Gab membuka knop pintu apartemennya sebelum menyadari ada sebuah amplop dan paper bag kecil tergantung di gagang pintu.Gab mengambilnya, lalu masuk kedalam apartemen sambil memperhatikan amplop juga paper bag itu.Gab membuka amplop, disana terdapat tulisan rapi yang sangat dikenalinya.
Gab, maafin sikap mama kamu kemarin ya. Papa juga minta maaf karena ga bisa nahan kamu buat pergi.
Tapi, papa mau kamu terima uang yang papa berikan di paper bag itu buat kebutuhan kamu.From; Papa
Gab membuka paper bag, mendapati amplop tebal yang sudah dipastikan adalah berisi uang yang jumlahnya tidak sedikit. Gab mendengus, lalu menyimpan paper bag beserta surat itu di dalam laci meja belajarnya.
Gab tidak akan menggunakan uang itu, tapi Gab akan menyimpannya. Gab akan berusaha mandiri sekarang. Dia tidak akan menyusahkan orangtuanya lagi, dan menjadi beban keluarganya.
Gab membanting tubuhnya dikasur empuk kamar apartemennya setelah melepas kaus kaki, juga sepatunya. Gab menerawang kejadian tadi sore. Dia bahkan tidak memikirkan letak motornya sekarang ada dimana.
Siapa Jya?
Selama Gab mengenal Skala, ada banyak sekali hal-hal tak terduga menghampiri hidup Gab. Sepertinya, Gab harus menjaga jarak dari Skala agar masalah tidak selalu muncul di kehidupan Gab.Dering telepon menyadarkan lamunannya. Gab mengambil handphone yang diletakkannya dinakas samping tempat tidurnya.
Arla is calling
Ada apa Arla menelfonnya malam-malam begini?
"Halo, kenapa Ar?" Tanya Gab.
"Gab, kejalan matahari nomor 24 sekarang!!" Ucap Arla lalu mematikan sambungan telfonnya.
Gab dapat mengetahui dari suara Arla yang panik bahwa situasi ini adalah situasi yang penting. Gab mengganti pakainya yang basah, lalu memakai jaket dan melesat pergi keluar setelah memesan taksi online.
15 menit, Gab sampai pada tempat yang disampaikan Arla. Gab langsung menyadari situasi penting itu saat melihat Rizhan tengah meninju brutal kearah cowok yang sangat Gab kenal. Diego!!
Ada apa?
"Chan!!" Teriak Gab, lalu menarik lengan Rizhan kuat untuk melerai aksi adu jotos mereka. Rizhan memandang nyalang kearah Diego yang menyunggingkan senyum miringnya.
"Kenapa?! Lo nggak terima? Ini sudah jadi kesepakatan kami!! Lo nggak bisa mengubah pikiran gue dan lo bukan siapa-siapanya Gab!!" Ucap Diego sambil melirik Gab sekilas.
"Bullshitt! Gab bukan mainan!!" Teriak Rizhan marah. Dia tidak terima jika orang yang dia sayang dijadikan bahan taruhan.
"Kalian kenapa berantem?!!" Tanya Gab.
Diego memandang Gab dengan tatapan tajam. Lalu tersenyum licik.
Rizhan menarik kerah baju milik Diego kuat, bahkan sampai mencekik leher Diego. Diego tak tinggal diam, langsung menendang perut Rizhan keras dengan lututnya.Rizhan terduduk, memegangi perutnya yang nyeri.
"Udah, Stop!!" Teriak Gab lagi.
Diego menarik lengan Gab kasar.
"Lo nggak usah sok jadi pahlawan!" Gertak Diego. Sorot matanya memerah menahan amarah.Gab menghentakkan tangannya, lalu menampar wajah Diego keras. Diego yang tak terima itu langsung menarik rambut Gab kebelakang dan tangan Gab Diego kunci dibelakang punggungnya hingga Gab tak bisa bergerak lagi.
Rizhan yang ingin menolong Gab, langsung kembali ditendang oleh Diego. Diego tertawa sarkas.
"Lemah!" Maki nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SKALA
Teen FictionAbout Skala. Bukan. Bukan sang pemerkecil gambaran permukaan bumi di atas bidang datar. Tapi, sang pemerkecil Rindu di permukaan hati.