Chapter 27

11.6K 1.9K 201
                                    

Lagu di mulmed:

Arash ft. Raissa—If You Could See Me Crying in My Room

Warning: yg lagi kangen mantan jangan puter lagu di mulmed, cuma bakal nyakitin diri sendiri 🤣😭💔

————————

"Rama mana?" Nadhira celingukan mencari di sela tubuh Andra yang berdiri di ambang pintu.

Andra menguap lebar. Dia juga baru tertidur dua jam, sejak pulang dari lokasi syuting. "Ngapain cari Rama?"

"Ngajak jalan-jalan."

"Lain kali aja."

"Kok lo ngatur sih?"

"Ya orangnya nggak ada, gimana."

"Emang ke mana?"

"Orangnya nggak bilang sama lo?"

"Nggak."

"Kelar syuting dia langsung ke bandara."

"Mau ke mana?"

Menguap lagi. "Balik ibu kota, kan hari ini libur."

"Kok lo nggak ikut? Kalau bahu dia kenapa-kenapa gimana. Percuma dong lo cerewet di lokasi syuting, bahkan marahin gue karena nggak sengaja gelayutan di bahu dia, kalau pada akhirnya dia bebas pergi ke mana aja."

"Rama mau ketemu nyokapnya. Gue merasa nggak perlu ikut."

Nadhira terdiam.

"Lagian ngapain lo gelayutan di bahu dia? Dia bukan pohon tolong."

"Lo sebenarnya ada masalah apa sama gue?" Nadhira berkacak pinggang. "Ngomong kalau punya masalah. Lo pikir gue terima aja lo marahin kemarin? Lo kira gue sengaja lupa kalau bahu Rama masih sakit? Gue udah minta maaf!"

Andra menggerakkan tangannya dengan heboh. "Hassss, cukup! Lo mending tidur. Atau kalau mau jalan-jalan sama gue, boleh, tapi gue tidur dulu! Kita jalan siang aja."

Nadhira berbalik, kembali berderap ke kamar. Sebelum membanting pintu kamarnya sendiri, dia memaki Andra.

Yang dimaki tidak peduli. Menguap lagi, menutup pintu dan kembali ke kasur.

***

Rama tidak punya tujuan lain selain alamat yang baru saja dia sebutkan ke sopir taksi. Matahari sudah meninggi ketika dia tiba di bandara ibu kota. Tubuhnya memang lelah, tapi keinginan untuk pulang jauh lebih besar. Toh dia tadi sempat tertidur di dalam pesawat, meski hanya sebentar.

Perjalanan satu jam dan akhirnya dia tiba di tujuan. Rama mengulurkan uang lebih dan menolak kembalian. Dia melangkah lebar menuju lobi. Membuka topi yang dia kenakan dan menyapa petugas. Ketika melangkah di koridor, seorang perawat tiba-tiba menyejajari langkahnya. Rama sedikit berjengit.

"Pagi, Mas Rama."

Rama memelankan langkah. "Pagi, Suster."

"Mau mengunjungi Ibu Tiana?"

"Iya. Mama di taman belakang, 'kan?"

Perawat itu mengangguk, lalu teringat sesuatu yang akan dia katakan begitu bertemu dengan Rama. "Saya tidak tahu kalau Ibu Tiana punya tamu spesial lainnya."

Kening Rama berkerut. "Siapa yang mengunjungi Mama selain Sandra dan Mbak Sekar?"

Mengangkat kedua bahu. "Perempuan cantik. Ibu Tiana selalu senang setiap dia datang ke sini. Bisa dikatakan, keadaan Ibu Tiana berangsur membaik berkat dia."

AFTERTASTE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang