Win tak bisa berhenti tersenyum, selain mengurung diri di kamar seharian ia juga menghabis kan waktu nya berbincang bersama Mean secara online. Si sulung menyempatkan diri menghubungi bungsu setelah empat puluh hari tidak memberi kabar.
Meski di awal perbincangan di penuhi tangis Win karena ia masih mengingat perbuatan terakhir Mean yang melukai pergelangan tangan nya, ia menghabis kan tiga puluh menit pertama mengomeli Mean, sedangkan yang di omeli hanya tersenyum dan eye smile yang turut menghiasi wajah rupawan nya, Mean lega karena Win baik baik saja dan masih bisa tertawa.
"Omong omong, apa keluarga Vachirawit menjaga mu dengan baik? Bagaimana dengan Bright?"
Mendengar nama Bright, Win mengulum bibir nya pelan mata nya menatap ke sudut ruangan.
"Mereka sangat baik phi, terutama mae Bright, namun... aku tidak yakin akan bisa dekat dengan anak nya... dia sangat galak."
Mean tertawa, ia tahu Bright akan bersikap demikian karena Bright memang tidak bisa mengungkap kan perasaan secara langsung.
Setahu Mean sedikit banyak mengenal sosok keponakan nya, 'galak' dalam kamus Bright adalah cara nya mengutarakan perasaan, tak lain adalah perduli, berbeda bila Mean bersikap acuh atau me-ghosting, maka ia tidak perduli atau benci pada orang itu.
Bright perduli kepada Win.
Itu lah yang di pikirkan Mean,
"Kenapa phi tertawa?!" Hardik si bungsu, ia curiga kepada Mean, ia tahu jika Mean menanggapi suatu hal yang harus nya di khawatir kan, namun malah tertawa berarti Mean menyembunyikan sesuatu.
"Tidak tidak, phi hanya berpikir akan sangat konyol kalau melihat keponakan bersikap galak kepada paman nya. Little uncle Win!" Mean pun semakin tertawa nyaring.
Win hanya memutar mata nya jengah.
"Phi, sebelum mengakhiri telepon, bagaimana kabar phi...? Phi, terlihat sedikit kurus, Win cemas." Air mata nya mulai memupuk begitu melihat tulang pipi Mean yang jelas terlihat.
Kini berganti si sulung yang mengulum bibir nya setelah puas tertawa, Mean menjelaskan kalau dia baik baik saja, tidak ada yang perlu di khawatir kan, ini sudah empat puluh hari ia berada di pangkalan, maka tersisa kurang dari lima bulan ia akan menyelesaikan tugas akhir nya.
Mendengar itu, Win kembali merasa lega, Mean benar, kalau ia terus menghitung maka waktu akan terasa lama, sekarang ia sudah lupa kalau mereka terpisah selama empat puluh hari.
Dada Win terasa lapang, ia kembali merasa ada secercah harapan untuk nya.
"Oh iya Win, bagaimana kondisi Little mu? Apa teman teman atau Bright sudah tahu?"
"Win tidak menceritakan kekurangan yang Win miliki phi, entah kekuatan dari mana Win bisa menahan diri untuk tidak memasuki Little, tapi biasanya hanya terjadi di tengah malam saja..."
Win bisa melihat senyum teduh di wajah Mean—senyuman begitu tulus, yang... sedikit membuatnya takut, ia tidak ingin merasa kehilang lagi. Kehadiran sosok Mean adalah segala nya bagi Win.
"Kenapa phi tersenyum seperti itu...?"
"Phi hanya senang, adik phi perlahan menjadi sosok yang kuat dan teguh ketika mulai menghadapi berbagai cobaan yang phi kira... Sudah lah, phi tidak sabar ingin segera pulang."
"Ya... aku pun demikian."
"Uhm, sampai bertemu lagi Win, phi harus istirahat di sini mulai pagi, bye na~"
"Dadah phiii..."
tut—
Win melepas kacamata nya, memijit pangkal hidung nya yang terasa pegal dan mengisi daya ponsel nya yang sekarat.
KAMU SEDANG MEMBACA
T O G E T H E R ? | Little Space Edition (Complete ✔️)
Fanfiction[INDONESIA] Sekilas kehidupan Bright, dan paman nya yang menderita Little Space, Win.