-Bahkan, semuanya menjauh seakan mengingatkan bahwa aku tak perlu keramaian dan hanya berteman dengan kesepian-_Gabriella Athena Dizon
⚖️
Kaki Gab membawanya melintasi jalanan malam hari ini. Sendiri. Itu yang selalu Gab rasakan disaat-saat seperti ini.
Gab mendongak keatas langit. Lagit hitam. Tak ada cahaya bulan, tak ada gemerlapan bintang, hanya ada kegelapan menemaninya. Sunyi dan sepi.
Gab mengusap lengannya yang dibalut dengan sweater tipis miliknya. Malam ini sedikit lebih dingin, dan angin malam juga kencang.
Namun, keadaan ini yang membuat Gab selalu tenang, damai dan nyaman. Tak ada kebisingan, tak ada suara yang mengganggunya. Gab suka kesepian, karena banyak bagian hidupnya yang diisi oleh kehampaan.
"Aku bersyukur dengan apapun yang aku punya sekarang. Tapi, beri aku bahagia lebih banyak lagi.." lirih Gab sambil memejamkan matanya.
Gab melirik arlojinya. ' 23.52'.
Gab melotot tak percaya. Sudah sangat malam sekarang. Gab tak bisa lebih lama berada diluar seperti ini. Gab harus pulang! Sekarang!Gab berlari menyusuri jalan kompleks perumahannya. Namun, berhenti depan didepan gerbang rumah besar itu.
Gab dapat mendengar jelas suara nyaring adu mulut itu. Air mata Gab menetes begitu saja. Ini pasti juga karena dirinya. Kenapa Gab begitu menyusahkan dirumah ini?
Gab membuka pintu rumah dengan perlahan. Diam. Untuk sementara, Gab tak mendengar apa-apa lagi. Gab menunduk dalam, tak ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi dirumah ini.
Plak....
Satu tamparan tepat mengenai wajah Gab disebelah kanan dengan sangat keras. Bahkan, sudut bibir Gab sudah berdarah.
"Maa..."lirih Gab, air matanya semakin deras. Gab memegang pipi bekas tamparan ibunya itu.
"Kamu jadi anak kenapa sih selalu nyusahin!!" Teriak Maria sambil menunjuk wajah Gab.
"Maria!" Tegas Gilang yang berada dibelakang Maria. Gab memandang sang ayah dengan tatapan sendu.
"Kamu jangan kasar dengan anak kamu sendiri!""Anak kurang ajar kayak dia emang perlu dikasih pelajaran!" Ucap Maria lagi. Maria menarik lengan Gab kasar untuk duduk di sofa ruang tamu itu.
Dapat Gab pastikan dengan melihat keadaan rumah ini kacau, pasti ini berhubungan dengannya. Ah, lagi-lagi Gab selalu menyusahkan.
Gab hanya diam. Tak berniat membalas ucapan sang Mama yang sangat menyayat hatinya.
"KAMU ITU PEREMPUAN!! Ngapain kamu keluyuran ga jelas tengah malam kayak gini? HA?!" Bentak Maria sambil mendorong kepala Gab lumayan keras. Gab masih diam.
Sebuah tamparan keras dilayangkan Papanya pada sang Mama. Mamanya melotot tak percaya. Begitupun dengan Gab saat ini.
"Ngapain kamu belain dia, Ha? Anak kurang ajar, ga tau sopan santun, apa yang mau dibanggain dari dia??" Ucap Maria pada Gilang. Maria beralih pada Gab. Menatapnya nyalang.
" Percuma saya rawat kamu sampai sekarang, jika kamu tidak bisa membuat saya bangga!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionAbout Skala. Bukan. Bukan sang pemerkecil gambaran permukaan bumi di atas bidang datar. Tapi, sang pemerkecil Rindu di permukaan hati.