13 - A day with U

461 88 125
                                    

Hanbin dan Dahyun menaiki kereta yang akan membawa mereka menjelajahi setiap bagian rumah hantu. Keduanya terlihat saling melempar canda perihal siapa yang akan lebih dulu menyerah pada ketakutan.

Kereta mulai bergerak, satu per satu hantu menyapa dengan tingkat ketegangan yang berbeda-beda pula. Suara jeritan, teriakan serta tangisan mulai terdengar dari para penikmat wahana tersebut.

Tak terkecuali Dahyun maupun Hanbin.

Keduanya, yang beberapa detik sebelum masuk ke rumah hantu terlihat percaya diri tidak akan merasa takut, malah kini berpelukan dan tak berhenti berteriak minta tolong.

Hingga kereta kembali ke tempat semula, keduanya tidak mau melepas pelukan mereka pada satu sama lain.

Dahyun menoleh kearah Hanbin saat kereta berhenti, lalu tertawa,"gimana sih, masa laki-laki nangis!" Ejek Dahyun.

"Nangis bukan tolak ukur gua laki-laki apa bukan, ya!" Kesal Hanbin sambil buru-buru keluar dari kereta dan menghapus jejak air mata diwajahnya.

Dahyun masih terus mengekori lelaki itu sambil bercanda, tapi Hanbin bertingkah seperti tidak mendengar apapun.

"Ah parah nih cowo gue, masa gituan doang takut!" Lagi, Dahyun kembali memprovokasi Hanbin.

Pemuda yang sudah beberapa langkah berjalan di depan Dahyun, kini menghentikan langkahnya. Ia berbalik dengan senyum misterius,"kalo gitu ayok naek wahana laen. Adrenalin gua udah terpacu nih, efek rumah hantu. Mau maen yang tinggi-tinggi gitu." Ujar Hanbin.

Wajah Dahyun memucat, ia tak mungkin bilang pada Hanbin bahwa ia takut ketinggian kan? Bisa habis di ejek dia oleh Hanbin.

"Kenapa? Takut?" Tantang Hanbin.

"Engga!" Bantah Dahyun. Gadis itu melihat kearah wahana yang akan ia naiki bersama Hanbin.

Itu, sangat, tinggi!

Pelan-pelan gadis itu menelan salivanya. "Ayo!" Ajak gadis itu.

Alis Hanbin terangkat sebelah,"yakin?"

Dahyun mengangguk. Keduanya pun mengantri untuk bisa menikmati wahana tersebut. Hingga akhirnya, kini giliran rombongan mereka.

Dahyun sudah menahan pusing saat dirinya dipakaikan sabuk pengaman. Sedangkan Hanbin yang memang menyukai wahana tersebut, terlihat sangat santai. Ia bahkan sempat bersiul-siul.

Ketika mesin mulai bergerak, Dahyun sudah mengontrol napasnya agar tidak terserang gejala panik akibat kenekatannya bermain wahana yang tinggi.

Beberapa menit telah berlalu, semua orang terlihat menikmati wahana tersebut. Hanbin bahkan berteriak kegirangan saat mereka ber putar-putar di udara. Tapi Dahyun, gadis itu semakin pucat dan sudah mulai lemas. Satu-satunya cara yang ia tahu adalah, menyentuh tangan Hanbin dengan telapak tangan dingin miliknya. Lelaki itu harus tau bahwa Dahyun sudah mencapai batasnya.

Persetan dengan ejekan Hanbin!

Dahyun sudah tidak kuat!

Pemuda itu seketika langsung kaget saat disentuh telapak tangan Dahyun yang sangat dingin. Ia menoleh dan terkejut karena kepala gadis itu menunduk dan hanya memperlihatkan rambutnya yang terurai kedepan.

Tak ingin terjadi apa-apa pada Dahyun, Hanbin menggenggam tangan gadis itu lalu menggosoknya dengan cepat agar suhu tubuh Hanbin yang hangat, dapat menular ke Dahyun. Tidak berhasil, gadis itu masih menunduk padahal Hanbin sudah berulang kali memanggilnya, menanyakan kondisinya.

Selama wahana itu bergerak, Hanbin sudah tidak menikmatinya lagi. Fokusnya terpusat pada Dahyun. Berulang kali ia ucapkan kalimat-kalimat penenang agar gadis itu tahu bahwa ia tidak sendirian.

Pacar BayaranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang