Cold Water

686 130 21
                                    

Setelah 2 hari kemudian, Jeongyeon sudah benar benar membaik dan sudah bisa berjalan pelan pelan. Hari itu mereka ber 3 sarapan pagi bersama di meja makan.

"Makanlah yang banyak Jeongyeon agar tenagamu cepat pulih." Ibu Sana memberikan banyak makanan ke piring Jeongyeon.

"Ahh ne ahjuma." Jeongyeon mengangguk.

"Setelah makan, antarkan Jeongyeon untuk mandi di sungai Sana-ya, dia pasti sudah ingin mandi." Ucap ibu Sana.

"Ne, badannya sudah sangat bau." Angguk Sana.

"Hais." Jeongyeon menatap kesal ke arah Sana.

"Sudah sudah, ayo makan." Lerai ibu Sana.

Setelah sarapan Sana dan Jeongyeon pun berjalan bersama sama ke sungai yang tak Jauh dari rumah Sana.

"Kau juga mandi?" Tanya Jeongyeon panik saat Sana mulai membuka kancing bajunya.

"Memangnya hanya kau yang boleh mandi di sini." Jawab Sana cuek.

"A-ahh kalau begitu aku akan mandi sedikit lebih jauh." Jeongyeon baru saja akan berjalan, namun segera di tahan oleh Sana.

"Bagian yang bisa digunakan untuk mandi hanya disini, kau mau kemana? mau hanyut?" Tanya Sana.

"K-kalau begitu kau saja mandi duluan, aku akan mandi setelahmu." Jeongyeon membalikan badannya.

"Kau ini kenapa? malu aku akan melihat tubuhmu? kenapa harus malu, aku juga sudah sering melihatnya." Setelah membuka seluruh bajunya, Sana measuki air sehingga bagian tubuhnya terendam hingga bagian dada.

"A-anu aku hanya-" Jeongyeon masih merasa canggung.

"Kemarilah, airnya sangat segar." Ajak Sana.

Jeongyeon yang pasrah pun mulai membuka bajunya dan turun ke air sambil membelakangi Sana.

"Kau marah padaku?" Tanya Sana.

"Marah? tidak?" Jawab Jeongyeon tanpa menghadap Sana.

"Lalu mengapa membelakangiku?" Tanya Sana.

"A-aniyo aku hanya-" Jeongyeon tergagap.

"Kenapa? kau takut akan melihat tubuhku?" Sana berbicara tepat di sebelah telinga Jeongyeon.

"Huaa j-jangan terlalu dekat! a-aku tidak bisa terlalu dekat dengan wanita." Jeongyeon berusaha menjauh.

"Kenapa? padahal pundakmu terlihat nyaman bila disandari." Sana tiba tiba memeluk Jeongyeon dari belakang dan menaruh kepalanya di pundak Jeongyeon.

"A-apa yang k-kau lakukan?! kau seperti bukan Sana" Kaget Jeongyeon yang membeku.

"Sedari kemarin aku menahan diri saat melihat tubuhmu, perut sexymu, dan garis leher jenjangmu itu hingga mau mati rasanya. Biarkan aku memelukmu sebentar saja." Sana memejamkan kedua matanya dan menenggelamkan wajahnya di leher Jeongyeon sambil menghirup wangi tubuh Jeongyeon.

"S-sana-yaa, hajima." Jeongyeon merasa geli karena hembusan nafas Sana di lehernya.

Setelah beberapa lama tak ada respon dari Sana, Jeongyeon memegang tangan Sana yang memeluk perutnya, berusaha melepaskan pelukannya perlahan lalu membalikan badanya menatap Sana.

"Akhirnya kau menatapku." Ucap Sana begitu berhadapan dengan Jeongyeon.

"Apa yang kau inginkan." Tanya Jeongyeon dengan nada tenang.

"Ntahlah, kurasa untuk saat ini memelukmu sudah cukup." Sana tersenyum.

Jeongyeon menatap lekat wajah Sana, lalu mengulurkan tangan untuk memegang pipi Sana lalu ia elus lembut.

