Hari ini, murid murid tahun keenam ada jadwal pelajaran dari Professor Minerva Mc Gonagall. Draco berlari menuju ruang kelas. Draco terlambat masuk ke kelas hari ini. Semua mata tertuju pada Draco yang sudah ada di ambang pintu.
"Silahkan masuk, Malfoy." Ucap Professor.
"Terimakasih prof."
Draco melangkahkan kaki menuju bangku kosong di sebelah Hermione. Ia mendengar bisikan bisikan dari teman temannya yang sedikit membuat hatinya patah. Namun Draco sadar, ia pantas mendapatkan semua ini.
"Selamat pagi Malfoy." Ucap Hermione.
"Morning Granger." Wajah Draco masih terlihat kusut hari ini. Hermione tahu, sebenarnya Draco masih membutuhkan waktu untuk sendirian, namun anak laki laki itu juga harus keluar dari zona penyesalannya.
Draco menopang dagunya dengan tangannya. Seperti yang ia lakukan sewaktu di Great Hall pada tahun kelima. Ia melamun. Tidak fokus pada apa yang Professor jelaskan.
"Malfoy!" Professor memanggilnya. Namun Draco masih terjebak di dalam lamunannya.
Hermione menyikutnya. Lamunan Draco buyar. Professor Mc Gonagall menghampiri Draco.
"Malfoy, apakah kau baik baik saja? Jika kau merasa tidak baik, kau bisa pergi ke rumah sakit." Ucap Professor.
Mungkin Draco memang sedang merasa tidak baik baik saja. Kemudian Draco mengiyakan saran dari Professor.
"Nona Granger, bisakah kau mengantarnya?" Sambung Professor.
Hermione mengangguk. Draco menolaknya. Namun Professor tetap menyuruh Hermione untuk mengantarnya.
Mereka berjalan menuju rumah sakit kastil nan megah itu.
"Malfoy, apakah kau sakit?" Tanya Hermione.
"Tidak Granger, aku hanya butuh waktu untuk sendirian."
Suasana sejenak hening.
"Malfoy, jangan terus menerus terjebak di dalam lembah penyesalanmu. Itu tidak baik. Jadikan hari lalu sebagai pembelajaran, bukan sebagai penyesalan. Kau harus bangkit dan buktikan pada mereka, bahwa kau bisa menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya." Ucap Hermione sembari menatap wajah kusut Draco.
Draco membuang napas gusar.
"Granger, aku sudah terlalu jahat padamu. Mengapa kau masih bersikap baik kepadaku? Aku tak pantas mendapatkan itu, Granger.." Sambung Draco.
"Aku sudah memaafkanmu, Malfoy. Kau pantas mendapatkan kebaikan itu."
"Tapi kenapa, Granger?"
"Because I like you, Malfoy!!" Ucap Hermione dalam hati.
"Sudahlah Malfoy. Selamat beristirahat. Ku tinggal ya!" Hermione berlalu pergi.
"Granger, apa kau memiliki patronous?"
Hermione menghentikan langkahnya, kemudian kembali menghampiri Draco.
"Ya aku punya. Ada apa Malfoy?"
"Bisakah kau mengajariku mantranya?"
"Mantranya adalah Expecto Patronum. Itu adalah mantra terkuat. Seseorang butuh kenangan terbaik yang ada di dalam hidupnya, agar bisa menggunakan mantra itu."
"Apa patronous mu?"
"Otter."
"Aku tidak punya kenangan terbaik di dalam hidupku. Dan aku tidak akan pernah memiliki patronous."
"Bukan tidak akan, tapi belum. Kau bisa menciptakan kenangan terbaik itu, dari orang orang terdekatmu."
Draco menunduk.
"Aku pergi dulu ya. Selamat beristirahat."
"Terimakasih Granger.."
Draco kembali merenungkan segala penyesalan dan kesedihannya. Ia menangis. Suara sesenggukkan itu tidak bisa ia tahan. Draco semakin larut dalam kesedihannya.
****
Hermione berjalan menuju perpustakaan. Hari sudah semakin sore, gadis itu segera mempercepat langkahnya. Di sudut perpustakaan, di dekat jendela ia melihat seorang pemuda berambut blonde yang sedang menidurkan kepalanya di atas meja perpustakaan. Ia tahu betul siapa itu.
Hermione menghampiri pemuda itu.
"Boleh aku duduk disini?"
Draco langsung menegakkan kepalanya, sembari menghapus air matanya.
Draco mengangguk. Suasana mendingin, namun Hermione memecah keheningan.
"Sudah ku bilang kan? Jangan pernah menangis lagi ketika sudah sampai Hogwarts. Bukan hanya kau yang merasa terluka, Harry pun seperti itu. Ia merasa bahwa ia banyak mengorbankan teman teman. Namun ia perlahan bisa bangkit, kau juga harus seperti-" Ucapan Hermione disela oleh Malfoy.
"Sudahlah Granger! Aku bukan Harry! Aku Malfoy!! Si pemuda berambut blonde yang bodoh, yang pengecut, yang tidak tahu diri. Kamu tidak akan pernah mengerti aku! Kamu bukan diriku. Jadi, berhenti untuk terus memaksaku agar aku melupakan kejadian itu." Ucap Draco kesal. Draco berlalu pergi, sembari menyeret tas selempang hitamnya itu.
Hermione menatap punggung Draco, hingga bayangnya tak lagi terlihat. Hermione merasa sangat bersalah. Ia berjanji bahwa ia lebih memilih diam untuk saat ini, karena perasaan Draco sedang tidak karuan.
"Padahal aku hanya ingin membuatmu bangkit, Malfoy." Hermione sedikit menangis.
Sebelumnya terimakasih karena sudah membaca ceritaku. Semoga suka ya! Maaf kalau tiap partnya terlalu sedikit. Ku usahakan agar alur ceritanya tidak bosan ya. Terimakasih💖
salam💌

KAMU SEDANG MEMBACA
Patronous
Fiksi PenggemarSemua nama tokoh, tempat, dan yang lainnya berasal dari JK.ROWLING