Saat ini ruangan Mina di penuhi beberapa jedral kerajaan vampire. Kejadian penyerangan kemarin membuat Mina penasaran mengapa itu bisa terjadi. Mengetahui karna serangan itu Jeongyeonnya terluka, ia tidak bisa membiarkannya begitu saja.
"Kemarin kami pastikan kawanan serigala telah itu lumpuh. Tapi kami memang tidak dapat menjamin kematian mereka." Ucap seorang dari penjaga yang menggunakan motor kemarin.
"Aku ingin kalian memastikannya lagi." Pinta Mina.
"Tapi yang mulia, itu akan menyebabkan pelanggaran wilayah. Kaum kita tidak bisa sembarangan masuk ke wilayah manusia hanya untuk kepentingan pribadi. Apalagi memerintahkan pengawal kerajaan. Itu dapat menimbulkan pertanyaan pada petugas perbatasan." Sangkal seorang jendral.
"Ini perintah." Mina tak peduli.
"Jangan egois." Jeongyeon tiba tiba saja datang.
"Jeongyeon?" Mina sedikit terkejut.
"Mohon maaf yang mulia dan para jendral. Ijinkan aku berbicara sebentar, aku rasa kalian semua perlu mengetahui tentang hal ini." Jeongyeon kembali angkat bicara.
"Yang mulia.." Mina bergumam sambil menahan senyumannya karena mendengar Jeongyeon mengucapkan itu.
"Kawanan serigala memanglah hewan yang biasa berada di hutan hujan. Tapi saat aku melawan mereka, aku tau mereka bukanlah kawanan serigala biasa." Ucap Jeongyeon.
"Mata mereka merah, mulut mereka bau darah, dan tubuh mereka bau-" Ucapan Jeongyeon terhenti seraya ia sedikit tak percaya.
"Bau apa?" Tanya Mina.
"Bau yang sudah lama tak ku cium, bau vampir gila." Lanjut Jeongyeon.
"Apa??" Mereka semua tak percaya.
"Sejak memasuki hutan aku memang sudah berfirasat buruk karena bau yang samar samar. Aku sudah lama tak mencium bau itu, tapi aku ingat itu bau vampire gila." Ucapnya khawatir.
"Itu tidak mungkin! sudah sangat lama sejak makhluk berdarah dingin itu dimusnahkan." Sangkal seorang Jendral.
"Ya, betul. Apa kau yakin dengan penciumanmu nona Jeongyeon?" Tanya Chaeyoung.
"Aku mantan pemburu vampire gila. Itu pekerjaanku dulu setiap hari, aku paham bau mereka." Jawab Jeongyeon yakin.
"Eoh apakah ini ada hubungannya dengan hilangnya anak anak manusia beberapa waktu belakangan ini?" Ucap seorang panglima.
"Oh panglima Kim, jangan kasus itu lagi." Chaeyoung sedikit jengah.
"Tolong dengarkan saya sekali saja jendral Chaeyoung. Kasus ini sudah berkali kali dilaporkan kepada kerajaan kita dan kita sama sekali belum angkat bicara mengenai ini." Bujuk panglima Kim.
"Ada apa Chaeyoung?" Tanya Mina.
"Ahh aniyo yang mulia, hanya sedikit masalah kecil disini." Jawab Chaeyoung.
"Aku ingin mendengarnya. Panglima Kim?" Mina menatap panglima Kim.
"Ah ne yang mulia. Dalam 2 bulan terkahir, 10 kasus hilangnya anak anak manusia terus menerus dipertanyakan oleh kerajaan manusia tapi kami belum membuat pernyataan terkait kasus ini. Saya rasa ini ada hubungannya dengan ucapan nona Jeongyeon tadi." Jawabnya.
"Jadi maksudmu kawanan vampire gila itu masih berkeliaran di wilayah manusia dan menculik anak anak itu untuk diminum darahnya?" Tanya seorang Jendral.
"Ya, begitulah menurut saya." Angguk panglima kim.
"Tidak diminum." Celetuk Jeongyeon.
"Ne?" Chaeyoung menoleh.
