"Kalau bersama orang yang kita cintai sesuatu pasti akan lebih bermakna"
Malam datang menggantikan siang, dan dibawah rembulan yang bersinar terang ini gadis cantik bernama qanara larut dalam lagu yang dia nyanyikan bersama daffi
"fi lu gada niatan pulang ?" usiran halus dari qanara membuat daffi yang sedang bermain gitar terhenti,lalu dia menatap datar qanara yang lagi tiduran disampingnya,ingin sekali menceburkan qanara dikolam
Mereka sekarang berada di gazebo rumah qanara, tepat ditaman belakang berdekatan dengan kolam renang,karna posisi inilah ada rasa ingin menceburkan seseorang kedalam kolam yang ada didepan matanya
"lu ngusir gue? " tanya daffi berdengus sebal dan melanjutkan bermain gitar sambil bernyanyi yang sempat terhenti
Sebenarnya qanara tidak berniat mengusir sepupunya ini, namun semenjak mereka pulang tadi sampai jam yang hampir menunjukkan pukul sebelas malam ini daffi belum juga pergi dari rumahnya, dan lebih tepatnya dia menyusahkan qanara sejak tadi
"gue ga ngusir, tapi lu sejak tadi sampai tengah malam gini belum juga pulang, ntar daffa nyariin lu" jawan qanara
"lu pikir daffa sebaik itu sama gue? Yakali dia mikirin gue,ada dan ga adanya gue dirumah ga berpengaruh, mana bonyok gue juga lagi ga dirumah, gue nginap ya ra" ucapnya panjang lebar
Qanara kadang heran sama sepupu kembarnya ini, apa mereka ga terikat satu sama lain gitu? Seperti papa sama om alan yang saling terikat gitu, kalau papa sakit pasti nanti om alan datang tanpa diberi tau
"gue kadang heran sama lu fi, kalau lu mau nginap kabarin daffa ya" ucap qanara yang hanya dianggap angin lali
"assalamualaikum ben,calon presiden datang" salam seseorang yang tak lain dan tak bukan adalah lucas,yang tingkat kepercayaan dirinya melebihi batas normal
"belum juga pukul dua belas, la dedemit udah nongol aja" ujar daffi melihat siapa yang datang, yaitu sahabat gesreknya
"Wa'alaikumsalam" jawab qanara membalas salam dari lucas,andai saja menjawab salam itu tidak wajib, pasti dia ga akan mau jawab salam dari orang yang paling ngeselin setelah daffi
"hukum menjawab salam itu wajib ya saudara sekalian" sindir lucas kepada daffi yang hanya dibalas deheman
"lu ngapain sih tengah malam kesini? " tanya daffi tak menghiraukan sindiran lucas, toh dia udah menjawab salam lucas dalam hati
"kan emang gitu fi, tengah malam dia jalan sana sini" ujar qanara
"gue kesini mau ngantar mobil lu beb, ga boleh gitu sama calon imam,berdosa" jawab lucas membuat daffi ingin muntah,ingin rasanya dia membunuh makhluk ciptaan tuhan yang duduk disampingnya ini
Qanara teringat sesuatu, tapi apa itu? Dia lupa ingat mau bilang apa, kalimatnya udah diujung lidah,ah sial kenapa dia seperti ingin berbicara, tapi dia tidak tau mau ngomong apa
Setelah lama berusaha, akhirnya dia mengingatnya
"Gue baru ingat, kalian berdua gamau kan jemput gue pas hujan, sok sibuk, padahal gaada kerjaan, karna lu berdua gamau jemput, gue terpaksa pulang sama guru songong, gue malu sumpah, mau ditaro dimana muka cantik gue ini kalau disekolah? Ini semua karena lu lucas sama lu daffi" teriak qanara marah dengan tangan menjewer telinga mereka
"eh buset, sakit beb" teriak lucas kesakitan,rasa panas dirasakannya
"aduh, lepasin nara, lu mau putusin kuping gue dari tempatnya berada? Dua kuping aja gue masih remedi, apalagi kalau cuma satu? Yang ada nilai gue nol" ujar daffi yang berusaha melepaskan tangan qanara
"sok-sokan lu fi, yang lu gunain pas ujian itu mata sama tangan, lu kan biasanya nyontek" balas lucas disela rasa sakit yang ia rasakan
"nyontek paan cas?ga pernah gue yang namanya nyontek" tanya daffi ga paham
"lu ga nyontek tapi nyalin" jawab lucas lagi
"Ha bodo amat, gue ga peduli, gue mau tidur malas ngeladenin manusia otak separoh, mending gue bocan, semoga besok gue ga bertemu dengan pak songong" ucap qanara lalu meninggalkan lucas dengan daffi yang masih mengusap kupingnya yang panas akan jeweran maut dari qanara
"fi kayaknya gue ga jadi deh daftar jadi saudara ipar lu, gue takut tiap malam anggota badan gue yang berharga ini habis sama sepupu lu, ih ngeri gue" ucap lucas menatap ngeri kepergian qanara
"gue takutnya dia besok perawan tua cas, ga tega gue lihatnya, mana dia anak satu-satunya lagi"jawab daffi ngawur sambil menatap qanara
"jodoh, rezeki, maut udah ada yang ngatur fi" balas lucas sambil berlalu meninggalkan rumah yang penghuninya saja sudah terlelap,dan diikuti daffi.
KAMU SEDANG MEMBACA
QANARA
FanfictionTanpa gibah hidup ku sunyi Gibah bagaikan pelangi yang menghiasi bumi Dan dilengkapi dengan sahabat yang sehobi Jadi lengkaplah pemupuk dosa yang abadi Tanpa ku sangka kamu yang dulu kubenci Menjadi teman hidup duniawi Hingga akhir nanti Tanpa kusa...