Gab memasang helm fullfacenya, lalu menstarter motor ninja hitamnya dan melajukannya diatas rata-rata.
Sekolah. Gab butuh sekolah untuk menenangkan pikirannya dari masalahnya. Setidaknya, ada sahabat-sahabatnya yang selalu ada untuk menghiburnya.
"Woii, morning bro!!" Sapa Zhema dengan tos andalannya bersama Gab. Gab terkekeh.
"Morning, si Raina udah sembuh belom?" Tanya Gab.
Ya, setelah kejadian tiga hari lalu yang mengakibatkan kaki Raina bengkak parah, membuat Raina harus rela absen sekolah beberapa hari. Dan Raina tak suka itu.
"Belom sih, tapi kata Arla dia bakalan kesekolah hari ini. Lo tau sendiri tu anak kepala kek gimana, kerasnya kayak batu!" Zhema malah kesal sendiri.
Gab terkekeh sambil mengangguk setuju. Raina memang tidak akan bolos sekolah terlalu lama, apalagi sampai tidak mengikuti pelajaran Matematika. Mata pelajaran favoritnya.
"Heyyyoo gengss,I come backk!!!" Baru saja diceritakan, empunya sudah muncul dengan teriakan memekakkan telinga.
Raina datang dengan digendong oleh Brama, diikuti dengan Arla dibelakangnya.
"Gab, ini buat lo" Arla menyodorkan sebuah amplop pada Gab yang membuat Gab mengernyit heran.
"Apaan nih?" Tanya Gab sambil membolak-balik amplop tersebut. Arla menggedikkan bahu nya tak tau.
"Buka aja, siapa tau penting" Raina bersuara. Mereka berjalan pelan kearah kelas mereka.
Gab memperhatikan setiap sudut amplop itu, lalu perlahan membuka ujungnya. Gab mengeluarkan isinya, terdapat secarik kertas yang dia tau adalah surat. Surat dari Papanya.
Gab terkekeh, orang itu masih peduli padanya? Gab menggeleng pelan. Gab membacanya sebentar, lalu merobek dan membuangnya. Tidak penting.
"Lho, kok dibuang Gab?" Tanya Zhema.
"Ga penting" jawab Gab singkat. Semuanya hanya mengangguk pelan.
⚖️
Gab memandang langit yang tampak mendung. Bahkan butir-butir air hujan sudah turun. Namun Gab tak peduli.
Gab berjalan pelan kearah motornya sambil mengenakan Hoodie hitamnya. Lalu memakai helm fullfacenya, dan melajukan motornya.
Gab dapat melihat jelas ada segerombolan pemuda diujung sana tengah menunggunya, kenapa?.
Ralat, saat semakin dekat, Gab melihat juga ada beberapa perempuan ikut berkumpul disana.Mereka mengisyaratkan untuk berhenti.
Gab yang penasaran, berhenti tepat didepan mereka.Gab membuka kaca helmnya.
"Kenapa?" Tanya Gab cepat.Seorang gadis dengan rambut pirang buatan tertawa kecil. Lalu menatap tajam kearah Gab.
"Lo Gab? Hah, ternyata nggak sesuai apa yang gua bayangin" ucapnya remeh. Gab mengangkat sebelah alisnya.
"To the poin aja!" Ujar Gab geram.
"Gua Jya, pacar Skala. Lo udah berani-beraninya berduaan sama Skala dan gua marah tentang hal itu!" Teriak gadis bernama Jya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionAbout Skala. Bukan. Bukan sang pemerkecil gambaran permukaan bumi di atas bidang datar. Tapi, sang pemerkecil Rindu di permukaan hati.