Pangeran Jimin mendekap tubuh Hana dengan erat. Matanya terpejam, berusaha menenangkan hatinya yang berdegup begitu kencang karena terlalu khawatir sesuatu yang buruk bisa terjadi seandainya tubuhnya tidak bereaksi dengan cepat.
"Maaf, jantung saya seakan berhenti berdetak untuk sesaat saking kagetnya." ujar Pangeran Jimin melonggarkan pelukannya dan mencoba mengatur ritme tubuhnya kembali normal.
"Maaf, Yang Mulia. Saya ceroboh. Apa saya melukai Anda saat akan terjatuh tadi?" tanya Hana memperhatikan seluruh tubuh Pangeran Jimin, mencari sekiranya ada luka yang disebabkan kecerobohannya.
"Tidak, tapi sepertinya tangan dan kaki Hana-ssi yang terluka." jawab Pangeran Jimin.
Hana melihat telapak tangannya yang mengeluarkan sedikit darah karena tergores susuran tangga dan juga betisnya yang tergores pijakan tangga.
"Oh, saya akan membersihkannya segera setelah memasuki bandara." ujar Hana dengan tenang.
"Tapi...." argumen Pangeran Jimin segera dipotong oleh Hana.
"Tidak perlu khawatir, Yang Mulia. Luka gores seperti ini bukanlah apa-apa. Yang Mulia pernah melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana kepala saya dihantam dengan keras menggunakan balok kayu." ucap Hana lagi, meyakinkan Pangeran Jimin juga Putri Margareth yang dari tadi berdiri dengan cemas di belakang Pangeran Jimin.
"Maaf, Hana...."
"Tidak apa-apa, Putri Margareth. Saya pernah mengalami yang lebih buruk. Anggap saja sebagai kecerobohan anak kecil yang terlalu aktif bergerak kesana kemari." kata Hana, kembali mencoba meyakinkan dua sosok penting di hadapannya bahwa dia sungguh baik-baik saja.
Hana menggerakkan tangannya, mempersilakan Pangeran Jimin dan Putri Margareth melanjutkan langkahnya menuju gedung bandara yang hanya tinggal berjarak beberapa meter dari tempat mereka berdiri saat ini. Baik Pangeran Jimin dan Putri Margareth melanjutkan langkah mereka dengan ragu dan tatapan penuh khawatir pada Hana. Sedangkan Hana bersikap seolah tidak terjadi apapun.
⚜ ⚜ ⚜ ⚜ ⚜ ⚜ ⚜
Pangeran Jimin, Putri Margareth dan Hana segera menuju istana Taiyo untuk memberi penghormatan terakhir kepada jenazah Putri Naoko dan menyampaikan rasa belasungkawa kepada orang-orang terkasih yang ditinggalkan.
"Tidak apa-apa?" bisik Hana pada Putri Margareth.
"Hm." gumam Putri Margareth dengan lemah, menjawab pertanyaan penuh kekhawatiran dari Hana.
"Putri Margareth, sebaiknya Putri segera beristirahat setibanya di istana Taiyo. Biar saya yang mewakili Putri memberi penghormatan terakhir dan menyampaikan rasa belasungkawa." saran Pangeran Jimin.
"Tapi, kedatangan saya akan sia-sia jika saya langsung beristirahat."
"Saya sungguh-sungguh meminta Putri Margareth untuk beristirahat. Yang Mulia Raja Michael dan Ratu Eugene sudah mempercayakan kehidupan Putri pada saya. Dan saya wajib menjaga amanat tersebut sebaik-baiknya." ucap Pangeran Jimin bersikeras meminta Putri Margareth untuk beristirahat.
"Tidak...."
"Tolonglah berhenti bersikap egois, Putri Margareth! Jika Anda terus memaksakan diri, tidak hanya Anda yang akan menanggung akibatnya. Yang Mulia Pangeran Jimin, saya dan juga seluruh anggota kerajaan Wangsan dan Lindsor juga akan menanggung akibatnya. Menunjukkan simpati dan empati Anda memang hal yang baik, tapi memaksakan diri hanya untuk membuktikan Anda memiliki simpati dan empati, itu sudah tidak masuk akal." setelah bersabar sekian lama, Hana pun mencurahkan keberatannya dengan sikap yang diperlihatkan Putri Margareth.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Commoner
FanfictionPutri bungsu dari Kerajaan Lindsor, Hannah Alejandra Lindsor tidak menyukai peraturan-peraturan kerajaannya yang mengikat dirinya dalam bersikap, bersosialisasi dan lainnya. Putri yang sangat suka mempelajari banyak hal, terus mengalami kesulitan da...