Hurt

768 130 44
                                    


"1 tahun telah berlalu dan sejak itu kau tak pernah bangun dari tidurmu. Setiap saat kau diberi ramuan oleh orang orang itu. Tapi kau tak kunjung membuka kedua mata indahmu. Nafasmu yang masih berhembus selalu memancarkan secarik harapan bahwa suatu saat kau akan kembali membuka kedua matamu. Aku merindukanmu. Hati yang telah jatuh sedalam dalamnya padamu ini telah terlalu merindukanmu. Hangatnya dekapan dalam figur acuhmu, aku merindukannya."

"Berkali kali aku kembali ke kerajaan tempatmu berasal hanya untuk melihat keadaanmu. Setiap detik aku menunggu kabar alih alih kau terbangun dari tidurmu. Aku tak pernah lelah menunggu, namun aku rindu."

"Yang kutemui setiap mengunjungimu adalah wajah tenang itu. Wajah tenangmu yang sedang tertidur lelap. Apa kau tak lelah tertidur terus? bukankah kau harus bangun dan kembali memelukku seperti gadis kecilmu?"

"Jeongyeon, hari ini seorang pria kembali mendatangiku dan bertekuk satu lutut dihadapanku. Ntah sudah yang keberapa, tapi penasehat kerajaan sudah berkali kali mengingatkanku bahwa ini waktunya aku untuk menikah."

"Aku tidak mau Jeongyeon, tidak bila bukan bersamamu. Ayo bangun dan lamar aku. Bukankah kau juga mencintaiku? bukankah begitu? atau hanya aku yang memiliki perasaan ini sendirian sejak dulu? Apakah hanya aku yang jatuh cinta padamu? apakah hanya aku yang menyimpan rasa ini?"

"Yang mulia, sudah waktunya kembali." Chaeyoung menginterupsi Mina yang sedang duduk sambil menatap tubuh lemah Jeongyeon.

"Baiklah." Mina pun mengangguk.

Ia berdiri dan mencium lembut kening Jeongyeon seperti biasa. Hal yang sudah ia lakukan selalam 1 tahun terakhir.

"Anak sulung perdana metri telah menunggu anda di istana, yang mulia." Ucap Chaeyoung begitu mereka berada di perjalanan pulang.

"Ini sudah ke 3 kalinya bukan?" Tanya Mina.

"Saya rasa beliau begitu jatuh cinta pada anda." Ucap Chaeyoung.

"Chaeyoung, apakah menurutmu aku harus mulai maju?" Tanya Mina.

"Saya paham betul perasaan anda yang mulia. Tidak mudah bila harus melupakan nona Jeongyeon. Tapi kita semua tidak tau sampai kapan ia akan terbaring dalam koma. Disaat dunianya berhenti, dunia kita masih harus berlanjut. Pemerintahan kerajaan juga tidak bisa tersendat karena ini." jawab Chaeyoung.

"Aku mengerti." Mina menghela nafas dan menatap keluar jendela dalam diam.

Sesampainya di kerajaan, Mina menuju ke ruang makan dimana Kim Seokjin, putra dari perdana metri telah menunggunya. Mina yang biasanya acuh mulai berbincang bincang dengan Seokjin dan memberinya kesempatan untuk mendekati dirinya. Ia tidak bisa mencintai orang lain selain Jeongyeon, tapi ia tak boleh egois. Roda pemerintahan harus tetap berlanjut, ia harus menikah dan melanjutkan pemerintahan kerajaan ini.

Hari hari berikutnya Mina semakin dekat dengan Seokjin. Walaupun Mina belum mencintai pria itu, tapi Mina cukup senang untuk sekedar berteman dengannya. Pria itu sopan, baik, dan rupawan. Saat ini Mina sedang mengurus berkas berkas kerajaan.

*tok tok tok

"Yang mulia, seorang tamu menunggu anda di taman." Ucap seorang pelayan.

"Eoh? Seokjin? dia sudah datang? baiklah aku akan kesana." Angguk Mina.

Hari ini Mina diajak Seokjin untuk berjalan jalan di taman dan minum teh sembari berbincang bincang. Mina yang menyetujuinya pun sudah bersiap dengan pakaiannya yang bagus dan simple.

