24 - End of the story

568 96 62
                                    

Chapter Terakhir



Dahyun yang baru selesai mandi, iseng-iseng membuka ponsel pintarnya. Mengecek postingan di akun sosial instakilo-nya, untuk mengetahui apa yang terjadi hari ini.

Ada postingan baru dari Nayeon. Gadis itu terlihat berfoto dengan si pujaan hati dengan latar sebuah cafe. Keduanya memasang wajah jelek ke kamera. Meski tetap saja keduanya terlihat menakjubkan.

Dahyun menggulir postingan berikutnya. Ada Mina yang memposting foto bahwa dirinya tengah fokus bermain game online, dan dibelakangnya ada Yunhyeong yang tertawa bahagia. Sepertinya Mina kembali berhasil unggul dalam permainan dan Yunhyeong ikut bergembira karena itu.

Saat ia ingin menggulir postingan lain, tiba-tiba muncul notifikasi jika Hanbin meneleponnya. Dengan perasaan yang bercampur aduk, Dahyun mengangkat panggilan dari Hanbin, tapi sebelum itu, ia berdeham berulang kali untuk membuat tenggorokannya tidak kering.

"Ha-halo?"

"Halo. Dahyun?"

"Iya. Kenapa, Bin? Tumben nelpon?"

"Besok udah tiga hari lu di Bandung. Gua jemput, ya?"

Dahyun diam usai mendengar tawaran dari Hanbin. Karena jika betul pemuda berhidung mancung itu menjemputnya, berarti ia setuju untuk menjadi pacar sungguhan Dahyun.

"Lo inget 'kan, kalo lo jemput gue, berarti lo setuju kalo kita bener-bener jadian."

"Inget kok."

"Berarti, lo beneran mau jadi cowo gue, Bin?"

"Ya engga gitu juga. Gua kan mau sukses dulu, Day. Ini impian gua sejak kecil. Gua mau nunjukin ke semua orang, kalo tanpa backingan bokap gua, gua bisa sukses!"

"Gini gue perjelas, berarti lo mau jemput gue atas dasar kasian aja, gitu? Mending gak usah, Bin! Beneran deh..."

"Pesimis banget, sih! Day... gua emang mau sukses dulu, tapi bukan berarti hati gua mati rasa. Gua menyadari, entah sejak kapan, elu udah duduk di singgasananya. Udah gak bisa  gua nengok ke yang lain. Udah klik banget ke elu!"

Kedua pipi Dahyun memerah mendengar pengakuan Hanbin.

"Jadi... gimana sih keputusannya?? Lo kalo ngomong jangan muter-muter, Bin!"

"Oke, gua to the point! Lu mau gak nunggu sampe gua sukses? Kita blak-blakan aja disini, Day! Gua gak yakin harus ngabisin berapa tahun.  Tapi kalo ke depannya, ditengah jalan, lu nemu pria yang bisa seriusin lu, dan lu juga suka sama dia, gua bakal lepasin lu, Day..."

"Kenapa endingnya harus sad kalo bisa happy?"

"Hah? Maksudnya gimana?"

"Lo bilang tadi mau sukses 'kan? Gue juga mau, Bin. Gue akuin selama bareng Bangchan, dunia gue cuman berputar di dia aja. Gue gak tau apa impian gue setelah lulus. Mau kerja apa buka usaha. Semua blank! Jadi karena itu, gue juga mau belajar apa minat gue, kita sama-sama menyibukan diri untuk menjadi lebih baik. Keren 'kan?"

"Haha iya, keren. Atau gini aja kali ya, biar lu fokus, dan gua juga fokus. Kita mending langsung mengikatkan hubungan aja Day, biar enak. Gua gak perlu ragu apakah lu bakal nungguin gua, atau elu yang kepikiran apakah gua bakal selalu ada."

"Maksudnya mengikatkan hubungan?"

"Ya tunangan?! Tapi itu sih kalo menurut lo, gue emang bener-bener masuk dalam kriteria calon suami hahaha"

.

.

.

Jiyeon masuk ke kamar Dahyun setelah mengetuk pintu beberapa kali. Ia lalu tersenyum sumringah saat mendapati adik sepupunya sudah rapi dan tengah menunggu dengan perasaan campur aduk.

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang