Kolaborasi

10 1 0
                                    

"Hannah Alejandra Lindsor datang menghadap Raja Michael Alejandro Lindsor dan Ratu Eugene Bernadette Lindsor." 

Para pengawal yang berjaga mengenali wajah ramah yang sudah tidak ditemui oleh mereka selama hampir 6 bulan. 

"Cepat sampaikan kepada Baginda Raja dan Baginda Ratu. Putri Hannah, mari." pengawal yang menanyakan identitas Putri Hannah segera membawanya ke ruang keluarga Kerajaan Lindsor. 

"Bagaimana kabar kalian?" tanya Putri Hannah.

"Siapakah kami, hingga pantas menerima sapaan dari Yang Mulia pertama kali sejak Anda kembali?" pengawal tersebut menghentikan langkahnya dan memberi hormat pada Putri Hannah.

"Kalian sama dengan saya. Tidak ada yang membedakan saya dengan kalian. Satu-satunya yang berbeda hanyalah status dan titel yang mengikuti nama saya. Itu pun tetap tidak bisa mengingkari bahwa saya juga seorang manusia biasa seperti kalian." senyum Hana dan menekuk lututnya, memberi penghormatan seorang putri pada pengawal yang berada di hadapannya.

"Yang Mulia." pengawal tersebut pun segera mengangkat tubuh Putri Hannah sebelum putri bungsu kerajaan tersebut sepenuhnya berlutut di hadapannya.

"Terima kasih sudah menjaga keluarga saya selama saya menjadi pengecut." ujar Putri Hannah.

"Yang Mulia! Tidak ada satu orang pun yang menyebut Anda pengecut." 

"Maaf telah membuat keributan." ujar Putri Hannah dengan lirih. 

Selama kakinya melangkah menuju ruang keluarga di istana, Putri Hannah terus merasa menyesal. Keputusannya untuk lari dari rumah adalah keputusan bodoh yang diambil oleh ego masa remajanya. Dan kali ini, meskipun dia masih tidak terlalu menyukai istana dengan segala peraturannya, dia sangat rindu menghabiskan waktu bersama dengan keluarganya. 

Sebuah pintu megah terbuka, menampilkan sosok kedua orang tuanya di singgasana mereka, beserta Putri Margareth yang duduk di sebuah bangku yang dikhususkan untuknya dan Pangeran Benjamin yang berdiri di antara Raja Michael dan Ratu Eugene. 

"Hannah Alejandra Lindsor menghadap Yang Mulia Baginda Raja Michael Alejandro Lindsor dan Ratu Eugene Bernadette Lindsor beserta Putra Mahkota Pangeran Benjamin Alejandro Lindsor dan Putri Margareth Alejandra Lindsor." Putri Hannah menekuk lututnya dan menundukkan kepalanya. 

"Berdiri." ujar Ratu Eugene menanggapi hormat yang diberikan Putri Hannah. 

"Ya, Yang Mulia." dengan satu jawaban singkat, Putri Hannah mengangkat tubuhnya, menuruti perintah dari Ratu Eugene. 

PLAK! 

Sebuah tamparan keras diterima oleh Putri Hannah di pipi kirinya, membuat kepalanya menoleh ke arah kanan, mengikuti momentum tamparan tersebut. Pipinya memperlihatkan jiplakan telapak tangan Ratu Eugene dan terasa berkedut, menunjukkan betapa kerasnya tamparan tersebut dimaksudkan Ratu Eugene untuknya.

"Itu hukuman untukmu atas tindakan kekanakanmu sebagai putri dari sebuah simbol pemerintahan. Sedangkan sebagai anak...." Ratu Eugene melingkarkan lengannya di sekeliling tubuh putri bungsunya.

"Yang Mulia Ratu....."

"Bagaimana kabarmu, Nak? Makanmu bagaimana? Tidurmu? Dimana kamu selama ini? Tempat tinggalmu? Apa ada yang menyakitimu? Kamu lapar? Mama minta pelayan menyiapkan makanan untukmu ya? Kamu ingin makan apa? Daging panggang? Salad?" 

Putri Hannah memperhatikan Ratu Eugene dengan terkejut. Dalam hitungan menit, wanita yang melahirkannya telah melanggar banyak aturan kerajaan. Ratu Eugene menggunakan bahasa yang tidak baku meski masih dalam batas sopan, juga menyebut dirinya sebagai 'Mama', bukan Yang Mulia Ratu seperti yang biasa dia lakukan, tidak juga memanggilnya Putri, hanya 'kamu' dan 'Nak'.

My Beloved CommonerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang