Chapter 29 [END]

22K 1.8K 196
                                    

Lagu di mulmed:

Layur—Terhisap Pekat

Sinyal ngajak gelud gaissss. Maap jadinya telat dari jam yg dijanjikan 😭

WARNING:

- jangan baca chapter ini di keramaian

- wajib puter lagu di mulmed

- bacanya pelan2 aja, biar meresap

- dilarang mengumpat wkwkwk

HAPPY READING! ❤

—————————

"Lo nyaman sama apa yang kita lakukan?"

Mereka hanya berdua di ruang tunggu di salah satu stasiun TV swasta. Acara akan dimulai dua puluh menit lagi. Secara tiba-tiba, Nadhira bertanya hal demikian. Dia hanya merasakan akhir-akhir ini Rama sedikit berbeda. Apakah lelaki itu mulai—

"Jujur. Nggak nyaman."

Lelaki ini memang tidak nyaman sejak awal. Hanya pintar menyembunyikannya dengan sangat baik.

"Lo pengin kita berhenti di sini?" Nadhira memastikan sekali lagi. Setengah takut mendengar jawaban Rama.

"Udah di tengah, nggak bisa mundur."

Nadhira menoleh. "Gue takut, Ram."

"Kenapa?"

"Setelah film rilis, tayang, lalu turun layar. Saat itu, kerja sama kita juga berakhir. Gue nggak bisa bareng sama lo lagi. Kita bakal jarang ketemu."

Rama terkekeh. "Ibaratnya nih, lo bisa hidup di mana pun, Nad. Siapa pun yang bakal jadi partner lo setelah gue, pasti merasa beruntung kerja bareng lo. Nggak perlu cemas sama hal-hal yang lo bisa handle dengan baik."

"Bukan itu maksudnya."

"Kita pasti bakal ketemu lagi, di kerjaan yang beda. Iklan mungkin. Atau malah film lagi." Rama tidak bisa menjanjikan lebih banyak. Selama mereka ada di lingkup yang sama, sebenarnya mudah untuk bertemu.

"Lebih dari sekadar itu."

"Ah, teater. Kita bisa agendakan kalau sama-sama longgar dan—"

"Gue pengin selamanya ada di samping lo terus."

Rama terkesiap, tapi dengan segera mengendalikan diri. Lewat matanya, dia meminta penjelasan.

"Seseorang yang ada di masa lalu lo ... bisakah gue gantikan tempatnya?"

Ruangan itu lengang.

"Gue bakal lakukan apa pun agar bisa ada di tempat itu. Apa pun, Ram. Gue bakal memantaskan diri supaya benar-benar layak lo cintai."

Tidak ada kalimat balasan. Rama sedang memilah mana yang seharusnya dia katakan dan mana yang tidak.

Hingga pengakuan itu akhirnya sampai ke telinga Rama. "Gue cinta sama lo, Ram."

Pintu ruangan tiba-tiba terbuka. Andra muncul di sana. "Ram, Nad, acaranya udah—kalian kenapa kok diem-dieman?"

"Gue jawab nanti setelah acara selesai." Rama berdiri.

Nadhira memegang ujung lengan kemeja Rama. "Apakah menyakitkan?"

Rama menghela napas. Andra yang masih di ambang pintu seketika memahami situasi yang sedang terjadi.

AFTERTASTE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang