Terang dan menyilau kan mata...
Setelah nya Bright merintih saat pening menyapa, dan sekujur tubuh terasa remuk, samar samar Bright bisa mendengar suara seorang wanita.
"Bright...? Sayang? Kamu baik baik saja, nak?"
Lima detik kemudian Bright menyadari bahwa sosok yang ada di samping nya adalah mae, Bright masih bergeming dan tidak menjawab pertanyaan mae.
Ia melihat sekeliling ada kakek, serta pengawal lain yang berjaga, untuk pertama kali Bright melihat kakek nya memasang wajah khawatir.
"Win...? Di mana Win?" Mae menghela nafas, ia langsung menahan Bright yang hendak bangun.
"Kita bisa membicarakan masalah Win nanti, mae minta tenangkan diri mu." Bright hanya diam tidak menggubris, tidak pula melawan instruksi mae.
Bright masih merintih kesakitan, namun sebisa mungkin ia menahan rasa sakit nya, tak lama Phukong datang dan memeriksa Bright.
Setelah yakin Bright baik baik saja pasca kecelakaan yang di alami, Phukong pun meninggal kan Bright, tidak lah etis meski dia seorang kerabat dekat langsung menanyakan apa yang terjadi.
Dia harus bersikap profesional, meski pun dia ikut gelisah mendengar penculikan Win.
"Mae, bisa kah aku istirahat sendiri dulu? Kepala ku sangat pusing dan kalian berisik sekali."
"Berisik? Tapi mae dan yang lain diam saja."
"Deru nafas kalian mengganggu ku, sekarang Bai minta Bai mau istirahat sendiri."
Mae dan kakek kehilangan kata kata, bisa bisa nya di saat seperti ini Bright masih bisa bertingkah.
"Win... Winnie... di mana kalian?" Lirih Bright pada diri nya sendiri, pandangan nya sangat kosong dan hampa.
Sebulir air mata menetes, kenapa? Di saat Bright dan Win mulai saling memahami, pasti terjadi perkara, kenapa selalu seperti ini?
Potongan ingatan Win memanggil nya dan Mean ketika meminta tolong masih menghantui kepala Bright, biasanya dia selalu ada ketika Win meminta pertolongan di kala kesusahan, namun kenapa kali ini dia tidak bisa berbuat apa apa?
Apa kah Tuhan sedang menghukum Bright, atas perbuatan nya yang ia sengaja lakukan kepada Win?
"Win sayang, kamu di mana...?" Lirih nya sekali lagi, ia memejam kan mata, berharap ada setitik cahaya yang bisa memberikan nya jalan.
———
Somewhere at a lower level...
"...hicc~ Winnie di manaaa...? Hicc!"
Diri nya terkurung di kamar yang cukup besar, namun kamar ini sangat indah dengan berbagai hiasan unicorn lucu warna warni, ada cemilan, boneka, mainan, ranjang besar dan selimut yang lembut.
Tangisan Win terus mengalun dari sudut ruangan.
"Ugh... akit... hicc! Tangan Winnie akit... hicc! Winnie nda uka akiiit... daddy Baaaii..."
Seorang pria paruh baya yang menjaga di luar kamar yang di tempati Win nampak gelisah.
"Nona Prink..." ia bungkuk pada wanita di hadapan nya.
"Bagaimana kabar Win?"
"Dia masih tersedu sedu, nona, anda seharus nya tidak perlu berbuat sejauh ini, tidak kah ini sedikit keterlaluan—" lirih pria paruh baya itu, namun di potong oleh Prink,
"Tidak... ini sudah benar, membalas kematian bibi yang tewas di tangan Phiravich itu."
"Namun tuan Win sudah sangat tersiksa sejak kecil karena ketidakmanusiaan mendiang tuan—"
KAMU SEDANG MEMBACA
T O G E T H E R ? | Little Space Edition (Complete ✔️)
Fiksi Penggemar[INDONESIA] Sekilas kehidupan Bright, dan paman nya yang menderita Little Space, Win.