Gab turun dari motornya setelah sampai tepat didepan pagar rumah Skala."Thanks" ucap Skala yang diangguki malas oleh Gab. Gab sangat lelah sekarang.
"Nggak mau masuk dulu?" Tanya Skala. Ngalus?.
Gab menggeleng, lalu memasang helm fullfacenya dan menstarter motornya."Jangan lupa besok jemput gua!" Ucap Skala penuh penekanan. Gab mendengkus kasar, lalu memutar bola matanya jengah.
"Iyaaa" ucap Gab. Lalu melaju dengan kecepatan tinggi, pergi meninggalkan Skala yang masih menatap kepergiannya.
Gab membuka pintu rumahnya dengan malas. Dirinya sangat lelah sekarang, dia butuh istirahat. Gab sudah merasakan aura ketidaknyamanan saat ini. Dan benar saja.
"Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang!" Ketus Maria sambil berkacak pinggang.
"Maaf ma, motor Gab bocor" jawab Gab jujur. Dan memang benar tadi motornya bocor. Jika tidak ada Skala yang menolongnya, mungkin Gab belum pulang saat ini.
"Alasan! Dari kemaren alasan kamu itu aja terus! Sini kunci motor kamu! Kalau dibiarin, bisa-bisa kamu pulang subuh!" Maria mengambil paksa kunci motor yang dipegang Gab sedari tadi. Gab menghela nafas, pasrah.
"Mulai besok, kamu nggak boleh lagi pake motor!" Tegasnya. Gab mengangguk. Jika melawan, Gab yakin rumah ini akan hancur dengan kemarahan keduanya. Kali ini, biar Gab yang mengalah.
"Kamu nggak boleh gitu dong sama Gab" Gilang angkat suara saat keluar dari kamarnya.
"Ini nih, akibatnya kalo kamu manjain terus anak kamu. Membangkang terus kerjaannya! Tuh, ikutin cara aku besarin anak. Lihat Azeela. sekarang, jadi salah satu siswa terpintar dikota ini. Membanggakan keluarga! Ini nggak, bikin susah aja!"
Inilah yang Gab malas mendengarkan. Gab tidak suka dibandingkan. Apalagi dengan kakaknya sendiri.
"Gab kekamar dulu ya pa" pamit Gab, lalu berlari menaiki tangga.
"Tuh, nggak sopan!"
Itu kalimat terakhir yang Gab dengar sebelum Gab menutup pintu kamarnya dengan keras.
⚖️
Gab mengayuh sepedanya santai. Jam masih menunjukkan jam 6 pagi, jadi Gab lebih leluasa untuk bersantai-santai dijalan.
Jangan lupa. Hari ini, Gab punya tugas lebih berat dari 10 halaman soal kimia. Menjemput Skala.
Jika Gab tidak menjemput Skala, mungkin Gab bisa berlama-lama dikasur empuknya, bersantai lebih lama. Lalu, memesan taksi online untuk kesekolah dan tak perlu repot-repot mengayuh sepeda.
Gab menatap pagar besi tinggi menjulang dihadapannya. Rumah Skala. Besar dan megah, itu kata pertama yang keluar jika melihatnya.
Gab mengeluarkan handphonenya, mengetikkan sesuatu dilayar benda pipih itu.
Gab; gua diluar. Buruan!
Gab menunggu sebentar sambil memandang daerah sekitar. Bersih, rapi, terawat, dan asri.
"Pagi banget!"
Gab tersentak kaget. Memegang dadanya sambil menatap tajam Skala yang sudah berada disampingnya.
"Lo hobi banget ngagetin orang" ketus Gab.
"Lo kok bawa sepeda?" Tanya Skala. Gab mendengkus kesal.
"Ban motor lo bocor lagi?" Tanya Skala, lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Novela JuvenilAbout Skala. Bukan. Bukan sang pemerkecil gambaran permukaan bumi di atas bidang datar. Tapi, sang pemerkecil Rindu di permukaan hati.