"Trying to be the one in your eyes."
Raka menyejarkan langkah dengan Sindy, berniat menggandeng tangan gadis itu. Belum sempat Raka meraihnya, Sindy malah mengangkat tangan, bersedekap. Raka cemberut.
"Which one?" Sindy menoleh.
Gawat!!
Raka lupa kalau kantin anak s1 dan anak s2 berbeda.
"Eum, lo maunya di mana?"
"Terserah."
Raka mengingat-ingat jumlah saldo di rekeningnya, yah..dia sedang punya banyak uang sekarang. Tak apakan kalau dia jajan sedikit?
"Kantin lo aja." Raka memutuskan.
***
Sebagai anak s2, seorang Grayver Akasa tentu saja tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki disini. Walaupun anak OSIS sering berpatroli di sekolahan, tapi Raka belum pernah bertugas di kantin s1.
Raka ternganga. Daripada kantin, tempat di depannya lebih cocok di sebut kafe super mewah. Stand makanan mewah seperti burger, pasta, pizza, ataupun spaghetti berjejer rapi menggiurkan lidah (Raka teringat kantinnya yang menjual bakso, gado-gado, dan es teh). Dengan robot kemudi otomatis yang lalu lalang mengantarkan makanan.
Raka dan Sindy berjalan menuju salah satu meja kosong di sudut.
"Gue mesen dulu ya." Raka berdiri hendak memesan makanan di stand tapi tangannya keburu di tarik oleh Sindy.
"Please! Jangan malu-maluin gue."
Rendra menatap bingung, tak mengerti. Beberapa orang menatap aneh kearah mereka."Disini kita mesen pake sistem android. Sambungin hape lo sama sistem di sini, pilih stand yang mana trus pesen." Sindy acuh tak acuh menjelaskan.
Raka menelan ludah menyadari kebodohannya, ia kembali duduk. Beberapa orang menatap sinis bahkan terang-terangan tertawa.
"Tadi dia serius mau pesan manual? Hahaha...ga banget!" raka menutup mata mendengar cemoohan anak-anak di sekitarnya.
Heran...kenapa anak s1 hobi banget nyinyirin orang ngalahin ibu-ibu di depan kontrakannya. Sindy membuang muka ke arah jendela, tak peduli.
"Makanya, sok-sokan sih. Kalau anak kampong ngapain nginjakin kaki di kerajaan? Kan maluu..."
Percaya tidak percaya itu adalah nyinyiran dari salah seorang siswa berbadan kekar. Bahkan cowok-cowok s1 saja bermental banci."Duh, kasian Sindy..pasti malu banget punya cowok modelan kek gitu."
"Makanya kalau miskin terima aja sih. Ga usah mimpi jadi pangeran."
"Untung anak-anak miskin di bedain di sini. Kalau nggak, mana mungkin gue bisa makan seruangan sama anak-anak sampa kek mereka. Bawaannya mual terus.."
BRAK!!!!
Raka terlonjak kaget, menatap Sindy yang tadi menggebrak meja mereka.
"Lo semua nggak ada kerjaan?" Sindy mendesis, penghuni kantin kompak terdiam, aura dingin menyelimuti.
"Kalau lo bisanya nge-gosip orang, mati aja lo semua!!"
Raka menatap Sindy dengan tatapan seribu makna. Ini adalah kedua kalinya Sindy murka demi membelanya."Dan lo!" Sindy menunjuk salah satu perempuan di depan stand.
"Kalau dia sampah~" Sindy menunjuk Raka. Yang di tunjuk menelan ludah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Demon School (TAMAT)
RomanceThis story starts in a dark elite school. Most of the students were of the high class, they are Prince Or Princess. And a small portion are poor genius children who get scholarships. Bullying and discrimination... Made many of them choose to die. Is...