Bright mengerjap matanya begitu ia mencium harum rempah yang memasuki kamar nya.
Kamar nya...? Kenapa kamar nya terbuka?
Mungkin itu ulah mae, lagi pula hanya orang tuanya yang bisa memasuki rumah ini tanpa di tembus timah panas.
Ya, Bright memasang machine gun otomatis kalau ada pencuri yang memasuki pekarangan rumah nya tanpa sepengetahuan dari tim keamanan.
Dengan sempoyongan Bright membasuh wajah dan menyikat gigi, kepalanya masih pening karena mabuk semalam.
"Hoi!" Bright terkejut saat menemukan kelinci—maksud nya seseorang yang tertidur di sofa ruang tamu.
"Bai?" Panggil sebuah suara lembut dari dapur,
"Mae?! Siapa yang tidur di ruang tamu Bai?" Mae hanya memutar matanya jengah.
"Pelan kan suara Bai, paman Win sedang tidur, dia kelelahan begitu tiba disini tiga jam yang lalu."
"Itu paman Win?! Kenapa dia seperti anak remaja mae?"
"Dia memang anak remaja Bai, umurnya baru delapan belas tahun."
Bai terdiam, dan seringai pun muncul di wajah tengil nya yang baru bangun tidur.
"Mae harap kamu tidak berpikiran macam macam Bai, Win masih polos, dan dia pun masih perawan jadi—"
"MAE! Bai tidak berpikiran seperti itu!"
Mae tertawa geli melihat Bright yang menghentak kan kaki nya, pria jangkung berusia duapuluh empat tahun ini masih suka menghentakkan kaki dan menggoyang lengan kekar nya ketika kesal dengan mae atau ayah nya.
"Intinya jangan mencelakai dia walau usianya lebih muda dari Bai. INGAT. Dia masih paman mu, na?" Bright hanya mengangguk.
Menjahili paman kelinci mungkin bisa menjadi sedikit hiburan untuk Bright.
———
Mae Bright sudah pulang sejak satu jam yang lalu, Win menjadi gelisah karena tak se senti batang hidung Bright terlihat di rumah ini, kemana pergi nya dia tadi setelah mengantar mae nya ke pintu depan?
Win sedang duduk di kamar baru nya, semua barang bawaan nya sudah tertata rapi, ia memandang plushie kelinci putih yang ada di kasur, melihat plushie itu ia teringat sosok Mean.
Seketika ia memegang pergelangan nya yang terasa sakit, teringat bagaimana Mean hampir mematahkan tangan nya, Win merasa bersalah. Ya, ia tahu itu salah nya sendiri karena tidak bisa mengontrol diri kalau sedang berhadapan dengan perpisahan.
Ia berharap Mean baik baik saja, Mean hanya bertugas di pangkalan militer selama enam bulan, saudaranya tidak akan berperang, ia hanya duduk di kantor nya dan memonitor pangkalan karena Mean—karena dia akan kembali seperti janjinya.
Ah Win merasa lelah berada di zona biru, hatinya lelah karena terus memikir kan sesuatu yang berlebihan.
*sad Win.
Kindly click vote after you read, also drop a comment for your thoughts. It means a lot and help me in developing a better update.
Fondly, Hala.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
T O G E T H E R ? | Little Space Edition (Complete ✔️)
Fiksi Penggemar[INDONESIA] Sekilas kehidupan Bright, dan paman nya yang menderita Little Space, Win.