 Mina yang menyetujuinya pun sudah bersiap dengan pakaiannya yang bagus dan simple

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Eoh? dimana dia?" Mina mengedarkan pandangannya.

"Kau memang sudah menjadi wanita dewasa." Sebuah suara dari belakang mengagetkannya.

"Suara ini?!" Mina menoleh dan betapa terkejutnya saat melihat Jeongyeon berdiri dibelakangnya sambil tersenyum.

"Jeongyeon!" Mina langsung menutup mulutnya tak percaya. Air matanya lolos dari pelupuknya. Jeongyeonnya telah kembali, saat ini berdiri dihadapannya.

 Jeongyeonnya telah kembali, saat ini berdiri dihadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"J-jeongyeon?!" Suara Mina bergetar.

"Hai yang mulia, kau terlihat sangat cantik." Jeongyeon tersenyum.

Mina langsung memeluk erat Jeongyeon seraya tangisnya pecah. Jeongyeon ikut mengeratkan pelukannya pada gadis itu. keduanya menyalurkan rasa sayang masing masing.

"Kapan kau bangun??" Tanya Mina.

"Saat terakhir kali kau datang berkunjung." Jawabnya sambil masih mengelus pipi Mina dengan kedua tangannya.

"Apa??" Kaget Mina.

"Aku sengaja meminta petugas kesehatan untuk tidak mengabarimu." Ucap jeongyeon.

"Astaga Jeongyeon, kau benar benar membuatku frustasi." Air mata Mina kembali membanjiri wajahnya.

"Selama 1 tahun, aku dapat mendengar setiap ucapan orang orang. Termasuk saat kau selalu meminta aku untuk bangun dan menikahimu." Mina yang mendengarnya langsung malu setengah mati dan salah tinggkah.

"Apakah begitu banyak pria yang kau tolak? kalau dilihat lihat kau juga sekarang sedang ingin berkencan." Jeongyeon memandang Mina bertanya tanya.

"A-ahh anu ituu aku-" Mina tak tau harus menjawab apa.

"Tapi pria itu sepertinya belum datang, bagaimana kalau aku yang menemanimh dulu?" Tanya Jeongyeon sambil tersenyum.

"N-ne." Mina mengangguk.

Mereka pun berjalan jalan menyusuri taman kerajaan sambil berbincang bincang dan berhenti disebuah bangku taman untuk duduk.

"Saat kita bertemu pertama kali, umurmu berapa ya?" Tanya Jeongyeon.

"Saat itu aku masih 19 tahun." Jawab Mina.

"Ahh benar... berarti sekarang kau sudah 23 tahun? bukankah itu masih terlalu muda untuk menikah?" Tanya Jeongyeon.

"Tradisi kerajaan, begitulah. Sudah aturan turun temurun." Jawab Mina.

"Lalu siapa laki laki yang menjadi pacarmu ini?" Tanya Jeongyeon.

"A-aniyo, dia bukan pacarku. Aku hanya dekat dengannya, aku tidak mencintainya. Ia terus menerus mendekatiku makanya aku membiarkannya dan memberinya kesempatan-" Jelas Mina sedikit panik.

"Baiklah baiklah, aku hanya bertanya." Ucap Jeongyeon.

Ia meraih tangan Mina dan mengelusnya lembut. Mina menatap tangan mereka malu malu.

"Mengapa kau memakai 2 cincin di satu jari yang sama?" Tanya Mina.

"Ah ini." Jeongyeon melepas salah satu cincin itu dan memasangkannya di jari manis Mina.

"Untuk melamarmu." Jawabnya sambil menatap kedepan sedangkan Mina tersenyum malu malu.

"Aku kan belum bilang iya, kenapa sudah dipasangkan?" Tanya Mina.

"Kau tak mungkin bilang tidak." Acuh Jeongyeon yang sebenarnya menahan malu.

"Kau ini sangat tidak romantis, tak bisakah kau ulangi lagi?" Pinta Mina.

"Kalau kau minta ulangi, aku tak jadi melamar." Ucap Jeongyeon.

"Haish dasar." Mina membuang pandangannya begitu juga dengan Jeongyeon. Namun tangan mereka bertaut di tengah.






































pulu pulu puluuuuu
translate: uwu bgt woi!

EthernalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang