Tanggal 12 Oktober malam, Putri Hannah terlihat masih terjaga di saat jarum jam hampir membentuk garis lurus sebagai tanda pergantian hari. Sejak pagi, Putri Hannah menggunakan waktu yang mungkin menjadi hari terakhirnya untuk berjalan-jalan dengan leluasa karena esok sudah waktunya pelantikan Pangeran Jimin sebagai Putra Mahkota yang bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke 25.
Putri Hannah mengurus pengunduran dirinya di kafe dan les privat. Sedangkan dia akan tetap berkuliah di Universitas Wangsan namun dengan penjagaan penuh, syarat Pangeran Jimin. Setelahnya, Putri Hannah kembali ke Istana Wang dan segera berkutat di dapur. Ia ingin membuat sebuah cake kecil yang akan diberikan langsung pada Pangeran Jimin di malam pergantian hari.
✉ Yang Mulia sudah tidur?
Putri Hannah mengirimkan pesan tersebut 10 menit menjelang pukul 12 malam.
Rrr... rrr... rrr...
Sebagai ganti balasan pesan, ponsel Putri Hannah bergetar, memperlihatkan Pangeran Jimin yang segera menghubunginya.
"Ada apa, Putri Hannah? Tidak bisa tidur?" tanya Pangeran Jimin.
"Bolehkah saya ke tempat Yang Mulia?"
"Haruskah saya ke tempat Putri? Ini sudah larut malam. Tidak baik jika Putri keluar saat ini. Apalagi cuaca sudah mulai dingin." suara Pangeran Jimin mulai menunjukkan kekhawatiran.
"Tidak apa-apa. Saya hanya ingin bertemu Yang Mulia sebentar." jawab Putri Hannah, menyadari sepertinya Pangeran Jimin tidak mengingat dirinya yang akan berulang tahun dalam waktu kurang dari 10 menit.
"Baiklah. Saya akan memberitahu penjaga yang berjaga untuk segera mempersilakan Putri masuk setibanya di ruangan pribadi saya."
Putri Hannah segera meraih jubah mantelnya untuk menutupi gaun tidurnya dan melapisi tubuhnya dari udara dingin. Ruang pribadi Putri Hannah tidak jauh dari ruang pribadi Pangeran Jimin, hanya berjarak 5 menit karena keduanya tinggal di paviliun yang sama.
Karena sudah larut malam, hanya ada penjaga yang bertugas shift malam yang masih terjaga.
"Saya akan ke tempat Pangeran Jimin untuk menyerahkan hadiah ini sebentar. Kalian tetaplah di sini, saya tidak akan lama." ujar Putri Hannah kepada kedua penjaga yang berdiri di depan ruangan pribadinya.
Setelah menerima anggukan dari penjaga, Putri Hannah segera melangkahkan kaki dengan cepat menuju ruangan pribadi Pangeran Jimin. Seperti yang sudah dikatakan Pangeran Jimin, penjaga yang berjaga di depan ruangan pribadinya segera membukakan pintu bagi Putri Hannah.
"Ada apa, Putri?" tanya Pangeran Jimin dengan cemas, melangkahkan kakinya dengan cepat mendekati Putri Hannah.
Putri Hannah terdiam dan hanya memperhatikan jarum jam yang terpasang di dinding. Tidak menjawab pertanyaan Pangeran Jimin. Melihat Putri Hannah yang tidak bereaksi dengan pertanyaannya, wajah Pangeran Jimin semakin terlihat pucat.
Tepat ketika jarum jam membentuk sebuah garis lurus, mata Putri Hannah terlihat berkilat penuh semangat dan tersenyum.
"Selamat ulang tahun, Yang Mulia." ujarnya sambil menyodorkan sebuah tas plastik ke hadapan Pangeran Jimin.
Wajah penuh kekhawatiran tersebut seketika berubah menjadi wajah penuh keterkejutan. Pandangannya mengikuti arah pandang Putri Hannah sebelumnya dan menemukan jam di ujung penglihatannya. Pangeran Jimin menghela napas lega dan tersenyum ketika akhirnya menyadari maksud kedatangan Putri Hannah malam itu.
"Putri Hannah datang di waktu ini hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun?" tanya Pangeran Jimin meraih tas plastik yang disodorkan Putri Hannah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Commoner
FanfictionPutri bungsu dari Kerajaan Lindsor, Hannah Alejandra Lindsor tidak menyukai peraturan-peraturan kerajaannya yang mengikat dirinya dalam bersikap, bersosialisasi dan lainnya. Putri yang sangat suka mempelajari banyak hal, terus mengalami kesulitan da...