"Akhh au au au sakit bodoh!" Sana tiba meringis saat Jeongyeon mencubit pipi nya.

"Kau ini mengagetkan saja." Ucap Jeongyeon sebelum akhirnya keluar dari air untuk memakai bajunya.

"Yak kau baru saja mandi, kenapa malah pakai baju lagi?" Tanya Sana.

"Aku sudah selesai." Ucap Jeongyeon sambil mengenakan celananya.

"Hais dasar." Sana pun melangkah keluar dari air dan seketika Jeongyeon pun membalikan badannya agar tak menatap tubuh Sana.

"Pinjam handuknya." Pinta Sana.

"Ini." Jeongyeon memberikan handuk tanpa menghadap Sana.

"Lagi lagi kau takut melihatku, kenapa sih?" Tanya Sana.

"Aniyo, cepat pakai saja bajumu itu." Tiba tiba muncul ide di kepala Sana.

"Baiklah." Sana tiba tiba pindah ke hadapan Jeongyeon.

"Yak kau ini benar benar! pakai bajumu!!" Jeongyeon yang kaget langsung memejamkan kedua matanya.

"Oh ayolah, lagipula aku tak keberatan jika kau melihat tubuhku." Ucap Sana santai.

"Aku juga tak keberatan, tapi area sungai ini terbuka. Bila ada orang lain yang melihatmu itu yang akan berbahaya." Jeongyeon melebarkan handuk untuk menutupi tubuh Sana sedangkan yang diperlakukan manis hanya terdiam.

"Lekas pakai bajumu." Ucap Jeongyeon sambil memakai kemeja putihnya.

"Kau.." Sana tiba tiba memegang ujung kemeja Jeongyeon yang belum dikancingi itu.

"Eoh?" Bingung Jeongyeon.

*Chup

Sana langsung memegang kedua kerah Jeongyeon dan menariknya. Ia membuat Jeongyeon terkejut karena tiba tiba menciumnya dengan sangat intens. Jeongyeon yang awalnya berusaha menjauhkan tubuh Sana, mulai mulai merasa terbuai dengan setiap lumatan lumatan kecil Sana.

Jeongyeon pun memegang tengkuk Sana untuk memperdalam ciuman mereka. Sana sedikit terkejut karena Jeongyeon membalas lumatannya dan iapun mengalungkan kedua tangannya di leher Jeongyeon. Jeongyeon pun mengangkat tubuh Sana sehingga sang empunya tubuh mengaitkan kedua kakinya di pinggang Jeongyeon.

"Eummhh Jeonghh." Lenguh Sana diantara ciuman mereka.

Jeongyeon membawa Sana kesebuah batu besar lalu mendudukan gadis itu disitu dan melepas tautan mereka.

"Pakailah bajumu dulu, nanti kau kedinginan." Perintah Jeongyeon.

"Kalau aku tak mau?" Tanya Sana.

"Maka aku harus memakaikannya untukmu.

Jeongyeon membuka handuk yang menutupi tubuh Sana lalu mengambil kemeja putih Sana dan memakaikannya ketubuh gadis itu.

"Aku belum memakai bra." Ucap Sana dengan senyuman seduktifnya sebelum Jeongyeon mengancingi kemeja yang dipakaikan ke tubuhnya.

"Ah iya benar juga." Jeongyeon hanya menatap Sana tanpa berniat melakukan hal lain.

"Haruskah aku melepaskannya lagi?" Tanya Sana seduktif.

"Kau bisa memakainya sendiri nanti, untuk sekarang mari bermain main." Jeongyeon menciumi leher Sana sedangkan kedua tangannya sudah mulai bergrilya ke perut rata Sana dan ke gundukannya.

.
.
.

"Kalian mandi lama sekali." Ucap ibu Sana begitu melihat kedua gadis tersebut pulang.

"Ahh iya, tadi kami bermain main dulu." Jawab Sana.

"Dasar, sudah besar masih saja bermain air." Ibu Sana menggeleng geleng sedangkan Jeongyeon dan Sana saling tersenyum tipis tanpa saling menatap.

























Apeni._.

EthernalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang