Kata Gery

"Bi, percayalah kalo Papa sama Mama berantem ada sebabnya. Nanti saat kamu nikah, kamu akan merasakan itu semua". Rose kembali tersenyum.

"Nenek perhatikan sejak kamu SMA ini sifat kamu mulai berubah, Bian. Kenapa? Coba cerita sama nenek, nenek akan selalu ada di samping Bian kalau Bian ada masalah". Kata Rose, ia memang memperhatikan sifat Gery yang mulai berubah saat Gery masuk SMA. gery hanya diam tanpa minat menjawab pertanyaan sang nenek.                                                                                

"Abian, nenek tau banyak masa-masa sulit yang kamu lewati dari kecil hingga sekarang, nenek tau itu semua. Tapi nenek mau Bian seperti dulu, seperti Bian yang nenek kenal saat kecil dulu, yang selalu menuruti perkataan orang tua Bian, yang selalu terbuka ketika ada masalah, yang selalu tersenyum, selalu lembut sifatnya. Nenek mau Bian seperti dulu. Bian janji kan akan berubah? Nenek harap Bian gak akan mengecewakan nenek suatu saat nanti". Kata Rose panjang lebar.

Mendengar perkataan yang sangat menusuk kehatinya Gery langsung memeluk sang Nenek dengan sangat erat.

"Maafin Bian Nek". Kata Gery dalam hati, dan setetes air mata lolos dari mata Gery, dibalik punggung sang Nenek.

GLADYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang