"Benarkah ketika datang ke Wangsan, Putri Hannah menutupi identitasnya sebagai seorang putri? Apakah ada alasan khusus Putri melakukannya? Apakah Putri memata-matai pemerintahan Wangsan dengan menutupi identitas royalnya? Saya dengar Putri Hannah juga sering keluar masuk perpustakaan istana yang tertutup untuk umum. Apakah Kerajaan Lindsor memanfaatkan Putri untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai kelemahan Wangsan?"
"Apakah Putri Hannah sudah mengincar posisi pendamping Putra Mahkota Jimin sejak itu? Mengapa harus bersikeras berpura-pura menjadi rakyat biasa, padahal status sebagai Putri akan sangat berguna dan mempermudah banyak hal?"
Suasana di studio membeku seketika. Tak ada yang berbicara, tidak juga ada yang bergerak. Semua terdiam dan terpaku ketika mendengar pertanyaan dari salah satu rekan media yang datang.
Mungkin terdengar seperti pertanyaan biasa, tapi tersirat maksud tertentu ketika jurnalis tersebut menyebutkan Putri Hannah sebagai mata-mata dan mengumpulkan info mengenai Wangsan.
Setelah beberapa detik yang terasa bagaikan menit, jarum jam yang terasa berhenti bergerak mulai mengeluarkan bunyi detikannya ketika Putri Hannah mengeluarkan aura tenang yang misterius dengan sebuah senyuman hangat terukir di wajahnya.
"Terima kasih atas pertanyaannya, maaf, kalau saya boleh tahu, Anda jurnalis dari media....? Karena saya baru pertama kali menerima wawancara dan menghadapi media seperti ini, bisa tolong sebutkan nama dan perusahaan Anda bekerja? Sehingga saya bisa mengenali dan menyapa Anda di pertemuan-pertemuan berikutnya." ujar Putri Hannah dengan tenang.
"Saya Jurnalis Go Gyunam dari media online HI! News." jawab pria tersebut dengan lantang, menantang ketenangan Putri Hannah.
Sementara itu, Putra Mahkota Jimin memberi tanda secara rahasia kepada para pengawal yang berjaga untuk menyelidiki pria yang mengaku sebagai Go Gyunam dan kembali menatap tajam sang kuli tinta.
"Salam, Go Gyunam-ssi. Senang bertemu Anda. Kalau diberi pertanyaan tersebut, sebenarnya saya agak malu untuk menjawabnya karena saat itu saya sedang memberontak terhadap aturan-aturan kerajaan di Lindsor." ujar Putri Hannah, sedikit terkekeh mengawali jawabannya.
"Lahir di sebuah keluarga dengan titel Putri yang disematkan sebagai 'nama pertama', memang artinya saya memiliki sejumlah keistimewaan yang saya dapatkan saat itu juga. Tapi di saat bersamaan, kebebasan saya sebagai manusia juga direbut. Tumbuh dalam lingkungan istana, saya iri dengan anak-anak seusia saya yang bisa tertawa lepas di tengah perjalanan pergi atau pulang dari sekolah."
"Atau sekedar bersenda gurau dengan teman sebaya. Menggunakan kata 'saya', bukan 'aku'. Menyebut 'Anda', bukan 'kamu'. Menggunakan gaun - celana pendek dan kaos oblong tidak diperbolehkan. Dan masih banyak hal sepele lainnya yang membuat saya iri hingga bertekad untuk menyembunyikan status royal saya. Seperti setelah acara pelantikan dan pengumuman pertunangan kami, saya tidak akan bisa lagi berjalan dengan santai di tengah kota."
Suara Putri Hannah sedikit tercekat ketika menyadari kehidupannya akan kembali dibatasi. Bahkan segala tingkah lakunya akan selalu diawasi kemana dan apapun yang dikerjakan olehnya.
"Sebenarnya, pada malam ulang tahun saya yang ke 17, beberapa bulan yang lalu, saya melarikan diri dari Lindsor dan bersembunyi, menetap di Wangsan. Saya mendaftar di sebuah universitas di Wangsan dan melakukan 3 macam kerja sambilan untuk membiayai kehidupan sehari-hari saya. Sangat melelahkan tapi saya merasa sangat bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Commoner
FanfictionPutri bungsu dari Kerajaan Lindsor, Hannah Alejandra Lindsor tidak menyukai peraturan-peraturan kerajaannya yang mengikat dirinya dalam bersikap, bersosialisasi dan lainnya. Putri yang sangat suka mempelajari banyak hal, terus mengalami kesulitan da...