The Nerve-wrecking Night

30 2 2
                                    

Putra Mahkota Jimin berdiri di depan altar dengan perasaan gugup dan cemas. Setelah selalu mengawali harinya dengan melihat Putri Hannah, hari ini dia justru mengawali hari pentingnya tanpa melihat Putri Hannah sama sekali.

"Putri Hannah belum datang?" tanya Putra Mahkota pada Pangeran Jiyoung yang berdiri tidak jauh darinya, sebagai pendamping pengantin pria.

Tapi mungkin kali ini, Pangeran Jiyoung lebih tepat disebut bertugas sebagai seksi sibuk. Sejak pagi, untuk memastikan Putra Mahkota Jimin fokus pada pernikahannya, Pangeran Jiyoung berlari kesana-kemari memeriksa semua persiapan. Juga berkoordinir dengan para pengawal yang bertugas, memastikan keamanan semua orang.

"Putri Hannah tiba di gereja." sebuah suara terdengar melalui in-ear piece yang menutupi salah satu telinga Pangeran Jiyoung.

"Bersiaplah, Yang Mulia. Putri Hannah sudah tiba." ujar Pangeran Jiyoung pada Putra Mahkota Jimin.

Putra Mahkota pun segera memeriksa penampilannya dan memperbaiki posisi berdirinya. Tak lebih dari 5 menit kemudian, sosok wanita yang selalu dicarinya dari pagi, terlihat membetulkan Watteau gaunnya tepat di depan pintu gereja.

Putra Mahkota Jimin terdiam memperhatikan sosok Putri Hannah yang masih sibuk dengan ekor gaunnya. Ini adalah kali pertama dirinya melihat gaun pengantin pilihan Putri Hannah. Gaun berwarna ivory atau putih gading itu tidak terlalu mewah, cukup sederhana. Detail sulaman yang dijahit bersamaan dengan sedikit manik-manik seperti berlian menutupi bagian depan gaun dari satu lengan ke lengan lainnya.

Putri Hannah memilih gaun tipe Column atau Sheath dress yang menonjolkan lekuk tubuhnya dengan ekor Watteau transparan yang terlihat seperti jubah atau cape, memanjang dari pundaknya hingga 1 meter dari tumit kakinya. Rambut coklat kemerahannya digelung sedikit ke atas, menunjukkan kedewasaan, lengkap dengan sebuah tiara yang bertahta di atasnya.

Ketika akhirnya Putri Hannah siap melangkah masuk dengan menggandeng lengan Raja Michael, matanya pun menangkap sosok pria yang akan menjadi suaminya dalam beberapa waktu ke depan. Pria yang memiliki eye smile tersebut terlihat tampan dalam setelan jas putihnya. Dilengkapi beberapa aksesoris kerajaan Wang di lengan dan dadanya.

"Mempelai wanita akan memasuki gedung gereja." sebuah pemberitahuan dari MC yang bertugas, menjadi tanda bagi pemain musik untuk mengalunkan lagu pernikahan.

"Tarik napas panjang, tenang." ujar Raja Michael menenangkan putri bungsunya sambil memberikan lengannya untuk digandeng oleh Putri Hannah.

"Hhaahhh, fuuuuuhh." mengikuti saran Ayahnya, Putri Hannah menyiapkan hati dan mentalnya, mengayun langkah pertama dalam gandengan pria setengah baya yang tampan, ayahnya, Raja Michael.

Sepasang ayah dan anak tersebut berjalan dengan hati-hati dan tenang, mencegah kecerobohan yang bisa saja muncul tanpa pemberitahuan ketika gaun pengantin yang anggun tersebut terinjak oleh salah satu sepatu, high heels milik Putri Hannah ataupun sepatu pantofel milik Raja Michael. Sambil melangkahkan kakinya, sesekali Putri Hannah melempar pandang ke arah para tamu dan tersenyum. Tapi tentu saja, pandangannya lebih dominan mengarah pada pria tampan lainnya yang menunggu dirinya di depan altar, calon suaminya.

Putra Mahkota Jimin tersenyum dan bibirnya berulang kali membentuk kata 'cantik' dari tempatnya berada ketika manik matanya beradu pandang dengan manik mata yang dimiliki Putri Hannah. Lorong gereja yang cukup panjang terasa pendek karena kedua mempelai tenggelam dalam perasaanya masing-masing dan berharap bisa segera bertemu satu sama lain di hadapan Tuhan, gereja dan para tamu yang hadir.

"Yang Mulia Putra Mahkota Jimin, saya menyerahkan kehidupan putri saya pada Putra Mahkota. Seperti bagaimana saya merawat, melindungi dan mencintainya selama ini, saya harap Putra Mahkota pun akan melanjutkan peran tersebut sebagai seorang kepala rumah tangga, suami, sahabat bahkan teman berselisih paham bagi putri saya."

My Beloved CommonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang