05. PULANG BARENG

59 14 2
                                    


Sesampainya Ronald, Diaz, Gibran, Naufal, Zaki, dan Janu di PK Atas, mereka melihat Zena yang sudah mengompres pipi Gladys yang memerah karna di tampar Gery tadi, sedangkan Felly dan Hana sedang bercengrama dengan suara yang sangat pelan.

"Nanti pas balik lo kompres lagi pipi lo Dys, biar gak bengkak". Kata Zena sembari membereskan es batu yang di bungkus handuk kecil dan meletakan kembali es batu itu kedalam wadah untuk di buang .

"Thanks ya, Ze". Kata Gladys membalas perkataan Zena dengan tersenyum tulus.

Zena yang melihat Gladys tersenyum pun membalas senyuman itu. Zena yang sedang merapihkan es batu bekas mengopres pipi Gladys pun terkejut dikarenakan tangannya yang ditarik paksa oleh seseorang untuk duduk di atas sofa yang berada didekatnya.
"Aduh!!! Lo apa-apaan sih?!!!". Zena meringis karena tarikan dari seseorang tersebut terlalu kuat, sehingga tangan yang habis memukul Gery tadi terasa sangat sakit. Zena juga terkejut melihat seseorang tersebut memijit tangannya dengan sangat hati hati dan lembut.

Dia adalah Diaz wakil ketua Geng Carlos. Zena sebenarnya ingin menolak karna tidak enak dengan Felly, tetapi karna tadi dia di tatap tajam oleh Diaz membuat Zena menciut dan hanya bisa pasrah sambil menunggu cwo itu selesai memijit tangannya agar tidak keseleo.

"Perempuan ya tetap Perempuan, sekuat apapun lo mencoba menutupi kesakitan lo itu. pasti bakal kebaca juga dari raut wajah lo". Ucap Diaz yang sudah selesai memijit tangan Zena yang merupakan sepupu dari sahabatnya yaitu Ronald.

Diaz menatap mata Zena dengan sangat tajam. Lalu pergi dengan seenaknya. Zena yang melihat itu hanya mengehela nafas dengan gusar.

"Eh ada mantan terindahku". Gibran langsung menaik turunkan kedua alisnya dan berjalan menghampiri Hana yang sedang berbicang dengan Felly.

"Dasar sinting". Hana memutar kedua bola matanya saat mendengar ucapan dari Gibran.

"Gila-gila gini juga lo pernah cinta sama gue". Kata Gibran yang sangat pede.

"Cinta kok diputusin". Zaki yang mulai mengejek Gibran dengan menampilkan senyuman khas ala Janu kearah Gibran.
"Mangkanya, Gib. Kalo udah sama satu cewek, jangan berlabuh ke lain hati". Janu menimpali perkataan dari Zaki.

"Boleh juga kata- kata lo, nanti gua catet ke dalem buku diary gua" Zaki menggangukan kepalanya.

"Halah sok-sokan nasehatin gua, padahal sendirinya jomblo". Sahut Gibran tidak terima atas perkataan Zaki dan Janu.

"Biarin jomblo yang penting tetep happy". sahut Zaki dan Janu dengan bersamaan dan bertos ria.

Hana dan Felly yang mendengarkan dan melihat adu mulut antara Gibran, Zaki, dan Janu hanya bisa terdiam.

"Hana. Kok si Diaz sama Zena jadi romantis begitu si ?". tanya Felly yang melihat Diaz sedang mengobati Zena.

Mendengar hal tersebut sontak membuat Hana langsung mengarahkan pandangannya ke arah Felly dan Diaz.

"Yaampun, Felly. Diaz cuman ngobatin Zena doang, gak usah mikirin yang enggak-enggak deh". Kata Hana yang sudah muak dengan sifat Felly yang terlalu Over dengan hal-hal yang berbau tentang Diaz.

Felly yang mendengar perkataan Hana hanya bisa memajukan bibirnya yang bertanda dia tidak suka respon dari Hana.
"Kenapa suka sama Diaz ya?" Zaki mulai bertanya kepada Felly yang masih terlihat cemberut.

"Mau gua suka kek, mau enggak kek, bukan urusan lo!". Kata Felly dengan keras.

"Badan lo kecil, tapi kenapa suara lo kek TOA sih?". Tanya Zaki yang masih menutup kedua telinganya.

GLADYSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang