Hal Biasa

322 24 0
                                    

Rahma mulai mengemasi pakaiannya yang akan ia bawa kesemarang. tidak banyak bagi wanita hanya sekoper kecil bermotifkan paris dan ransel Eigernya berwarna maroon.

Baru seminggu ia merasakan kenikmatan dirumahnya dan itu sangat tidak memuaskan bagi Rahma, dia jarang dirumah dan ketika pulang hanya sebentar, paling lama dua mingguan.

Rahma sibuk memilah-milah pakaian yang akan ia bawa, mulai dari atasan, bawahan, sepatu dan sebagainya. karena barang-barang yang di ponpes sudah dibawa pulang kerumah semua.

"Ma... ibu bantu nggak?" tawar Mila, karena biasanya memang sang ibulah yang selalu mengemasi barang-barangnya Rahma.

"harus buk, kan biasanya ibuk yang selalu ngerapaiin".

Milapun duduk disebelah Rahma dan mulai menata rapi isi koper dan tas Putrinya itu.
"Ma,,,  disana jangan pergi sama orang yang nggak kamu kenal ya, ibuk takut kalau kamunya diapa-apain".

Mila selalu mengingatkan Rahma seperti itu, padahal putrinya sudah terbiasa dengan hal-hal diluar sana.

"iya buk, Rahma selalu inget kok apa kata ibuk" Rahma memeluk ibunya dengan erat. merekapun meneruskan untuk berkemas.

*****

Nadin disibukkan dengan banyaknya tamu rombongan yang datang dan memesan kamar. ia sangat bingung dengan permintaan sang tamu, untung saja kebanyakan tamu rombongan itu dari desa dan orangnya sedikit tidak tau mengenai fasilitas yang penting mereka bisa beristirahat.

"Hk (house keeping).....Hk (house keeping)" ujar Nadin di HT.

"Masuk buk" jawab salah satu Supervisor HK.

"Saya minta 10 kamar twin bad sekarang ada pak?" pinta Nadin kepada SPV.

"ada buk, tapi kurang 2 gimana?".

"Nggak papa pak,  saya tunggu 30 menit ya pak, soalnya tamunya juga dadakan ".

"siap buk".

Nadinpun lega mendengar jawaban dari SPV HK. kalau sampek tidak dapat kamar, bisa-bisa Nadin akan kena marah oleh pihak atasan. dan bukan hanya nadin yang akan dimarahi, pihak House Keeping juga, karena kamar adalah urusan mereka.

memang terkadang melelahkan bekerja disebuah hotel, apalagi berbintang 5. Semakin tinggi jabatan, semakin besar pertanggung jawaban.

"Buk Nadin monitor" HT nadin bersuara, iapun segera menjawabnya.

"masuk pak, gimana udah siap?" tanya Nadin antusias.

"Sudah buk, sekarang juga tamunya sudah bisa masuk".

Akhirnya 10 kamarpun sudah siap, Nadin dan kedua partner nya pun menyiapkan pemesanan kamar yang diminta oleh tamu rombongan dan memberikan  Key card ke masing masing tamu.

"kamarnya ada dilantai 4 ya ibuk" ujar salah satu partner Nadin dengan sopan.

Nadinpun mengirim status kamar ke pihak HK agar mereka tau kamar mana saja yang dihuni oleh tamu dan kapan saja tamu akan check out dari kamarnya.

Setelah mengirimkan list room Nadin dikagetkan oleh seorang pria yang memakai jas hitam dan kemeja biru muda, sempurna, terlihat begitu tampan, sebenarnya pemandangan seperti ini biasa bagi Nadin, tapi entah kenapa setiap dia datang selalu mengejutkannya.

"Hey Nad,," sapa Fandy sambil duduk dikursi kerjanya.

"hey juga Fan," jawabnya.

"Ada tamu rombongan ya?" tanya Fandy.

"hem.  bener ada tamu rombongan Fan, dan aku hampiri saja nggak dapet kamar, aku menghubungi SPV HK untuk meminta 10 kamar twin dengan waktu 30 menit, aku kira tidak ada, karena semua kamar twin masih OC (occupied), tapi ternyata mereka membelah double bad di lantai 4 dengan sangat cepat padahal susah banget lho, ngerubah kamar double bad menjadi twin, harus angkat lampu dan meja, pasti capek banget, kasian deh yang dapet outlet dilantai 4" jelas Nadin panjang lebar, Fandy hanya menaik turunkan kepalanya sebagai respon.

******

Menikmati senja dikota orang itu hal biasa bagi Rahma, sore ini dia sudah ada di Semarang dan langsung menuju ke kostnya yang dulu ia pernah tinggal bersama teman-teman sekelasnya untuk training.

Banyak perubahan dikota itu, membuat Rahma semakin suka. tata letaknya rapi, bersih dan ya tidak terlalu ramai ketika sudah masuk kegang Bedagan, padahal kompleks disana lumayan besar dibanding Jepara.

Rahmapun sampai disebuah rumah berwarnakan abu-abu putih. dengan sedikit tanaman didepannya.

"Asalamualaikum" Rahma mengetuk pintu, tapi belum ada jawaban.

"Assalamualaikum" ujarnya lagi. dan akhirnya pintu terbuka pelan, terlihat seorang wanita separuh baya tapi masih cantik.

"waalaikumsalam, siapa?" ujarnya .

"saya Rahma buk".

" ouwh mbak Rahma, yaallah mbak apa kabar?".

"baik buk, saya mau kost sini lagi boleh?".

"boleh toh mbak, pasti dek aya seneng ada mbak Rahma disini, ayo masuk" ajak bu tutik. merkapun masuk kedalam.

"kamarnya yang dulu ya mbak dibelakang" ujar bu tutik sambil membukakan pintu kamar. Rahma hanya mengangguk sebagai jawaban.

setelah bu tutik pergi, Rahma merebahkan tubuhnya yang remuk minta ampun capeknya. perjalanan yang panjang sangat menguras tenaga.

"aku tidur bentar baru bersih-bersih enak kali ya" gumannya.

******

Fandy dan Nadin begitu sangat fokus dengan layar komputer dan beberapa dokumen diatas meja mereka masing-masing.

"Fan, pulang atau lembur?" tanya Nadin dengan mata yang masih terfokus komputer.

"belum tau Nad, kayaknya lembur deh soalnya banyak banget dokumen yang harus aku periksa".

"oke".

Nadin membolak-balik list yang diberikan oleh SPV HK, ada sedikit keganjalan tapi Nadin tidak tau dimananya. ia terus meneliti status setiap kamar dan mencocokkannya dengan yang ada dilayar komputernya, terlihat sama. Nadin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"aduh apa sih" ujarnya pelan namun terdengar oleh Fandy.

"kenapa Nad" Fandy menghampiri meja kerja Nadin.  sedikit berantakan oleh kertas yang tersebar diseluruh sudut meja.

"ini lho Fan, aku cocokin status kamar yang dilist sama yang di komputer sama, tapi kayak ada yang nganjal apa yah, duh bingung aku" jelasnya.

Fandy mengecek ulang list itu dan mencocokkan dengan komputer Nadin.

"Nah ini dia, ini seharusnya VCN kenapa jadi VDN" ujar Fandy sambil menunjuk list bagian pojok kanan.

Nadinpun langsung tertuju pada tulisan kecil yang ditunjuk oleh Fandy.

" Ya Allah Fan, untung aja kamu nemu, kalau enggak gimana jadinya, thank's ya".
Fandy kembali ke meja kerjanya.

#jangan lupa votenya and foloow. 🙂

Cinta Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang