FALLING

70 50 7
                                    

“Setiap hari selalu saja seperti ini. Hei! Tidakkah kamu merasa kalau aku butuh sedikit bantuan?”
 


Hari ini osis mengadakan rapat tiba-tiba karena bazaar yang akan diadakan minggu depan. Dan pemberitahuan tentang rapat tergolong sangat terlambat. Oleh karena keterlambatan itulah saat ini seorang Grayver Akasa saat ini tengah berlari sekuat tenaga menuju ruangan rapat. Lupakan soal penampilan, mandi saja dia tak sempat. Riwayatnya akan tamat jika dia mendapat SP2.

7 menit lagi.

Raka sudah berada dalam lift, memakai jas navynya, merapikan dasi dan menepuk-nepuk lututnya yang sedikit kotor.

Namun sepertinya keberuntungan sedang tidak berpihak pada Raka saat ini. Saat sampai di lantai yang dituju, pintu lift mendadak macet. Raka panik, memencet-mencet sembarang tombol di dinding lift yang malah membuat lift itu jatuh, terjun bebas ke lantai dasar.
Raka berteriak ngeri, ia melirik CCTV di sudut atas lift, mencoba meminta tolong.

Sementara itu di ruang pengawasan CCTV, seseorang menyeringai senang, rencanana berhasil. Lebih cepat dia menyingkirkan kuman itu semakin baik.

Raka berteriak-teriak sampai serak, berpegangan pada dinding lift yang masih jatuh. Beruntung saat sampai di dasar, lift berhenti bergerak lalu mendesing terbuka dengan sendirinya.
Raka melangkah keluar dengan kaki gemetaran, rasa mual menghantamnya. Raka mencoba memfokuskan pandangan.

RAPAT!! IA HARUS RAPAT!!!

Pikiran itu menghantamnya, membuat Raka memaksa kakinya berlari. Dia lebih memilih tangga darurat daripada harus menggunakan lift lagi.

Tepat saat Raka tertatih-tatih memindai ID Cardnya di alat pemindai dan pintu terbuka, seluruh pasang mata beralih menatapnya tajam.

“And late again…” Devano tersenyum miring.

“Sorry, I got a little problem on the way here. The lift was error, so it’s take a long time for me to get here.” Raka menjelaskan, nafasnya tersengal, kakinya bergetar. Raka mati-matian menopang tubuhnya agar tidak tumbang.

“That’s weak reason I think.”
Alasannya lemah??? Ah, yang benar saja!

“Get out from this room dude.”

“But—“

“You can’t join this meeting!” Devano sekali lagi tersenyum penuh kemenangan, ia tak sengaja bersitatap dengan Hito yang balik menatapnya dingin. Tatapan mengintimidasi Hito membuat Devano mau tak mau memalingkan wajah, ia menelan ludah.
Sementara itu, Raka perlahan berbalik pergi sambil sedikit menyeret kakinya yang masih tremor parah. Raka membanting pintu di belakangnya.


***

Raka terlonjak bangun saat seseorang melemparkan ID Card kepadanya. Raka mengerutkan kening menatap makhluk di depannya. Seseorang yang sangat tak mungkin untuk berada di kawasan S2, apalagi di kelasnya.

Ya dia adalah seorang Yaezar Hito.

Penampakan laki-laki paling menakutkan di daerah S2 sungguh menggemparkan. Seluruh jendela kelas XI MIPA 1 S2 di penuhi perempuan-perempuan yang mengintip, ingin melihat dari dekat seorang laki-laki paling ganteng di SMA Cenderawasih ini.

Raka memandang ID Card di genggamannya yang tertulis,
“GRAYVER AKASA/ KONSUMSI”

“Lo ngejaga stand makanan, kordinator lo Yuga. Sore bangun stand.” Hito menjelaskan dengan malas sambil berjalan mendekati meja Raka. Para perempuan menjerit genit merasakan aura dingin seorang Hito.

“Gue Raka, lo?” Raka mencoba mencairkan suasana kaku dengan berkenalan. Ia memang tak mengenal sebagian besar anggota OSIS, dia sedikit dikucilkan.

Hito menatap datar uluran tangan di depannya, tak berniat menyambutnya sedikitpun. Raka menarik kembali tangannya kikuk. Ia memutuskan melirik ID Card laki-laki baik (karena sudah berbaik hati mengantarkan ID Cardnya) di depannya.

“YAEZAR HITO/ KORDINATOR KEAMANAN”

“Makasih.” Raka yang sibuk mengamati ID Card Hito terkejut mendengar perkataan laki-laki di depannya.

“Eh, harusnya gue yang makasih sama lo udah—“

“Makasih karena sudah menyelamatkan Melisa.”

Raka bungkam.

Kenapa nama perempuan aneh itu dibawa dalam percakapan mereka? Dia siapanya??
Hito mundur, berbalik pergi meninggalkan Raka yang masih duduk diam.


***

“Sindy ada?” Raka bertanya ke seorang perempuan dengan potongan rok terlalu pendek dan seragam ketat.

Perempuan bername tag Norah itu mengangkat pandangan dari layar hp-nya kearah si penanya. Sedetik ia mendengus, mengibaskan ramput panjangnya dan melangkah pergi.

Raka menghembuskan nafas, mencoba tak peduli jika ia selalu diperlakukan seperti ini. Ia memutuska melongokkan langsung kepalanya ke dalam kelas XI MIPA 1 S1, tersenyum senang saat matanya menangkap seorang perempuan yang tengah tidur dengan menelungkupkan tangan diatas meja.

Raka melangkah masuk, tak memedulikan seluruh tatapan yang terarah ke padanya.

“Yang~” Raka menggoyang lengan Sindy, mencoba membangunkan perempuan itu.

“Sayang~ ngantin yuk.”

Sindy bergeming. Raka menoleh menatap sekitar, matanya berhenti di sudut kelas dimana seorang Hito tengah duduk tegap, sambil mencatat materi di layar.

Hito yang menyadari sedang di perhatikan menoleh kearah Raka dengan tatapan kosong. Raka yang terkejut otomatis  nyengir sok kenal, Hito hanya menatapnya datar membuat Raka mengedikkan bahu tak peduli.

Raka beranjak duduk di kursi kosng di samping pacarnya.

“Astaga sayang, bangun!!” Raka menggoyang lengan Sindy dengan lebih keras, yang berhasil mengusik tidur cewek berambut sebahu itu. Sindy menegakkan tubuh, menatap laki-laki di sampingnya dengan matanya yang masih merah, terkejut dengan kehadiran alien dari mars ini. Raka nyengir lagi dengan tampang watados.

“Cantik doang hobinya ngorok…” Raka mencubit pipi Sindy gemas namun ditepis kasar oleh perempuan itu.

“Ngapain lo?” Sindy bertanya serak.

“Mau ngajakin kamu makan.” Raka menjawab lugas.

“Yuk ah, keburu jam istirahat abis..” Raka menatap Sindy dengan pandangan memohon. Tak tega, akhirnya perempuan dingin itu mengiyakan.

Sindy beranjak berdiri, mengambil dompet, lalu berjalan keluar kelas bersama pacarnya. Dimana kepergian keduanya tak lepas dari pandangan laki-laki yang sedang duduk di kursi bagian sudut kelas.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang