Chapter 28

12.6K 1.9K 200
                                    

Lagu di mulmed:

Pekat—Yura feat. Reza Rahadian

—————————

Kesibukan menanti di ibu kota selepas mereka pulang dari Bali.

Rama dan Nadhira hampir muncul di layar televisi setiap hari. Dari satu acara talkshow ke talkshow lain. Tidak memungkiri bahwa semua orang memang bisa melihat chemistry yang begitu nyata. Mereka sudah mendengar film yang dibintangi keduanya akan segera tayang. Tidak peduli gimmick atau bukan, yang jelas mereka telanjur menyukai pasangan Rama-Nadhira.

Meski ada sedikit tekanan sesuai kesepakatan di awal, Rama tetap bersikap wajar ketika menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selalu ditanyakan, di acara mana pun. Orang-orang cukup tahu mereka dekat, tidak ada yang perlu didramatisasi lagi. Nadhira juga melakukan hal yang sama, karena dia menghargai Rama. Dia tidak ingin menjadi pihak yang lebih menonjol atau berlebihan. Dia dengan bijak membagi porsi yang pas dengan Rama. Jujur, dia lebih senang ketika melihat Rama tetap nyaman bersamanya.

Jadi ketika ditanya terlalu jauh soal menikah, Rama dan Nadhira kompak memilih jawaban aman. Seperti,

"Ngikutin arus aja. Kalau memang lanjut ke sana, ya dijalani. Kita santai kok."

Atau,

"Kita nggak terlalu ngoyo. Asal saling nyaman aja, udah cukup."

Dan,

"Sejauh ini memang dekat. Nadhira menyenangkan, lucu dan tipe idaman semua lelaki. Nggak ketinggalan, dia cantik."

Setiap Rama menjawab itu, Nadhira akan diam-diam menyangkal. Tipe idaman semua lelaki, kecuali lo.

Jadwal untuk promo film sudah terpetakan dan akan dimulai bulan depan. Proses post produksi ternyata lebih cepat, mengingat jika film akan tayang mengejar momen pada hari libur besar. Tapi sebelum dimulai, mereka sudah sibuk dengan undangan dari berbagai stasiun TV dan media cetak. Dan tentu saja SecondLook ada di salah satu daftar media yang menghubungi mereka untuk sesi wawancara dan pemotretan.

Sepanjang jalan Rama tampak tak tenang. Andra menyadari tapi pura-pura tidak tahu. Mau gamblang bertanya seperti biasanya? Tidak semudah itu sekarang. Terlebih di dalam mobil juga ada Nadhira. Andra hanya akan membuat suasana menjadi aneh kalau melempar candaan tentang mantan, apalagi Rama terlihat sedang tidak bisa diajak bercanda. Akhir-akhir ini Rama juga kelewat fokus dengan pekerjaan, tidak ada lagi bahasan soal Sheila ketika mereka hanya mengobrol berdua.

Untuk yang kesekian, Andra melirik kaca tengah. Apa mungkin Rama memang sungguhan sudah melupakan perempuan itu?

Rasanya tidak mungkin.

***

"Cel, lo nggak dicariin Baim?"

Sheila menoleh ke Bobby. "Nggak. Kenapa?"

"Berarti bukan lo."

"Bukan gue apanya?"

"Yailah, ini anak hidup di planet mana sih?!" Bobby akhirnya kesal sendiri. "Rama sama Nadhira mau ke sini, tahu. Jepret-jepret sama wawancara. Lo beneran nggak dicari Baim?"

Meira mengingatkan. "HRD kan udah hire presenter baru."

"Oh iya gue lupa!" Bobby menepuk jidat sendiri. "Habisnya kalau ada Rama, Icel nih yang sering dapet jackpot. Makanya gue otomatis inget elu, Cel."

"Rama sama siapa tadi?" Sheila sungguhan bertanya.

Dijawab lantang oleh Meira. "NADHIRA."

Sheila mengangguk sekali lalu kembali ke layar komputer. Menatap kursor yang berkedip di akhir paragraf yang belum selesai.

AFTERTASTE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang