WISHING THAT YOU'LL BE MINE

80 65 11
                                    

Sudah 10 menit berlalu.


Tangis Melisa mulai reda, menyisakan sesak yang entah apa obatnya. Melisa duduk di ranjangnya, ia memeluk boneka panda besarnya, menunduk dalam. Sedangkan Hito memilih duduk di depan perempuan itu, menatap Melisa sendu, hoodie putihnya ia sampirkan di sandran kursi.

"Eh..lo tadi kok bisa sih tau2nya muncul gitu aja di balkon gue? Kenapa nggak lewat pintu utama kayak biasanya?" Melisa membuka percakapan, meraih kotak tissue di atas nakas dan membuang ingus dengan suara yang cukup keras. Ah..jangan harap Melisa akan jaga image di depan Hito kawan...persahabatan mereka jauh lebih kuat dari yang kalian kira.

"Lagi males kalau harus basa-basi ketemu bokap lo." Hito mengangkat bahu, menjawab malas-malasan. Namun itu hanya alibi belaka, alasan sebenarnya adalah karena Hito tak ingin melihat muka seseorang yang akan mengambil Melisa darinya. Hito membenci Asharan lebih dari apapun, walau faktanya mereka memiliki hubungan yang baik sejak dulu.

"Trus cara naik ke balkon gue gimana? Secara ini kan lantai 2, lo manjet gitu?" Melisa menambahkan dengan nada tak percaya.

"lo lupa kalau gue anaknya Harry potter? Gue pinjem sapu terbang bokap guee.." Hito nyerocos sembarangan, suasana hatinya buruk.

"Isshh.. kan gue serius Yaezarr!!" Melisa mengerucutkan bibir sebal, Hito acuh tak acuh. Melisa beranjak turun dari ranjang, berjalan menuju meja rias di sebelah kursi Hito, menatap bibir pucatnya, meraih lip tint dan memakainya dengan telaten.

"Apa-" Hito membuka mulut, hendak menyampaikan idenya, meneguk ludah. "Apa gue suruh bokap gue aja ya buat ngelamar lo?"

Sreeett...

Melisa menatap nanar lip tint nya yang sudah tercoret panjang.

Pletakk!!!

"Aw.. apaan sih Mel??" Hito menoleh menatap Melisa sang pelaku, mengusap belakang kepalanya yang sudah terkena hantaman perempuan itu.

"Apanya yang apaan?? Liat akibat dari omong kosong lo itu! kampret emang." Melisa nyolot, menunjuk lip tintnya yang belepotan, meraih tissue basah, mengelap garis panjang salah jalur lip tintnya. Hito mengangkat 2 jari, nyengir tak bersalah.

"Tapi gue serius Mel."

Hah?? Melisa menoleh menatap Hito yang tersenyum kecut. Jadi tadi itu bukan candaan?

"Bwahahhaha!!!!" Tawa Melisa meledak, memukul-mukul bahu Hito.

"Yee..giliran gue serius malah di ketawain. Auk ah, capek gue makan hati teross." Hito mendengus jengkel.

"Lagian lo sih ngomgongnya unfaedah bangett.."Melisa mengusap air matanya, mencoba menghentikan tawa.

"Dengerin yaa Yaezar Hito yang terhormat. Kalau bokap gue emang niat jodohin kita, udah dari dulu kalee..masalahnya dia maunya kerjasama antara Asharan Grup dan Zeus, bukan sama perusahaan bokap lo."

"Tapi andaikan gue bisa milih sih, ya mending nikah sama lo si daripada Rendra. Secara gue kan udah kenal lo dari dulu, dan gue juga udah tau segala seluk beluk tentang lo. Bukan Rendra yang baru gue kenal seminggu belakangan.." Melisa tersenyum kecut, Hito terdiam mendengar fakta yang diutarakan perempuan di depannya ini.

"Eh tapi lo kan udah bilang kalau lo udah suka sama seseorang dari dulu." Hito mendadak teringat sesuatu, perasaan gadis ini.

"Gue ingat lo cerita kalau dia cowok yang nolongin lo pas bentrok dulu." Hito berusaha mengingat-ingat.

"Well gue nggak bisa membantah tentang itu. Hati gue udah dimiliki seseorang, dulu bahkan sampai sekarang. Itu juga alasan gue nggak mau di jodohin, karena gue udah suka sama orang lain." Melisa tersenyum sedih. Mengingat bahwa dengan perjodohan ini,maka otomatis penantian dia akan pertemuan dengan laki-laki yang di cintainya harus pupus, Melisa harus melepaskannya.

Hito mengamati ekspresi Melisa yang tersenyum, sebuah senyuman palsu. Dasar..sudah berapa kali Hito bilang jika perempuan ini tidak usah berusaha kuat di depannya, justru dia ada untuk menjadi senderan Melisa.

"Eh lo dateng ya ke acara pertunangan gue, besok malam di Zeus Hotel."

"Eh.. bukannya gue kesini buat rencana kabur kita ya??"


Sebuah kotak tissue melayang ke muka Hito, menghantamnya keras.

"Lo aja yang pergi!! Entar kalau lo di santet bokap lo, jangan berani-berani sebut nama gue!" Melisa melotot tajam, Hito terkekeh gemas melihat tingkah perempuan di hadapannya ini.

Di depan Melisa, Hito yang dingin akan berubah menjadi hangat tak terkira, hanya untuk Melisa! Di depan Hito, Melisa akan menjadi pribadi yang manja dan cengeng, membuang jauh-iauh image elegannya. Melisa menjadi dirinya sendiri di depan Hito, tentu saja hanya di depan Hito!

Hubungan rumit keduanya.. hanya mereka yang tau.



Half Demon School (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang