JENIUS KOMPUTER

117 77 20
                                    

“Woyy!!” Raka menggebrak meja tempat Egar sedang tidur pulas, ngiler.

“Anjr**!” Egar terlonjak bangun, kaget setengah mati, mengutuk Raka sambil menghapus bekas iler di pipinya.

“Apa-apaan sih lo??” Egar jengkel setengah mati, mulutnya sudah tak bisa menyaring kata-kata mutiara yang terpendam, benar-benar ciri khas seorang Egar jika marah atau terkejut.

“Ishh..iler mu tuh nyet! Iyuuhh..jijik aku mas~” Raka menunjuk-nunjuk wajah Egar dengan lebay.
Egar tak menanggapi, ia lebih memilih mengamati penampilan Raka yang sedang bersimbah keringat, ngos-ngosan.

“Darimana aja lo?” Egar menguap, menyelidik.

“Eh lo bawa laptop kagak??” Bukannya menjawab pertanyaan Egar, Raka malah balik bertanya, panik.

“Kagak.” Egar menjawab santai

“Duh..” Raka menepuk dahi. “Kalau si Rafli bawa nggak??” Raka menyambar tas Rafli, menggeledahnya dan mengeluarkan sebuah laptop hitam berstiker naruto.

“Nih, urgenttt!! Buruan!” Raka memberikan laptop itu ke Egar yang menatapnya bingung.

“Lo kenapa sih?” Egar bertanya ke Raka yang sudah beranjak duduk di sampingnya.

“Lo stalking dan cari tau semua info tentang Sindy anak XI MIPA 1 S1.” Raka menepuk-nepuk pundak Egar dengan keras.

“Buruan elah..” Raka mencerocos, tak sabaran.

“Bentar, ini laptop udah butut, loading banget.” Egar balas menggerutu. Tak lama, layar laptop menampilkan kotak password.

“Mampuss!! Gue nggak tau sandinya lagi.” Raka mengusap wajah frustasi.

“Ini si kampret Rafli juga kemana lagi? Pas nggak dibutuhin kerjaannya nempel terus kek parasit, giliran dibutuhin kerjaannya ngilang trus  kek dedemit.” Raka bergumam, mengutuk teman laknatnya itu.

Raka berdiri, hendak mencari Rafli.
Namun baru setengah jalan meninggalkan kelas, Raka mendengar Egar bergumam tak jelas. Egar mengotak-atik keyboard dengan cekatan.

Sedetik kemudian

Click..

Password berhasil diretas.

Plok plok plok!!

Raka bertepuk tangan, melongo. Tak salah jika Egar dijuluki hacker andalan se-cenderawasih, bahkan mungkin se-ibukota.

Itulah bakat terpendam seorang Egar, walau tak diakui.

ARADEWI SINDY AEGAR
16TH years old
Born on august, 28-2002
Hobby: listen to music, quiet
Favorite food: -
Favorite colour: grey, black, white
Status: Single
Number: +62xxxxx
Anak dari pengusaha sukses Aegar dan desainer ternama Lilyana.
Pewaris tunggal perusahaan perbankan AEGAR CORPS
Tinggal di kompleks perumahan mewah jl.xxx

Tak sampai 3 menit layar telah menunjukkan info-info akurat tentang Sindy, foto-foto, alamat asli,bahkan hingga nomor telepon perempuan itu.

“Gar..” Raka bergumam, melongo.

“hm.” Egar masih fokus mengotak-atik.

“lo…hebat banget sumpahhh, nggak nyangka gue.” Raka menoleh, menatap Egar dengan tatapan berbinar-binar,  seakan-akan dia adalah superhero yang baru saja mengungkap identitas aslinya.

“Awas aja lo kalau nggak beliin gue skateboard.” Egar berkata tajam. Yah memang Egar punya list barang yang diinginkannya sebagai imbalan jika ada yang butuh bantuannya.

“Lah..tega benget lo! Gue kan sahabat sehidup sampai liang lahat lo! Masa iya minta imbalan sih??” Raka memasang wajah memelas, sok imut.

“Nothing free in this world men..and plus headphone yaa, punya gue udah hang soalnya.” Tanpa rasa kasihan sedikitpun, Egar malah menambah permintaannya. Raka membulatkan mata, kali ini memandang Egar seakan-akan dia baru saja mengaku sebagai pelaku pembunuhan.

“Sekate-kate lo tong! Gue nih the king of kere tau nggak?” Raka mendelik, menatap horor.

“Lo kan sahabat sehidup seliang lahat gue.” Egar mengangkat bahu santai, membalikkan perkataan Raka.

“Anj***” Raka mengumpat, Egar terkekeh menang. Namun entah mengapa, tiba-tiba Raka merasa merinding.

Suasana kelasnya berubah suram, redup. Perlahan bulu kuduk Raka meremang, angin berembus sepoi-sepoi dari jendela.

“kok gue tiba-tiba merinding ya?”Raka memeluk tubuhnya sendiri, sesekali mengusap tengkuknya.

Egar terdiam, dia  juga merasakan hal yang sama. Tak lama Raka merasakan sebuah tangan menyentuh bahunya, dingin, mencengkeramnya dari belakang.

“Gar..gue kalau ada salah sama lo, maafin gue ya. Keknya gue udah mau mati deh.” Raka bergumam, terlihat menahan tangis. Perlahan Raka memegang tangan dingin di bahunya, membalikkan badan dan dengan gerakan kilat...

“hiaaatttt!!! Chaaaa!!”
Raka melayangkan tendangan ke kepala makhluk itu.

GEDUBRAKK!!!

Suara sesuatu menghantam lantai memenuhi pendengaran Raka.
Raka membuka mata perlahan, yah saking takutnya tadi dia memejamkan mata saat men-smackdown makhluk itu.

Sesaat setelah matanya sempurna terbuka, Raka cengo, mengamati makhluk di hadapannya.
Lihatlah..di kakinya terkapar dengan sangat indah seorang Rafli dengan wajah penuh tepung terigu..eh tunggu, apakah itu bedak?

Rafli mimisan, kelas gempar.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang