"Hermione, apakah ruangannya sangat megah?" Tanya Ron yang sedang mengunyah ayam goreng kesukaannya.
"Habiskan dulu makananmu! Itu membuatku jijik, Ron!!!" Omel Hermione.
"Omong omong, pertandingan Quidditch tinggal menghitung hari, doakan aku dan Ron agar bisa menang ya!!" Ucap Harry.
"Tentu saja! Tapi, rasanya seperti ada yang kurang di pertandingan kali ini ya.." Lirih Hermione.
Harry menunduk. Ia kembali teringat akan hari itu. Hari dimana banyak nyawa yang harus dipertaruhkan, hanya karena dirinya.
Ginny yang duduk di sebelah Harry, sontak menatap wajah Harry dan meyakinkan bahwa ini semua bukanlah kesalahannya.
Tak ada lagi ucapan "Attention" dari Dumbledore. Tak ada lagi dobrakan pintu Snape saat memasuki ruang kelas. Tak ada lagi kekonyolan dari si kembar Weasley, dan berkurangnya murid murid Hogwarts yang membuat suasana di tahun ini sangat berbeda, benar benar berbeda.
Namun, mereka harus rela menelan pil pahit yang sudah menimpa Hogwarts, sekolah dan juga rumah tercinta bagi mereka.
"Jika aku mati bersama kedua orang tuaku, mungkin segalanya tak akan kacau seperti ini."
"Harry! Sungguh, bukannya membuatku prihatin kepadamu, aku malah semakin kesal dengan semua ucapanmu. Sudahlah Harry!! Ini semua berada di luar kendali kita semua!" Ron menghentakkan tangannya di atas meja.
"Kau bukan aku Ron! Kau hanyalah Ron, dan bukan Harry! Kau tidak mengerti apa yang sedang terjadi pada diriku! Penyesalan itu terus saja mengoyak perasaanku!! Bisakah kau-" Ucapan Harry disela oleh Hermione.
"Bisakah kalian tidak bertengkar?! Aku muak mendengar kalian bertengkar kembali!"
Harry diam, begitupun Ron. Hermione menatap kedua sahabatnya itu.
"Maaf. Maukah kalian berbaikan?" Sambung Hermione.
Ron dan Harry saling menatap dengan tatapan pilu.
"Maafkan aku, Harry.."
"Maafkan aku juga Ron.."
"Maafkan aku juga, karena omonganku kalian jadi bertengkar.." Hermione tertunduk.
"Tidak Hermione, ini bukan kesalahanmu.." Ucap Ron dan Harry.
Hermione mendekap erat tubuh kedua sahabatnya itu.
Seusai makan siang, Ron dan Harry pamit pergi untuk latihan. Hermione bilang, ia akan menyusul.
Hermione melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Namun, di pertengahan jalan, di sudut Hogwarts yang sepi, ia mendengar suara isak tangis seorang pemuda. Hermione menghampiri suara itu dan ia mendapati seorang Draco yang sedang menangis melihat ke arah luar jendela.
Hermione menghampirinya, namun nampaknya Draco tak menyadari kehadiran Hermione karena isak tangisnya semakin terdengar jelas.
"Hei.." Hermione menepuk pundak Draco.
Draco terkejut, ia berusaha mengusap air matanya, namun Hermione sudah terlebih dahulu mengusap air mata Draco.
Kedua mata Draco membelalak.
"Kau kenapa, Malfoy?"
Draco menatap Hermione dengan tatapan yang mengisyaratkan bahwa ia sedang tidak baik baik saja.
"Kau merindukan ayahmu?"
"Ya Granger, biar bagaimanapun dia tetaplah ayahku." Draco berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh di hadapan Hermione. Namun nihil, air mata itu tetap lolos.
Hati Hermione terasa teriris. "Tak apa Malfoy, menangislah. Menangis bukan berarti kau lemah."
"Hermione, bolehkah aku memelukmu?"
Hermione merasa gugup. "Te...te..ntu.."
Draco mendekap tubuh Hermione. Bau parfumnya tercium oleh Draco. Dekapan gadis berambut cokelat itu terasa hangat.
Draco menyadari sesuatu yang janggal dari luar jendela. Benar dugaannya. Ternyata ada bola Bludger yang tiba tiba memecah kaca jendela di posisi mereka berdiri.
Sontak Draco langsung melindungi Hermione dengan cara mendekapnya, dari bola dan pecahan kaca itu. Beruntung, tak ada satupun dari mereka yang terluka. Tiba tiba seorang anak Gryffindor yang sedang menaiki sapu terbangnya, menghampiri mereka.
"Bola itu hampir saja membuat kami mati!" Ucap Draco penuh emosi.
Hermione berusaha menenangkan Draco. Salah satu anak Gryffindor itu meminta maaf kepada mereka berdua.
Permasalahan itu usai pada saat itu juga.
"Malfoy, jika saja tadi kau tak melindungiku..."
"Sudahlah Granger.."
"Malfoy, ikut aku.." Hermione menarik pergelangan tangan Draco.
Draco POV:
Astaga, perasaan apa ini? Mengapa ketika aku mendekapnya dan saat ini ia menarik lenganku, rasanya jantungku berdegup begitu cepat.
Tidak. Aku tidak bisa menyukainya. Ia gadis yang baik, sementara aku, aku terlalu buruk untuknya.
Astaga nyonya Granger, kau ingin membawaku kemana? Tolong jangan membuat perasaanku tidak karuan seperti ini.
Hermione POV:
Kau harus ikut denganku Malfoy. Aku akan mengajakmu ke perpustakaan, kemudian menonton latihan Quidditch Harry dan Ron bersama.
Karena jika kau sendirian, aku tahu, kau akan menangis kembali. Jangan biarkan sepi membunuhmu, Malfoy..
Karena aku akan selalu siap untuk menemanimu.Lihatlah sedikit perasaanku! Tak apa jika perasaan itu tak akan pernah terbalaskan.
Back to stories.
Hermione membawa dua buku tebal yang ia pinjam di perpustakaan. Draco hanya membawa satu buah buku.
"Malfoy?"
"Ya Granger?"
"Aku akan melihat Harry dan Ron latihan Quidditch, kau mau ikut denganku atau tinggal?"
Draco berpikir sejenak.
"Aku ikut.."
"Baiklah, kita pergi bersama ya."
Hi readers! Happy new year ya! Maafin tahun 2020 yang kurang menyenangkan ya. Semoga ditahun 2021 ini dan seterusnya, kebahagiaan akan selalu hadir di sela sela kehidupanmu💌

KAMU SEDANG MEMBACA
Patronous
Fiksi PenggemarSemua nama tokoh, tempat, dan yang lainnya berasal dari JK.ROWLING