"Mereka tak akan meminum darah anak anak. Darah anak anak mengandung senyawa yang lebih unggul daripada orang dewasa. Pada beberapa kesempatan saya selalu berhasil menyelamatkan banyak anak anak yang di tawan di markas mereka. Hanya orang dewasa yang mereka mangsa, dan pasti akan dihabisi saat itu juga ditempat itu juga." Jeongyeon menerangkan.
"Aku tidak tau mengapa mereka menculik anak anak, tapi aku yakin anak anak ini akan digunakan untuk sesuatu." Lanjutnya.
"Sesuatu apa maksudmu?" Tanya Chaeyoung.
"Yang aku takutkan adalah sebuah ritual. Aku tidak yakin ritual apa, tapi aku akan mencari tahu mengenai ini." Jawab Jeongyeon.
"Aku mengerti kondisinya. Panglima Kim, aku mau kau menyelidiki mengenai hilangnya anak anak itu lalu laporkan kembari kepadaku secepatnya." Perintah Mina.
"Siap, yang mulia!" Ucap panglima Kim.
"Jendral Ho, aku mau kau mengurus masalah external dengan kerajaan manusia. Tolong dapatkan informasi sebanyak banyaknya dan laporkan kepadaku secepatnya." Perintah Mina.
"Siap, yang mulia." Jawabnya tegas.
"Dan Chaeyoung, ada undangan dari pemerintah kerajaan serigala, datanglah." Pinta Mina.
"Ne? anda tahukan kalau saya-" Ucapan Chaeyoung terputus.
"Aku tak menanyakan pendapatmu." Sangkal Mina.
"Ne, baiklah." Pasrah Chaeyoung.
Setelah ke 3 petinggi kerajaan itu meninggalkan ruangan tahta, Mina berdiri dan menghampiri Jeongyeon.
"Aku tau kau pasti akan memikirkannya. Ada yang bisa aku bantu?" Tanya Mina.
"Ne, apakah kau punya buku sejarah vampire?" Tanya Jeongyeon.
"Buku sejarah?" bingung Mina.
.
.
."Ini perpustakaan kerajaan. Aku yakin pasti yang kau cari ada disini. Semua buku ini sudah ada sejak raja pertama." Ucap Mina sambil mengajak Jeongyeon berkeliling.
Mina pun memerintahkan pelayannya untuk mencari buku buku sejarah terdahulu. Sedangkan ia dan saat ini sedang menatap Jeongyeon yang sedang melihat lihat buku dengan begitu menarik.
"Huftt curang. Bagaimana bisa dia se-attractive itu bahkan dengan hanya diam." Pikir Mina.
"Yang mulia, ini buku bukunya." Ucap seorang pelayan yang menatuh buku buku disebuah meja.
"Ahh ne." Ucap Mina.
Jeongyeon pun menghampiri meja tersebut dan menatap buku buku yang kelihatannya sudah berumur dan usang.
"Ini sangat tebal." Komentar Mina saat Jeongyeon mulai membuka sebuah buku tebal.
"Tulisan ini.." Jeongyeon meraba lembaran kertas pada buku itu.
"Itu tulisan kuno, apa kau bisa membacanya?" Tanya Mina.
"Sedikit." Jeongyeon dengan sangat fokus memperhatikan tulisan dan gambar gambar pada buku itu.
"Apa kau masih memiliki lembaran lembaran berkas yang kuberikan dulu?" Tanya Jeongyeon.
"Ya, aku banyak menggunakan itu sebagai panduan memberantas vampire gila." Angguk Mina sambil mengambil berkas berkas itu.
"Ini akan membutuhkan waktu lama." Monolog Jeongyeon.
Voment!
Freshly made wkwkwk baru selesai diketik langsung up
KAMU SEDANG MEMBACA
Ethernal
FanfictionFull chapter. Kisah 3 bangsa keturunan Alpha dan Omega yang dituangkan dalam sebuah perjalanan cinta sepasang kekasih. DISCLAIMER! Bila ada kesamaan cerita, alur, watak, dan tokoh ada cerita ini, murni kebetulan. Cerita ini murni dari ide, hayalan...