Gadis Manis

171 13 1
                                    

Fandy memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumahnya. Ia langsung masuk kedalam rumah tanpa mengucapkan salam. Melihat ibu dan bapak nya sudah ada diruang tamu, Fandy merasa lega. Karena Fandy terus berfikir kalau mereka kenapa-napa.

"Assalamualaikum." ujar Linda sambil tersenyum melihat wajah Fandi yang datar, namun terlihat khawatir.

"Assalamualaikum pak, buk." Fandy mencium tangan kedua orang tuanya. Lalu duduk disebelah ibunya. Fandy sedikit deg-degan, karena tidak biasa ibunya seperti ini, Menyuruh pulang mendadak.

"Fan, kemarin tuh ibu ke rumahnya temen ibu di karimunjawa, terus ibu tuh liat fotonya sama anak gadisnya. Manis sekali, dia S2 lho di Semarang." terang Linda. Linda ingin Fandy segera menikah, tapi Fandy selalu menolak untuk menikah muda.

"Gimana Fan?" tanya Linda. Mendengar pernyataan ibunya, Fandy sedikit kecewa, hanya karena hal begini ibunya menelfon untuk segera pulang, dan itu membuat Fandy khawatir, tapi nyatanya seperti ini.

"Buk, udah Fandy bilang, Fandy nggak mau, nanti kalau udah waktunya pasti menikah kok, karena Allah menciptakan manusia berpasangan." jelas Fandy.

Linda memanyunkan bibirnya, jawaban sama dari pertanyaan yang sama pula. Sudah ratusan kali Linda bertanya, dan Ratusan kali pula mendengar jawaban yang sama.

"Ayo dong Fan, nggak kasihan ibu apa, ibu udah tua nih, pengen cucu." rayu Linda, tapi Fandy hanya diam tak menggubris.

"Udah sih buk, orang dianya belum pengen kok." ujar Azis, membuat Fandy sedikit tenang.

"Masuk kamar Fan, nanti ibumu buatin makanan." lanjutnya.

Fandy beranjak dari sofa, dan pergi ke kamar. Ia menjatuhkan tubuhnya keatas kasur sambil memejamkan matanya."Entahlah, aku bingung dengan hidup ini." batinnya

Tak lama kemudian Linda masuk dengan membawa makanan kesukaan Fandy, terong balado. Semenjak Fandy tinggal di pondok pesantren, ia mulai menyukai makanan yang tidak biasa ibunya masak. “makan dulu." ujar Linda sambil menaruh piring diatas meja kamar Fandy.

Fandy terbangun mendengar suara ibunya, ia memegang tangan ibunya "maaf ya buk, Fandy belum bisa." ujarnya merasa bersalah.

"Hey, nggak papa kok nak, toh ibu juga nggak bisa maksa kamu, kan yang menikah kamu, yang ngejalanin juga kamu, tapi ibu saranin, sama anak temennya ibu, dia juga lulusan pesantren, pinter lagi." Linda berharap Fandy mau dengan gadis itu. Entah apa yang membuat Linda tertarik dengan gadis itu.

Fandy hanya diam, ia bingung harus menjawab apa kepada ibunya, yang selalu memintanya untuk menikah.

"Kalau kamu tidak mau ibu jodohkan dengan Putri temen ibu, yaudah bawa pacar kamu kesini besok, ibu mau lihat pilihan kamu." ujar Linda. Ia pun langsung keluar dan membiarkan Fandy memikirkan ucapannya.

Linda khawatir jika Fandy menikah diusia tua. Seperti kakak Linda, yang menikah diusia 30 tahun, dan anaknya masih sangat kecil.

Setelah melihat ibunya keluar Fandy mengambil piring yang ada di atas mejanya, "terong balado." ujarnya pelan.

Fandy sontak teringat dengan Rahma yang selalu memasak terong balado,
Setiap hari Kamis pagi dan sabtu pagi, pasti sarapan terong balado. Karena hari itu adalah jadwal Rahma memasak. Dan yang belanja harian juga Rahma. Fandy tersenyum mengingat setiap kejadian lucu di pondok pesantren, ketika Rahma mengantar sarapan dan makan malam. Setiap Rahma mengomel kepada santri putra yang disuruh membeli apapun tidak pernah mau.

"Lucu."ujarnya sambil terkekeh.

******

Pagi ini Rahma berangkat kerja lebih awal agar tidak kena omelan atasannya. Rahma berjalan dengan menikmati suasana yang menyejukkan di kota yang tertata rapi dan bersih ini. Walaupun ada sedikit polusi. Itu hal yang wajar jika dikota. Rahma terus berjalan hingga akhirnya sampai dimall tempat ia bekerja. Disana Rahma melihat ada keributan, ia menyipitkan matanya melihat siapa yang bertengkar. Lalu ia berlari  untuk memisahkan Sindi. Ya sindi dan rekan kerjanya dibagian menata pakaian.

"Entah apa yang mereka ributkan, memalukan." gumam Rahma sambil berlari ke arah Sindi.

"Eh lo itu kalo salah ya minta maaf napa, enggak usah malah nyalahin balik, bego." teriak Sindi begitu keras, hingga menjadi pusat perhatian semua mall. Rahma yang melihat. Kejadian itu, merasa malu sendiri.

"Ya... Kalian." teriak Rahma hingga memuat semuanya terdiam.

"Kalian pada ribut ditengah banyak orang nggak malu ya." ujar Rahma berhasil membuat anak itu menunduk. Berbeda dengan Sindi yang keras kepala.

"Dia salah duluan, nggak minta maaf malah nuduh gue yang salah." ujar Sindi masih dengan emosinya.

Rahma melihat kearah Risa, "Ris, memangnya kamu ada masalah apa ?" tanya Rahma dengan hati-hati. Karena tak ingin Risa merasa Rahma membela temannya. tapi Rahma tau betul dengan Sindi, jika dia tidak bersalah maka dia akan seperti ini, seperti macan yang ingin menerkam seseorang. Mendengar pertanyaan Rahma, Risa menunduk,"maaf kak, tadi aku tidak sengaja nyenggol kak Sindi sampek ponselnya terjatuh." jelasnya

"Kamu udah minta maaf nggak sama kak Sindi?" tanya Rahma lagi, tetap dengan hati-hati. Risa menggeleng, Sindi yang melihat respon Risa,membuang muka dan memutar bola matanya malas.

"gadis bodoh." Umpatnya pelan.



CKA cuma update hari Jum'at aja yahhh 😭 soalnya ada persiapan UAS dan KKL🙏😭😂
Huhu haiiii
Gimana part ini???

Cinta Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang