16 - 180 derajat

418 85 38
                                    

"Jadi buat tugasnya pak Handika, kita cuman disuruh presentasi sendiri-sendiri kan soal branding produk?" Tanya Jinan pada gengnya.

"Ah, serius deh! Paling males gua kalo disuruh presentasi. Cewe-cewe pada ngeliatin gua, bukannya ppt." Ujar Bobby.

"Dih? Sok keren banget lu." Ucap Yunhyeong.

"Kerenlah!" Jawab Bobby. "Kalo engga, yayang bunny gua, gak mungkin mau!"

"Ssssstt... udah-udah." Lerai Chanwoo. Pemuda itu melirik Hanbin melalui ekor matanya. "Tuh anak, ada masalah apa lagi?"

Semua teman-temannya menoleh kearah Hanbin yang termenung dengan tangannya yang terus mencoret-coret di kertas kosong. Lalu terdengar Bobby menghela napas panjang. "Biasa, Dahyun..." jawab pemuda itu santai.

Donghyuk menoleh cepat kearah Bobby,"apaan sih? Kok Dahyun mulu??" Kesalnya.

Bobby menatap Donghyuk bingung,"kenapa sih lu Dong? Gak suka banget perasaan sama Dahyun? Ada dendam apaan lu ke Dahyun? Sampe kayaknya kesumat banget?"

"Bukan gitu Bob, gua cuman gak suka kalo Hanbin lebih akrab sama Dahyun ketimbang Yeri..." jelas Donghyuk.

"Kita gak bisa larang Hanbin, Dong." Balas Bobby. "Hatinya yang milih mau sama siapa. Kita cuman ngasih pilihan, dia sendiri yang bakal mutusin. Jangan terlalu obsesi kalo Hanbin harus sama Yeri."

"Yeri sahabat kita, Bob!" Donghyuk masih terlihat tidak terima atas penuturan Bobby.

Bobby mengangguk, membenarkan. "Iya. Gua tau kalo Yeri sahabat gua. Tapi kalo emang Hanbin lebih milih Dahyun, gua harus gimana? Hancurin hubungan mereka biar Hanbin sama Yeri, gitu?"

Merasa tak ada solusi jika bicara dengan Bobby, Donghyuk memilih pergi. Bobby mengacak rambut kasar karena merasa Donghyuk terlalu keras.

"Udah, lupain si Dongi." Ucap June. "Emang Dahyun sama Hanbin kenapa?" Tanyanya penasaran.

Bobby kembali menghela napas panjang lalu menatap Hanbin yang masih duduk di meja lain, dengan tangannya sibuk mencoret kertas,"semalem Hanbin sama Dahyun ke blok N, terus ketemu Bangchan yang lagi selingkuh. Hanbin langsung ngerasa bersalah banget ke Dahyun."

.

.

.

Bangchan tersenyum sumringah, saat Dahyun berjalan menghampirinya yang memang sengaja menunggu gadis itu pulang di parkiran. Ia merapikan rambut gadis yang kini ada di hadapannya, lalu mencubit pipi chubby itu pelan. "Kok gelap banget mukanya, ada apa?" Tanyanya lembut.

Dahyun mendongak menatap Bangchan yang memang lebih tinggi sedikit darinya. Menatap dalam kedua mata tajam pemuda itu, mencari posisi dirinya saat ini di kedua mata elangnya.

"Kamu..." kata-kata Dahyun tergantung di udara. Hatinya menjerit untuk tidak menanyakan hal itu, karena ia sudah tahu, apa yang akan dikatakan lelakinya. Tapi otaknya seakan berusaha untuk mengeluarkan kalimat tanya tersebut.

Alis Bangchan terangkat, sambil tersenyum, ia kembali bersuara,"ada apa sih, sayangku? Kamu mau ngomong apa?"

Dahyun mengeratkan kepalan tangannya untuk menahan mulutnya mengeluarkan kata-kata yang tidak ingin ia ucapkan. "Kamu... abis ini kita mau kemana?" Ucapnya.

Bangchan tersenyum,"terserah sih aku mah... pokoknya hari ini milik tuan putri." Ujarnya sambil merendahkan tubuhnya sedikit seperti pelayan pada zaman kerajaan dulu.

Dahyun tersenyum miris. Setiap kali ia melihat Bangchan, yang teringat adalah bagaimana mesranya ia dengan Somi. Dan itu tidak bisa ia hilangkan dari pelupuk matanya. Harus bagaimana Dahyun sekarang?

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang