*Orangtua dan anak bagaikan timun dengan durian*
Disaat jam pembelajaran,seharusnya siswa/i itu belajar,menuntut ilmu, tapi itukan seharusnya,ga sewajibnya
Kalu siswa/i seharusnya belajar dikelas, lain halnya dengan tiga cowo ganteng ini, meraka belajar dikantin,lebih tepatnya belajar makan, belajar memuaskan perut
"pala gue pusing banget"keluh lucas sambil memijit kepalanya, malam tadi dia begadang nonton bola bersama papanya, dan siapa yang kalah harus mijitin yang menang, dan parahnya uangnya habis karna taruhan
"Ambilin gue obat sakit pala diuks dong, yang mau aja gada paksaan" ucap lucas yang hanya dianggap angin lalu
"hai mantan"
Ketiga cowo itupun mendongak melihat sumber suara, ternyata Qanara
"lu kenapa kas? " tanya nara saat melihat lucas yang masih memijit kepalanya
"pala gue sakit beb"jawab lucas yang notabenya mantan Qanara
"Ko bisa sakit?perasaan waktu kita pecaran lu ga pernah sakit"balas nara sambil mencari sesuatu ditasnya
"Waktu sama kamu aku cuma sakit hati aja beb,sakit kepala memang gaada" nara berdecak sebal mendengar ucapan lucas, walaupun dia tau lucas bercanda, karna mereka putus secara baik-baik
"Ini obat apa beb? "tanya lucas saat nara menyerahkan tablet obat kepadanya
"Itu racun, biar lu cepat mati"jawab nara yang membuat lucas terkekeh
"Ko lu disini? Kenapa ga masuk kelas? "tanya daffi kepada sepupu semolekul dengannya
"Gue kan ngikutin jalan sesat lu,malas banget gue ke kelas yang ujung-ujungnya disuruh keluar, mending ga masuk, dari pada buat dosa guru" inilah hasil dari buatan omnya, ga heran daffi punya sepupu kayak nara, karna kelakuan bapak mereka turun temurun,om arkan dan papanya memang luar biasa pikir daffi
"Ga sia-sia gue ngajarin lu tiap hari, ajaran gue langsung lu terapkan dikehipan sehari-hari, kita tidak boleh membuat seseorang marah, apalagi guru kita,orangtua kita disekolah" bangga daffi dengan dirinya,dia memang cowo teristimewa,harta tahta daffi
"lu ngapain diam disitu cla,lagi bisul lu, sampai gamau duduk? " tanya nara setelah sadar kalau clara belum juga duduk, masih ditempat yang sama
Clara tidak menjawab pertanyaan dari nara, dari masih melirik kearah Arifin, yang duduk disamping daffi
"Gue hampir lupa,lu kan takut sama Arifin" ucap nara seakan ngerti tujuan mata dari clara
"Gue ga takut, cuma males aja duduk semeja sama adeknya upin" jawab clara membuat kami tertawa kecuali arifin yang hanya menatap tajam clara
"ya udah lu duduk samping gue aja cla, jadiin gue temeng lu dari tatapannya ipin" daffi tau kenapa clara takut dengan arifin, dia juga tau sebab mereka bermusuhan, jadi daripada perang dunia ketiga terjadi, lebih baik dia menjadi penengah antara blok barat dengan blok timur,kadang dia heran sebegitu baik dirinya namun status masih belum kawin
"kas kemarin baru mutusin pacar baru gue, dia banyak ngatur, belun juga jadi suami" curhat nara kepada sang mantan
"Biarpun lu cari pacar sana sini, jodohlu akan tetap gue, jadi bagaimanapun pacar lu,suami lu tetap gue, so ga usah jauh-jauh dari gue,walaupun gue mantan pacar tapi gue calon suami " jawab lucas yang sedang mengusap rambut panjang nara
"Jadi takdir gue nikah sama lu gitu? Gada gitu cowo yang benar deketin gue? Ntar gue tambah sesat dong kalau punya suami setipe elu gini" sebobroknya nara dia masih pengen punya suami yang baik, perhatian, dewasa, bisa ngajarin dia yang benar, dan menjauhkan dia dari yang salah
"Menurut gue kalian tu cocok,sefrekuensi,semolekul,sevolume,jadi kenapa ga balikan aja? " karna terlampau cerdas daffi sering mengucapkan materi yang pernah dia pelajari,kadang dia heran sama mamanya ga bersyukur punya anak seperti dia, bayangkan saja kelas sepuluh dia masuk lima besar, dan kemarin saat kenaikan kelas duabelas, dia duapuluh besar, itu merupakan sebuah kebanggaan,bagaimana tidak dari lima naik ke duapuluh
"lu mau kemana pin? "tanya lucas saat beranjak dari tempat duduknya
"gue mau ke toilet,lu mau nitip? "
Walaupun jarang ngomong, arifin yang biasa dipanggil lucas dan daffi ipin ini sekali ngomong pedes, dia orangnya ga jauh beda dengan kedua sahabatnya, setidaknya diantara mereka betiga dialah yang agak waras"Gue titip salam sama kunti yang ada disana,sekalian suami dan anak-anaknya" Setelah kepergian arifin, baru clara bisa bernafas lega
"Ra kekelas yuk,udah ganti jam pelajaran,habis ini kita matematika sama pak botak,gue ga mau cari masalah sama dia, mending cari aman aja"ajak clara menarik tangan gue
"Takut banget lu sama pak botak, takitan mana sama arifin? " goda daffi yang membuat clara kesal
"ga usah bawak nama kembarannya upin, gue ga suka"balas clara
"buruan ra" karna gue juga takut sama pak botak, guepun berdiri
"gue sama clara duluan kekelas, kami ga mau cari mati" setelah mengucapkan itu gue dan clarapun bergegas menuju kelas
KAMU SEDANG MEMBACA
QANARA
FanfictionTanpa gibah hidup ku sunyi Gibah bagaikan pelangi yang menghiasi bumi Dan dilengkapi dengan sahabat yang sehobi Jadi lengkaplah pemupuk dosa yang abadi Tanpa ku sangka kamu yang dulu kubenci Menjadi teman hidup duniawi Hingga akhir nanti Tanpa kusa...