LOVING YOU MORE THAN BEFORE

76 62 5
                                    

Raka memandang pantulan dirinya di cermin. Ia memakai tuxedo hitam, kemeja putih, dan dasi kupu-kupu berwarna sama.

Raka meringis, tidak sengaja menyentuh salah satu luka di wajahnya. Lukanya tetap terasa perih walau sudah ia olesi dengan obat. Seluruh tubuhnya terasa remuk redam, ia sedikit bersyukur karena lukanya tidak terlalu parah dikarenakan Egar dan Rafli yang gercep melarikannya ke UKS.

Raka harusnya istirahat sekarang, dia tak perlu memaksakan diri hanya untuk menepati janjinya menghadiri pertunangan itu dengan Sindy. Lagipula jika Sindy memang pacar yang baik, ia pasti akan mengerti dirinya kan. Tapi sekali lagi, mengapa Raka harus sejauh ini demi Sindy?

Raka memandangi sekali lagi penampilannya, yup.. sudah cukup memuaskan. Sebenarnya tuxedo yang ia pakai adalah hasil sewa dari sebuah butik yang hampir bangkrut di kompleksnya, tak mampu membeli yang baru. Kalau dipikir-pikir di antara Egar dan Rafli, Raka lah yang paling miskin, tapi sebaliknya ia juga yang paling cerdas. Bahkan motor bebek yang akan ia gunakan pun adalah motor pinjaman dari bokap Rafli.

5 menit Raka telah berkendara menuju rumah Sindy sambil bersiul pelan, menikmati semilir angin malam.

1 jam kemudian Raka memperlambat laju motornya, masih 20 meter dari rumah elite yang di katakan Sindy. Semakin lambat dan kemudian berhenti total. Motor itu tidak mogok, juga tidak kehabisan bensin, tapi motor itu berhenti dikarenakan saat ini, Raka tengah membulatkan mata, memandang Sindy di kejauhan yang tengah berdiri di depan gerbang rumahnya sedang berbicara dengan seorang pria yang tak dikenal Raka.

Raka berusaha berpikir positif, bisa jadi laki-laki itu adalah sepupunya, atau teman SDnya atau satpam rumahnya? Kemungkinan terakhir adalah pemikiran yang sangat ngaco dari Raka.

Raka melajukan kembali motornya dengan perlahan hingga di jarak 10 meter dari mereka, agar dapat mendengar dengan jelas pembicaraan 2 orang itu.

"Lo berangkat bareng gue aja Dy~" Laki-laki itu berusaha membujuk Sindy.

"Gue. Udah. Ada. Janji !!" Sindy menekankan setiap kata, Raka ngakak ." Mampuss lo ditolak mentah-mentah!!"

"Emangnya lebih penting daripada pembicaraan tentang rencana perjodohan kita??" Laki-laki itu bersikeras, tawa Raka tersumpal, ia beku seketika. Perjodohan?? Apa-apaan ini??

Hening 5 menit yang serasa 5 abad bagi Raka.

"Cihhh lo waras??" Sindy tertawa meremehkan, laki-laki itu bingung, Raka apalagi.

"Kayaknya bokap gue sudah menyatakan dengan sangat jelas di depan bokap lo kalau semua keputusan ada di tangan gue." Sindy berbicara panjang lebar untuk pertama kali, "Benar-benar pemborosan tenaga." Sindy bergumam dalam hati, muak dengan laki-laki pemaksa di depannya.

"And sorry to say that i don't want to be your fience." Sindy melanjutkan dingin, laki- laki itu mengacak rambut frustasi. Raka mengepalkan tangan senang, lega dengan jawaban yang di berikan oleh pacarnya itu.

"Lo berangkat sama siapa sih?" laki-laki itu bertanya putus asa.
"Pacar." Sindy bergumam singkat. Raka tersenyum tulus. Ah..Sindy benar-benar membuatnya jatuh cinta semakin dalam.

"Mana orangnya? Kok nggak dateng-dateng?? Bentar lagi acara mulai lohh..apa dia lupa kalian janjian?" Laki-laki itu berniat mengompori, namun entah mengapa Sindy malah tersenyum tipis.
"Dia udah disini daritadi."
Sindy memalingkan wajahnya kearah Raka, Raka terkesiap mengetahui bahwa Sindy merasakan kehadirannya. Raka melajukan motornya mendekati mereka.

Bruummm..
"Woy!!" Laki-laki itu berteriak marah, Raka dengan sengaja hampir menyenggol dirinya. Raka turun dari jok motor, beranjak berdiri di samping Sindy, menatap tajam laki-laki itu.

Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang